Nenek Tua yang Lebih Hebat dari Iblis (2)

3 min read

Bismillahir rahmaanir rahiim

Iblis pun bergidik melihat bagaimana hebatnya wanita itu dalam menjerumuskan pemuda saleh yang selalu gagal digodanya. Sesuai kesepakatan Iblis harus memberi wanita tua itu sepasang sepatu berwarna merah.

Iblis pun datang. Ia mengikatkan sepatu merah itu di sebuah tongkat panjang, dan mengulurkan tongkat itu kepada si nenek seraya berkata, “Ini sepatumu”. Bahkan iblis pun seperti enggan dekat dekat dengan wanita tua yang lebih hebat darinya. Ya karena dia adalah iblis. Hanya iblis. Tetapi wanita itu manusia, tapi benar benar seperti iblis, manusia sekaligus iblis. Pantas saja dia lebih mudah menjerumuskan manusia ke dalam kesesatan.

Jika dia menemui manusia, pastilah manusia itu akan membacakan kalimat kalimat dzikir perlindungan yang akan membuat dia terbakar. Tetapi jika manusia iblis yang mereka temui, malah mereka sering tampak akrab dan nyambung dalam seketika. Dan luar biasanya lagi, manusia iblis tidak mempan dibacakan ayat kursi atau mu’awwidzatain (Al-Falaq + An-Nas).

Kisah sebelumnya antara Iblis dan nenek ini dapat dibaca di https://www.mqnaswa.id/nenek-tua-yang-lebih-hebat-dari-iblis-1/

“Tunggu, kata wanita tua itu”

“Ada apa?

“Aku minta imbalan satu lagi. Aku pikir, jasaku sangat besar padamu. Bagaimana mungkin sepasang sepatu bisa sepadan dengan seorang pemuda saleh yang aku jerumuskan”

“Bukankah itu permintaanmu sendiri” tanya Iblis

“Sudahlah, kamu banyak bertanya seolah aku tidak mengenalmu. Bukankah kau juga senang?”

“Baiklah. Katakan apa yang kamu inginkan” Iblis tidak bisa mengelak dari kata kata telah si nenek itu. Betul ia memang menginginkan keburukan untuk manusia. Tapi rasanya tidak suka lama lama dengan wanita ini. Apakah ia enggan tersaingi? Atau si nenek itu benar benar menjijikan? Entahlah.

Iblis memang sering merasa tidak berdaya. Orang-orang dari kalangan shalihin mengenal hal itu. Maka sudah sangat dikenal dalam riwayat. Jika Sayidina Umar melewati suatu jalan, pasti iblis melewati jalan yang lain agar tidak berpapasan dengan sayidina Umar. Cahaya keimanan yang kuat, membuat mereka sama sekali tidak ada rasa takut kepada iblis, bahkan iblis lah yang menghindar dari terangnya cahaya Allah dalam dada mereka.

Sebaliknya orang-orang yang terlampau jahat pun mengenal dirinya.

Ia teringat suatu hari mengetuk pintu kamar Fir’aun. Dari dalam terdengar Fir’aun bertanya “Siapa itu?”

Iblis menjawab, “Engkau mengaku Tuhan, tapi tidak tahu siapa yang ada di balik pintu”

Dengan santai Fir’aun menjawab, “Aku bukan Tuhan. Baik aku sendiri dan kamu sama sama sudah tahu itu. Aku bukan Tuhan seperti yang aku proklamirkan, sebaliknya, kamu pun sebenarnya tidak punya kekuatan apa apa untuk menggelincirkan manusia sebagaimana engkau sombongkan di hadapan Tuhan. Engkau berkata kepada yang Maha Kuasa :

“Demi kekuasaanMu aku akan menyesatkan mereka semua”[1]

Kita berdua hanya diberi Tuhan kesempatan untuk memperbudak manusia untuk kepentingan kita. Justru aku sering bertanya tanya, apakah ada di dunia ini manusia yang lebih hebat kejahatannya dari kita berdua”

Fir’aun terus bicara. “Menurutku, tidak ada manusia yang lebih hebat kejahatannya dibanding aku”

Iblis menyergah, “Engkau bukan Tuhan yang mengetahui segalanya”

Fir’aun malah marah, “Jika ada, maka katakan kepadaku”. Iblis hanya tertawa atau lebih terlihat menyeringai buruk.

Di tengah lamunan Iblis akan pertemuannya dengan Fir’aun tiba tiba ia tersentak.

“Hei apa kau mendengarku !” suara wanita itu mengejutkan lamunan iblis. Tapi seolah tidak memberi kesempatan Iblis nenek itu berkata, “Aku punya tetangga. Dia adalah wanita yang sangat sholehah,. Perempuan yang tidak dapat tertandingi ketaatannya.

Iblis hanya terdiam seolah bosan.

“Wanita itu memiliki dua ekor sapi perah yang menghasilkan susu yang sangat banyak. Setiap pagi dia membawa kedua sapinya untuk digembalakan, dan sore hari pulanglah kedua sapi itu dengan ambing yang penuh dengan susu. Wanita itu memerah susu kedua sapinya. Dengan hasil yang melimpah dia membagi-bagikan banyak susu kepada tetangga dan orang-orang kampung”.

Iblis bertanya, “Kenapa kamu membenci dan mendengkinya? Apakah wanita itu tidak memberimu susu seperti dia memberi tentangga yang lainnya”

“Tidak” sergah nenek itu. “Aku diberinya juga. Justru itu, aku semakin tidak suka padanya. Dia datang di depan pintu seolah dirinya adalah malaikat penolong dan aku adalah nenek tua yang harus dikasihani. Memang aku hanya memiliki ayam ayam, tapi tidak berarti aku ingin dikasihani dengan susu sapi”.

“Lalu apa yang kau inginkan” tanya iblis

“Aku ingin agar ketika digembalakan, kau giring sapi sampi itu ke tebing jurang, biasanya wanita pemilik sapi menunggu sapi sapinya merumput di tempat teduh yang jauh. Nah, ketika sudah di tebing, aku akan mendorongnya. Biar kedua sapi itu mati jatuh ke dalam jurang”

“Mengapa tidak sekalian aku yang mendorongnya” tanya iblis.

“Lagi lagi kau seperti tidak mengerti. Tentu harus aku sendiri yang melakukan, bukankah itu lebih baik untuk menyembuhkan peraasaanku ini” jawab si nenek ketus

Iblis mencoba menawar, tapi dalam benaknya sudah menyimpan sesuatu. Sesuatu yang akan dia menangkan dengan Fir’aun. Iblis berkata, “Sudahlah. Daripada kamu membunuh sapi. Karena engkau merasa risih diberi susu setiap hari. Begini saja. Kamu aku beri tambahan hadiah berupa dua ekor sapi yang gemuk. Sapi yang memiliki susu melimpah, agar kamu pun bisa membagi susu kepada tetangga. Seperti perempuan salehah itu”.

Nenek itu berkata, “Bukan,  bukan itu yang aku inginkan. Aku tidak ingin punya dua ekor sapi. Tapi aku juga tidak mau kalau wanita itu punya dua ekor sapi”

Iblis tertawa terbahak bahak, sampai telinga wanita itu berdenging. Ia terbang pergi dengan berkata, “Tunggu, aku teringat kawanku yang luar biasa kedengkiannya. Sama denganmu bahkan dia lebih hebat lagi” Iblis melesat. Tapi tidak menuju kampung lelaki pendengki seperti yang dikatakannya.

Jangan heran, iblis memang begitu. Ia justru sedang menuju istana Fir’aun. Dari mulutnya bergumam dengan suara yang parau, “Jelas sekali. Nenek tua itu lebih beruruk darimu, bahkan dari kita berdua”. Ia akan mengatakan itu pada Fir’aun.

Tunggu kisah lelaki pendengki dalam Kisah Super berikutnya, insya Allah.

Semoga bermanfaat. Amin.

Alhamdulillahi robbil ‘aalamiin

Kertanegara, Rabu Pon, 23 Januari 2019 M/ 17 Jumadil Awwal 1440 H

Wawan Setiawan

Sumber : Syaikh Mudhaffar AlKhalwati


[1] QS. Shad/38 : 82

One Reply to “Nenek Tua yang Lebih Hebat dari Iblis (2)”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *