Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Mengajarkan Tawassul

2 min read

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam Mengajarkan Tawassul

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Mengajarkan Tawassul

Bismillahir rahmanir rahim

Pertanyaan:

Kalaulah Tawassul bagian dari ajaran Islam, pernahkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengajarkan doa Tawassul? Dan pernahkah sahabat mengamalkannya setelah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam wafat?

Jawaban:

Berikut adalah doa Tawassul yang diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:

عن عثمان بن حنيف رضي الله عنه أَنَّ رَجُلًا ضَريرَ الْبَصَرِ أَتَى النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم فَقالَ رَسُولَ اللهِ عَلِّمْنِي دُعَاءً أدْعُوبِه يَرُدُّ الله عَلَيّ بَصَرِي، فقال له قُلِ اللهم إِنِّي أَسأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيكَ بِنَبِيِّكَ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ يَا مُحَمَّدُ إِنِّ قَدْ تَوَجَّهْتُ بٍكَ إِلة رَبّي أَللهُمَّ شَفِّعهُ فِيَّ وَشَفِّعْنِي فِي نَفْسِب فَدَعَا بِهَذا الدُّعَاءِ فَقَامَ وَقَدْ أَبْصَرَ

“Dari Utsman bin Hunaif: “Suatu hari seorang yang buta datang kepada Rasulullah Saw, ia berkata: “Wahai Rasulullah, ajarkan saya sebuah doa yang akan saya baca agar Allah mengembalikan penglihatan saya”. Rasulullah berkata: “Bacalah doa (Allahumma inni as’aluka wa atawajjahu ilaika bi nabiyyika nabiyyirrahmati Ya Muhammad qad tawajjahtu bika ila Rabbi. Allahumma Syaffi’hu fiyya wa syaffi’ni fi nafsi): “Ya Allah sesungguhnya aku meminta-Mu dan menghadap kepada-Mu melalui Nabi-Mu yang penuh kasih sayang, wahai Muhammad sesungguhnya aku menghadap kepadamu dan minta Tuhanmu melaluimu agar dibukakan mataku, Ya Allah berilah ia syafaat untukku dan berilah aku syafaat. Kemudian ia berdoa dengan doa tersebut, ia berdiri dan telah bisa melihat” (HR. Hakim dan al-Turmudzi)

Al-Hakim mengatakan bahwa hadits ini adalah sahih dari segi sanad walaupun Imam Bukhari dan Imam Muslim tidak meriwayatkan dalam kitabnya. Imam Adz-Dzahabi mengatakan bahwa hadits ini adalah sahih, demikian juga Imam Turmudzi dalam kitab Sunannya bab Daa’wat mengatakan bahwa hadits ini hasan sahih gharib.

Andaikata Tawassul adalah syirik maka tidak mungkin Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengajarkan kepada para Sahabat. Dan kalaulan Tawassul setelah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam wafat dilarang, mestinya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melarang doa dengan kalimat di atas. Nyatanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tidak melarang berdoa dengan kalimat tersebut. Sehingga membacanya adalah boleh.

– Sahabat bertawassul setelah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam wafat:

Perawi hadit tersebut, yaitu Utsman bin Hunaif, ternyata mengajarkan doa Tawassul tersebut kepaxa orang lain di masa Khalifah Utsman bin Affan. Ini menunjukkan bahwa Tawassul dengan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam setelah beliau wafat tidaklah syirik. Sebab tidak mungkin seorang Sahabat mengajarkan kesyirikan:

عن عثمان بن حنيف رضي الله عنه أَنَّ رَجُلًا كَانَ يَخْتَلِفُ إِلَى عُثْمَان بنِ عَفَّانَ رضي الله عنه فِي حَاجَتِه وَكَان عُثْمَانُ لَا يَلْتَفِتُ إِلَيْهِ وَلَا يَنْظُرُ فِي حاجتهِ فَلَقِيَ ابنَ حُنَيفٍ فَشَكَا ذَلكَ إِلَيهِ فَقالَ لَهُ عُثمان بن حنيف ائْتِ الْمِيضَأَةَ فَتَوَضَّأْ ثُمَّ ائْتِ الْمَسجِدَ فَصَلِّ فِيهِ رَكعَتَينِ اللهم إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَجَّهُ إِلَيكَ بِنَبِيِّنَت نَبِيّ الرَّحْمَةِ يَا مُحَمَّدُ إِنِّي أتَوَجَّهُ بِكَ إِلى رَبّكَ فَيَقْضِي لي حاجَتِي وَتَذْكُرُ حاجَتَكَ حَتَّى أروَحَ مَعَك، فَانْطَلَقَ الرَّجُلُ فَصَنَعَ ما قال له ثُمّ أَتَى بابَ عثمان بن عفان رصي الله عنه فَجَاءَهُ الْبَوَّابُ حتّى أَخَذَ بِيَدِهِ فَأَدْخَلهُ على عثمان بن عفان فَأَجلَسهُ على الطِّنْفِسَةِ فقال حَاجتُكَ فَذَكَرَ حاجَتُهُ وَقضَاهَالَهُ (رواه الطبرانى فى المعجم الكبير والبيهقى في دلائل النبوة)

Berikut ini adalah dalil hadits tentang tawassul dengan orang-orang yang telah wafat: “Diriwayatkan dari Utsman bin Hunaif bahwa ada seorang laki-laki datang kepada (Khalifah) Utsman bin Affan untuk memenuhi hajatnya, namun sayidina Utsman tidak menoleh ke arahnya dan tidak memperhatikan kebutuhannya. Kemudian ia bertemu dengan Utsman bin Hunaif (perawi) dan mengadu kepadanya. Utsman bin Hunaif berkata: Ambillah air wudlu’ kemudian masuklah ke masjid, salatlah dua rakaat dan bacalah: “Ya Allah sesungguhnya aku meminta-Mu dan menghadap kepada-Mu melalui Nabi-Mu yang penuh kasih sayang, wahai Muhammad sesungguhnya aku menghadap kepadamu dan minta Tuhanmu melaluimu agar hajatku dikabukan. Sebutlah apa kebutuhanmu”. Lalu lelaki tadi melakukan apa yang dikatakan oleh Utsman bin Hunaif dan ia memasuki pintu (Khalifah) Utsman bin Affan. Maka para penjaga memegang tangannya dan dibawa masuk ke hadapan Utsman bin Affan dan diletakkan di tempat duduk. Utsman bin Affan berkata: Apa hajatmu? Lelaki tersebut menyampaikan hajatnya, dan Utsman bin Affan memutuskan permasalahannya”. (HR. Al-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir dan al-Baihaqi dalam Dalail al-Nubuwwah)

Ulama ahli hadits al-Hafidz al-Haitsami berkata:

وقد قال الطبراني عقبه والحديث صحيح بعد ذكر طرقه التي روى بها

“Dan sungguh al-Thabrani berkata (setelah Ath-Thabrani menyebut semua jalur riwayatnya): Riwayat ini sahih.” ¹¹⁷)

– Ulama salaf bertawassul dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam

Ibnu Taimiyah mengutip doa tawassul seperti di atas dan ia mengatakan bahwa ulama salaf membacanya, yaitu:

روى ابن أبي الدنيا في كتاب مجابي الدعاء قال: حدثنا أبو هاشم سمعت كثير بن محمد بن كثير بن رفاعة يقول جاء رجل إلى عبد الملك بن سعيد بن أبجر فجس بطنه فقال بك داء لا يبرأ. قال ما هو؟ قال الدبيلة. قال فتحول الرجل فقال الله الله الله ربي لا أشرك به شيئا أللهم إني أتوجه إليك بنبيك محمد نبي الرحمة صلى الله عليه وسلم تسليما يا محمد إني أتوجه بك إلى ربك وربي يرحمني مما بي. قال فجس بطنه فقال قد برئت ما بك علة. قلت فهذا الدعاء ونحوه قد روي أنه دعا به السلف ونقل عن أحمد بن حنبل في منسك المروذي التوسل بالنبي صلى الله عليه وسلم في الدعاء ونهى عنه آخرون

“Ibnu Abi Dunya meriwayatkan dari Katsir bin Muhammad, ada seorang laki-laki datang ke Abdul Malik bin Said bin Abjar. Abdul Malik memegang perutnya dan berkata: “Kamu mengidap penyakit yang tidak bisa disembuhkan”. Lelaki itu bertanya: “Penyakit apa?” Ia menjawab: “Penyakit Dubailah (semacam tumor dalam perut)”. Kemudian laki-laki tersebut berpaling dan berdoa: “Allah, Allah, Allah… Tuhanku, tiada suatu apapun yang menyekutuinya. Ya Allah, saya menghadap kepadaMu dengan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang rahmah, Wahai Muhammad saya menghadap pada Tuhanmu dengamu (agar) Tuhanku menyembuhkan penyakitku”. Lalu Abdul Malik memegang lagi perutnya dan ia berkata: “Penyakitmu telah sembuh”. Saya (Ibnu Taimiyah) berkata: “Doa semacam ini diriwayatkan telah dibaca oleh ulama salaf, dan diriwayatkan dadi Ahmad bin Hanbal dalam al-Mansak al-Marwadzi bahwa beliau bertawassul dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam doanya. Namun ulama yang lain melarang tawassul.” ¹¹⁸)

Alhamdulillahi rabbil ‘aalamiin

____________________

¹¹⁷) Al-Hafidz al-Haitsami, Majma al-Zawaid, 2/565
¹¹⁸) Majmu Fatawa, 1/264 dan Tawassul wal wasilah, 2/199

Sumber : buku yang berjudul “Menjawab Amaliyah & Ibadah yang dituduh bid’ah 2”

Penulis : KH. Ma’ruf Khozin

____________________

Ubaidillah Fadhil Rohman

Mengenai hukum Tawassul baca di : https://www.mqnaswa.id/tawassul/

Baca juga : https://www.nu.or.id/post/read/71252/makna-dan-macam-macam-tawassul

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *