Nabi dan Ibu yang Dirundung Duka

1 min read

Bismillaahir rahmaanir rahiim

Hari yang indah bagi sebagian orang seringkali menjadi hari duka bagi sebagian yang lainnya. Kemudian duka dialami seseorang berubah menjadi suka dan bahagia, lalu sebaliknya. Demikianlah Allah menciptakan manusia dengan berbagai perasaan sehingga hidupnya jadi berwarna.

Suatu hari terdengarlah kabar duka oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Kabar duka yang benar benar dalam dari seorang wanita Anshar yang nestapa karena bayinya meninggal dunia. Bayi yang selama dalam kandungan ditunggu tunggu kehadirannya. Setiap hari ia merindukan wajah mungil yang bahkan belum bisa dibayangkan oleh benaknya.

Setiap saat ia panjatkan do’a do’a untuknya. Bahkan ia sering merasa debar bahagia yang sulit diungkapkan ketika dari dalam perut bayi itu bergerak menendang nendang, seolah ingin bercanda dengan ibunda.

Namun setelah tangisannya terdengar, setelah kelembutan kulit jemari jemari nya bisa ia sentuh, ketika ia bisa memeluk tambatan hatinya dalam kehangatan dekapan dadanya, bayi itu kini tiada. Ditangannya masih terasa betapa lembut kulit anaknya itu. Betapa indah wajah dia. Betapa rindu pada gerak tubuhnya ketika ingin didekap ibunya. Setelah dipeluk lalu ia diam dan tersungging senyum tipis yang selalu menyayat hati jika mengenangnya.

Nabi merasakan hancur hati sang ibu itu. Beliau bangkit bersama sejumlah sahabat menuju rumah sederhana yang dirundung duka, seolah semua isi rumah turut merasakan betapa sulit dan berat rasanya kehilangan sang buah hati.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bertanya dengan tutur yang lembut, “Ku dengar engkau sedang bersedih?”

“Bagaimana aku tidak bersedih wahai utusan Allah, bayiku meninggal dunia, sedangkan aku tidak memiliki anak yang hidup bersamaku?”

“Sesungguhnya orang yang tidak punya anak adalah ia yang anaknya masih hidup. Ketahuilah, setiap wanita muslim yang tiga anaknya meninggal dunia, kemudian ia berharap pahala dari Allah atasnya, maka ia pasti mendapatkan surga” jawab Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menghiburnya.

Mendengar sabda Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ini, Sayidina Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anh berkata, “Bagaimana jika hanya dua anaknya yang meninggal wahai Rasul?”

Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab “Meskipun hanya dua”

Demikian kepekaan beliau dan keindahan budi pekerti beliau. Beliau seorang pemimpin umat yang bahkan langsung menjenguk seorang wanita Madinah yang berduka. Meski bukan “urusan negara” bukan pula urusan peperangan dengan musuh.

Perhatian akan kesedihan yang sedang dialami oleh orang lain, itulah poinnya. Kepekaan terhadap duka yang dialami seseorang, apalagi seorang ibu, itulah akhlak mulia yang ditunjukkan Nabi. Dan sebuah ungkapan yang menguatkan jiwa sang ibu bahwa “jika ia bersabar pasti akan mendapatkan surga”, yang diucapkan tulus dari hati Sang Nabi menjadi pelipur bagi ibunda yang sedang berduka.

Alhamdulillahirabbil ‘aalamin

Kertanegara, Selasa Pon, 8 Januari 2019 M / 2 Jumadil Awwal 1440 H

Wawan Setiawan

Sumber : Habib Novel Alaydrus, Akhlak Nabi

Kisah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain dapat dibaca di :

https://www.mqnaswa.id/saat-ibu-aisyah-kehilangan-nabi/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *