Nabi dan Ibu yang Dirundung Duka

1 min read

Nabi dan Ibu yang dirundung duka adalah salah satu penggalan kisah kepedulian dan kasih sayang Nabi kepada sahabat-sahabatnya.

Sebelumnya kita telah membaca kisah tentang seorang ibu yang kehilangan puteranya. Putera yang selalu dibawanya ketika mengaji kepada Rasul. Baca kisahnya di : https://www.mqnaswa.id/rasulullah-menghibur-ibu-yang-puteranya-wafat/

Kini kita berkisah tentang Nabi dan ibu dengan duka mendalam karena kehilangan bayinya.

Apa yang sangat diinginkan oleh seorang wanita setelah ia menikah? Menjadi seorang ibu. Merawat dan mendidiknya dengan baik. Setiap hari ia berdoa dan berharap untuk dapat mengandung. Ketika saat yang dinanti tiba, hatinya pun berbunga-bunga. Selama berbulan-bulan ia kandung sang bayi dengan penuh cinta, kendati banyak hal yang tidak ringan dan menyusahkan.

Saat sang bayi terlahir, nyawa ia pertaruhkan, rasa sakit yang luar biasa ia tahan. Semua kepedihan itu segera sirna, dan berubah menjadi senyum bahagia, ketika suara tangis bayi yang ia nanti terdengar. Seakan selama ini tidak ada derita yang mengiringi kelahirannya. Hari demi hari ia merawat dan menyusuinya dengan cinta dan kasih yang tiada terkira. Lalu bagaimana kiranya, hati sang ibu, ketika tiba-tiba sang bayi pujaannya, kembali kepada Yang Maha Kuasa? Tentu ia sedih….

Suatu hari, berita kesedihan seorang wanita Anshar yang kehilangan bayinya, terdengar oleh Rasul yang penuh cinta. Getaran kesedihan tersebut beliau rasakan. Rasa cinta dan kasih yang melimpah dalam jiwa beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam membuatnya tidak dapat duduk diam. Beliau pun segera bangkit menuju rumah sang ibu bersama sejumlah sahabat untuk menghibur hatinya. Sesampainya di sana, beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam berkata dengan lembut kepadanya:

“Kudengar, engkau sedang bersedih?”

“Bagaimana aku tidak bersedih, bayiku meninggal dunia, sedangkan aku tidak memiliki anak yang hidup bersamaku.”

Sesungguhnya orang yang tidak punya anak adalah ia yang anaknya masih hidup. Ketahuilah, setiap Muslimah yang tiga anaknya meninggal dunia, kemudian mengharap pahala dari Allah atasnya, maka ia pasti mendapat Surga,” jawab Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menghiburnya.

[Ucapan Rasulullah ini sangat membekas dalam diri sahabat beliau, sang ibu yang dirundung duka sangat mendalam ini. Mengapa ? Karena Rasulullah memiliki hati yang ikhlas, dan tulus. Memiliki cinta yang murni. Bahkan, Allah telah menguji beliau dengan ujian yang sama, bahkan lebih besar lagi. Sebagaimana kita tahu. Putera-putera Rasul wafat dalam usia sangat belia, bahkan balita. Sehingga apa yang beliau ucapkan benar-benar simpati yang mengalir dari hati, karena beliau sendiri pernah merasakan duka yang demikian itu]

Mendengar sabda Rasul shalallahu ‘alaihi wa sallam ini, ‘Umar bin Khathab ra berkata :

“Bagaimana jika hanya dua anaknya yang meninggal wahai Rasul?”

“Meskipun hanya dua,” jawab beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Kepekaan terhadap penderitaan orang lain, perhatian terhadap kesedihan seseorang, merupakan suatu hal yang harus diteladani dari akhlak Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam. Ia hanyalah seorang wanita Anshar, yang tidak beliau kenal. Ketika mendengar kesedihan wanita itu, Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam segera datang dan menghiburnya. Siapa yang tidak terhibur ketika Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam datang ke rumahnya dan mengatakan Surga sebagai ganti anaknya, jika ia mau mencari pahala di sisi Allah dengan bersabar atas musibah yang dialaminya tersebut.

Demikianlah budi pekerti indah pemimpin seluruh umat, pemimpin para Nabi dan para Rasul, baginda Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam [Demikian kisah Nabi dan Ibu yang kehilangan buah hatinya, semoga barokah]

Alhamdulillaahi robbil ‘alamin

Sumber : Keindahan Budi Nabi
Penulis : Naufal (Novel) bin Muhammad Alaydrus

Kertanegara, MQNaswa
Nayra Fathimah Nadhifah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *