Muhammad Yunus adalah salah satu ulama Jakarta Abad Ke-20. Inilah sekelumit biografi beliau.
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Lahir dan Pendidikan
Muhammad Yunus bin Muhammad lahir di Bukit Duri, Jakarta, 31 November 1914 M dari pasangan H. Muhammad dan Hj. Ammah. Sejak kecil beliau dididik oleh kedua orang tuanya untuk mencintai agama. Dikisahkan, pada tahun 1917, entah dalam suatu momen apa, seorang habib dari Singapura mendatangi H. Muhammad dan berpesan agar mendidik Muhammad Yunus serta menjaganya dengan baik.Kelak ia akan menjadi alim besar di masa mendatang.
Pendidikan dasarnya diperoleh di Madrasah Diniyah Unwanul Falah, Kwitang, Jakarta Pusat, yang didirikan oleh Habib Ali Alhbasyi (Habib Ali Kwitang). Beliau masuk ketika berumur 9 tahun dan mengikuti pendidikan di Unwanul Falah selama 6 tahun. Sehingga beliau pun dinyatakan lulus pada tahun 1932 M.
Selain itu, beliau juga gemar talaqqi (mengaji langsung) dengan para ulama pada masa itu, di antaranya :
– H. Muhammad Amin (Kampung Melayu)
– H. Muhammad Nasih (Kampung Melayu)
– Mu’alim H. Subkhi (Manggarai)
– Mu’alim H. Mahmud (Menteng)
– Kyai Abdul Majid Pekojan
– Habib Thoha Al-Habsyi (Kwitang)
– Habib Husain Al-Habsyi (Kwitang)
– Mu’allim Mukhtar (Kemayoran)
– Ustadz Abdullah bin Syihab
– Habib ‘Ali Assegaf
Dengan bertalaqqi kepada par a ulama itulah beliau menyelesaikan kitab kitab dari berbagai disiplin ilmu. Mulai dari ilmu Al-Qur’an, tauhid, fiqih sampai bahasa dan sastra arab. Hal ini melahirkan sosok Muhammad Yunus sebagai seorang yang alim sejak muda.
Selain itu, kematangan ilmu beliau pun ditopang oleh pergaulan dan kedekatan dengan para tokoh ulama dan habaib, seperti Habib Abdurrahman Assegaf (pendiri pesantren Tsaqafah Islamiyah Bukit Duri), Kyai Abdullah Syafi’i (pendiri perguruan Asy-Syafi’iyyah), Kyai Thahir Rahili (pendiri Lembaga Pendidikan Ath-Thahiriyah) dan masih banyak lagi.
Mengenai habib Abdurrahman Assegaf Bukit Duri dapat dibaca di : http://majelisalanwar.com/sample-page/habib-abdurrahman-bin-ahmad-assegaf
Salah satu yang terpenting adalah, beliau mendapatkan ijazah dari Syaikh Yasin Padang yang ditemuinya ketika beliau berangkat berhaji. Menjadi semakin lengkap lah khazanah dan sanad keilmuan yang dimiliki Muallim Yunus (Kyai Muhammad Yunus bin Muhammad)
Keluarga dan Putra
Muallim Yunus (Kyai Muhammad Yunus bin Muhammad) menikah dengan seorang wanita shalihah bernama Hj. Siti binti Ma’un. Dari pernikahan keduanya terlahir 10 orang anak :
- Nur Laila
- Suhaelah
- Fikri
- Luthfi
- Syukri
- Hikmah
- Zakariya
- masyithah
- Syifa, dan
- Abdullah
Dakwah dan karya
Sejak berumur 18 tahun, beliau telah memperoleh izin dari guru gurunya untuk mengajar. Maka beliau mendirikan Madrasah Diniyah Al-Hidayah pada Tahun 1932. Jika menilik tahun pendiriannya, maka madrasah ini didirikan ketika beliau masih mengaji di Unwanul Falah. Sampai sekarang, madrasah ini masih tetap lestari.
Selain mengajar di madrasah, beliau juga mengajar di banyak majelis ta’lim. Beliau terkenal pribadi yang istiqomah. Tekun dalam mengajar jamaah dan mengaji kitab kitab, juga istiqomah melakukan wirid wirid. Di antara wirid yang beliau lazimkan adalah Ratibul Haddad dan Ratubul Aththas.
Dalam kesibukan yang luar biasa itu, beliau masih sempat menulis karya ilmiah dan risalah yang bermanfaat, antara lain :
- Sirrul Khafi fi Siratin Nabawi
- Akhlakul ‘Ulama
- ‘Uqdul Farid fit Tauhid
- Asmaul Fuhulir Rijal fi Rijalil Hadits
- Hukmur Ru’yati Wal Hilal
- Du’a-ush Shubh
- Du’aul warid baynar rak’atayni l Fajri Wa shalatish Shubh
- Du’aul Wahbab
Wafat dan Makam
Muallim Yunus kembali ke hadirat Allah ta’ala pada hari Selasa sore, 30 Mei 1995. Beliau dimakamkan di samping mihrab masjid Al-Makmur (Jl. KH. Abdullah Syafi’i), Tebet, Jakarta Selatan. Di kompleks tersebut dimakamkan pula seorang Habib yang sangat dihormati, yakni Al-habib Abdurrahman bin Ahmad bin Abdul Qadir Assegaf (pendiri Tsaqafah Islamiyah Bukit Duri).
Semoga Allah menempatkan beliau dalam kemuliaan. Semoga kita, anak turun kita dan masyarkat semuanya mendapatkan keberkahan beliau. Dan semoga Allah terus memunculkan penerus beliau hingga akhir zaman. Amiin amiin,,,
Alhamdulillaahi robbil ‘alamin
Kertanegara, Sabtu Pahing, 14 September 2019 M / 14 Muharram 1441 H
Wawan Setiawan
Sumber : Majalah Al-Kisah No. 06 / 2009.