Mimpi Buruk Abu Yazid

2 min read

Mimpi buruk adalah gambaran sekaligus peringatan dari Allah. Abu Yazid Al-Busthami adalah seorang ulama besar. Ia pernah mengalami mimpi yang sangat buruk. Inilah kisahnya.

Bismillaahir rahmaanir rahiim

Mimpi buruk hampir terjadi atau dialami setiap manusia, bahkan para ulama dan raja. Namun, tentunya, mimpi yang dialami para ulama atau orang yang dekat kepada Allah merupakan bentuk peringatan sekaligus penjagaan agar ia tidak jauh terjerumus dalam kesalahan yang sebelumnya dilakukan.

Kali ini berikisah tentang mimpi buruk yang dialami seorang waliyullah, Syaikh Abu Yazid Al-Busthami. Mimpi buruk beliau ini berkaitan dengan menutupi aib seseorang. Menutupi aib memang salah satu perkara yang paling tinggi yang sangat diperhatikan Allah ta’ala.

Suatu ketika Allah mengajukan pertanyaan kepada malaikat Jibril ‘Alaihis Salam, “Wahai Jibril, seandainya Aku menciptakanmu sebagai manusia, bagaimana caramu mengabdi kepadaKu?”

Dengan penuh kerendahan, Sang Jendral Malaikat ini menjawab, “Tuhanku, Engkau Maha Tahu Segalanya. Bahkan Engkau Maha Tahu apa yang akan hamba katakan padaMu. PengetahuanMu meliputi akan apa yang pernah terjadi dan akan terjadi. Tidak ada yang bisa bersembunyi dariMu. Engkau pun mengetahui bagaimana cara hamba berbakti kepadaMu”.

Allah berkata, “Benar, Wahai Jibril. Aku mengetahui segalanya, tetapi hamba-hambaKu tidak mengetahuinya. Katakanlah agar hambaKu mendengar dan mengambil pelajaran darinya.

Lalu malaikat perkasa itu berkata, “Tuhanku, jika hamba menjadi manusia, maka aku akan berbakti padaMu dengan 3 cara agar memeroleh keridhoanMu. Pertama, hamba akan memberi minum untuk mereka yang kehausan. Kedua, hamba akan menutupi aib orang lain dan tidak akan membicarakannya. Ketiga, hamba akan menolong mereka yang miskin”

Allah berkata, “Aku mengetahui engkau akan melakukan hal itu, oleh sebab itu engkau Ku istimewakan dengan menjadi pembawa wahyu dan menjadikanmu utusanKu untuk para kekasihKu.

Menutupi aib adalah salah satu amal yang paling utama. Malaikat yang bertugas mengawasi manusia pun menginginkan menutupi aib manusia, padahal mereka adalah makhluk suci. Bahkan Allah Ta’ala, yang Maha mengetahui yang tampak maupun yang tersembunyi, Ia senang menutupi aib hambanya.

Baca selengkapnya, bagaimana Allah menutupi aib seorang pendosa yang mencegah hujan di : https://www.mqnaswa.id/menutupi-aib-1/

Sebaliknya manusia justru senang menggunjing (membiacarakan) aib kekurangan sesama manusia lainnya, padahal ia pun memiliki kekurangan yang tidak kalah banyaknya.

Suatu kali Abu Yazid AlBusthami berkisah, “Ketika sedang menghadiri sebuah pemakanan, aku melihat seorang pemuda. Ia masih tampak gagah, bahkan wajahnya yang bersih membuatku menyangka ia adalah orang yang alim. Tapi ketika aku melihat tangannya aku jadi kecewa. Tangannya membawa mangkuk yang digunakan untuk meminta minta. Ternyata ia adalah sorang pengemis. Aku merasa terkejut dan kecewa. Menurutku orang seperti dia tidak selayaknya mengemis”.

“Pada malam harinya, aku mendapatkan mimpi yang sangat mengerikan. Pemuda yang aku bicarakan dalam pikiranku itu telah menjadi mayat. Ia terbujur kaku di hadapanku. Dan yang membuat aku sangat takut, aku diperintahkan untuk memakan mayatnya itu.

Kisah lainnya tentang Abu Yazid baca di : https://www.mqnaswa.id/wara-1/  dan   https://www.mqnaswa.id/secuil-keju-wara-2/

“Aku menjawab, “Aku tidak mungkin makan daging manusia, bahkan ini adalah mayat”

“Aku dibentak dengan suara yang membuat lemas persendianku, “Tapi tadi siang engkau melakukannya!. Bukankah engkau menggunjing aib pemuda ini? Bukankan engkau membicarakan kekurangannya”

Aku terbangun dengan ketakutan besar yang masih melanda. Aku tertegun. Aku sama sekali tidak membicarakan aib pemuda itu. Aku hanya membicarakan kekurangannya dengan diriku sendiri. Aku hanya berfikir, mengemis adalah hal yang tidak pantas untuk orang seperti dia.

Inilah salah satu makna dari ayat, “Hai orang orang yang beriman, apakah engkau suka memakan bangkai saudaramu?”

Menggunjing sama dengan itu. Menggunjing adalah membicarakan keburukan/ aib orang lain “di belakang” oran itu. Orang yang kita gunjingkan tidak tahu kita membicarakan keburukannya. Sehingga kita bebas bicara apa saja tentang aib aibnya, sementara ia tidak bisa membela dirinya. Kita seperti “memakan mereka”, dan mereka sama sekali tidak bisa melawan. Persis seperti mayat yang tidak bisa melawan apa pun perlakuan dan pembicaraan orang kepadanya.

Ada sebuah perkataan, “Jangan mengumbar dosa dosa orang, agar dosamu pun disembunyikan”. Mungkin engkau mengetahui satu dari cacat seseorang, tetapi Allah mengetahui seribu cacat, cela dan kekuranganmu. Bagaimana jika Allah menyingkap tabir yang menutupi keburukanmu, sehingga tampak pada semua orang. Jika Allah menyingkapnya, siapa yang sanggup menutupinya?

Mimpi buruk Abu Yazid ini adalah salah satu bukti bahwa Abu Yazid memiliki kedekatan dengan Allah ta’ala. Sehingga ketika beliau melakukan kesalahan, meski hanya dalam fikiran, Allah langsung menegurnya dan mengingatkannya. Demikian itu karena Allah ingin menjaga keluhuran dan kesucian jiwa Abu Yazid Al-Busthami.

 

Wallahu A’lam

Alhamdulillahi robbil ‘alamin

Kertanegara, Wawan Setiawan

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *