Nabi Isa ‘Alaihis Salam : Keistimewaan Hari Jum’at dan Makam Bercahaya

2 min read

Kisah tentang Nabi Isa ‘Alaihis salam yang melihat keadaan ahli kubur dari makam yang bercahaya

Bismillaahir rahmaanir rahiim

Allah menciptakan semua makhluk. Dia pula yang memberi masing masing derajat dan kedudukan dari setiap makhlukNya. Allah memberi kelebihan satu dari yang lainnya. Allah pun mengutamakan satu dari yang lainnya. Hari dan malam yang paling utama adalah Jum’at. Tapi Senin memiliki keistimewaan, karena para hari Senin, Rasulullah dilahirkan. Semua umat Islam di penjuru dunia sunnah melakukan puasa pada hari Senin. Sedangkan pada hari Jum’at – jika tanpa diiringi hari kamis atau sabtunya- justru “makruh” untuk berpuasa. Disitulah Allah mengajari manusia untuk saling memahami kelebihan makhluknya yang lain.

Salah satu keistimewaan hari Jum’at dan hari Jum’at adalah ia menjadi nama satu surat secara khusus dalam Al-Qur’an. Hari itu adalah hari penyempurnaan penciptaan langit dan bumi, yang diawali dari hari Ahad dan “selesai” pada hari Jum’at. Di antara kisah yang berkaitan dengan hari Jum’at adalah sebagaimana dikisahkan :

Pada suatu ketika Nabiyullah ‘Isa ‘Alaihis Salam berjalan melewati sebuah pemakaman. Nabi Isa ‘Alaihis Salam ditampakkan oleh Allah melihat sebuah makan yang bercahaya dan harum semerbak baunya.  Ini sangat menarik hati beliau. Maka beliau mendekati makan itu. Semakin mendekat, semakin tampak cahaya dan semakin semerbak harum baunya.

Hal ini membuat Nabi Isa semakin kagum sekaligus penasaran. Maka Nabi Isa ‘Alaihis Salam memohon kepada Allah agar bisa melihat dan berbicara kepada ahli kubur dari makam itu.

Dengan izin Allah terbelahlah makam itu dan tampaklah seorang laki laki yang menghadapi meja dari cahaya dan berbagai macam hidangan syurgawi. Kuburan yang tampak di depan Nabi Isa lebih seperti kamar indah yang sangat nyaman untuk ditinggali. Terang, sejuk dan berlimpah rizki dari Allah ‘Azza Wa Jalla.

Maka Nabi Isa menyapa ahli kubur itu. Ia menjawab :

“Wahai Ruhullah, tahukan engkau mengapa Tuhan mempertemukan aku dengan mu?”

“Allah Maha Mengetahui segala yang tampak dan tersembunyi”

“Salah satunya adalah agar Aku memberitahumu bahwa engkau akan dibunuh”

“Hanya kepada Allah aku bergantung dan menyerahkan segala urusanku. Aku ingin bertemu denganmu karena aku ingin mengetahui ihwalmu. Sehingga Allah menampakkan cahaya kuburmu dan semerbaknya kepadaku. Ceritakanlah”

Laki laki itu menjawab, “Saya tidak memeroleh berkah dan kemuliaan seperti ini semata karena amal shaleh saja. Seberapa sih amal shaleh yang bisa dilakukan sepanjang hidup. Setinggi apa pun pasti akan berakhir seiring dengan berakhirnya usia. Ketika saya mati, berakhir seluruh amal shaleh saya. Sedangkan kenikmatan yang Allah berikan, sangat banyak”.

“Lalu bagaimana engkau mendapat kemuliaan dan keberkahan ini?”

“Sesungguhnya saya mempunyai seorang cucu yang shalih yang masih hidup di dunia. Ia selalu bersedekah atas nama saya. Dia selalu memberi bantuan dan berbuat kebaikan yang diniatkan untuk kebaikan ruh saya. Maka rahmat ini, cahaya cahaya ini adalah pemberian yang kuterima dari cucu yang taat dan shalih”

“Ceritakanlah lebih banyak” pinta Nabi Isa ‘Alaihis Salam

“Wahai Ruhullah, engkau dikenali manusia karena kenabianmu. Sedangkan kami ahli kubur sudah tidak dikenali di antara manusia, kecuali oleh anak cucu kami yang bersedekah dan berbuat baik dengan menyertakan nama kami dalam sedekah dan kebaikannya itu.

Maka malaikat selalu mengirimi kami berupa kenikmatan kenikmatan di kubur kami. Terutama pada hari Jum’at, Allah mengirimkan malaikat-malaikatNya untuk membawakan makanan makanan syurgawi yang tampak seperti cahaya. Rahmat dan kesejukan Tuhan untuk rumah kami sebagai hasil dari do’a dan permohonan ampun yang dipanjatkan anak cucu kami. Kami pun bersyukur kepada Allah akan bakti mereka.

Setiap orang di liang lahat menerima segala sesuatu kebaikan seukur sedekah anak anaknya. Bersedihlah orang yang meninggal dunia, memiliki anak cucu dan keturunan, tapi setelah meninggal ia tidak menerima berkah sedikitpun dari mereka. Alangkah malangnya orang seperti itu”.

Saya teringat syair yang disenandungkan santri Nasy’atul Wardiyah di Desa Kertanegara pada malam Jum’at :

Anak kang shaleh terus mbakti ning wong tua

Dunya lan akherat slalu inget ning wong tua

Awan bengi kerja ibadah ora percuma

Kumpul Kanjeng Nabi para guru lan ulama

Anak yang shaleh terus berbakti kepada orang tuanya

Dunia dan akherat selalu ingat untuk mendoakan dan berbuat baik untuk mereka

Siang malam bekerja dengan niat ibadah, itu tak akan sia sia Dia kan dikumpulkan lagi dengan orang tuanya bersama Rasulullah, para Guru dan ulama

Wallahu A’lam

Alhamdulillaahi robbil ‘alamin

Kertanegara, Kamis Pahing, 21 Februari 2019 M / 16 Jumadil Akhir 1440 H (Repost)

Wawan Setiawan

Baca juga kisah Nabi Isa yang lain di https://www.mqnaswa.id/kisah-nabi-isa-tentang-nilai-persahabatan/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *