Postur Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam

3 min read

Ngaji Syamailul Muhammadiyah 3 – tentang Bentuk Fisik Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yakni postur, rambut, kulit, dan usia beliau.

بَابُ مَا جَاءَ فِى خَلْقِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. وَفِيْهِ خَمْسَةَ عَشَرَ حَدِيْثَا

Bab[7] hadits-hadits (yang datang / dituturkan kepada kita yang menceritakan tentang) bentuk fisik[8] Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Dalam bab ini terdapat 15 hadits.[9]

١ –  أَخْبَرَنَا أَبُوْ رَجَاءَ قُتَيْبَةُ  بْنُ سَعِيْدٍ، عَنْ مَالِكِ بْنِ أَنَسٍ، عَنْ رَبِيْعَةَ بْنِ أَبِيْ عَبْدِ الرَّحْمٰنِ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَّهٗ سَمِعَهٗ يَقُوْلُ :

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ بِالطَّوِيْلِ الْبَائِنِ وَلَا بِالْقَصِيْرِ، وَلَا بِالْأَبْيَضِ الْأَمْهَقِ وَلَا بِالْأۤدَمِ، وَلَا بِالْجَعْدِ الْقَطَطِ وَلَا بِالْبَسْطِ. بَعَثَهُ اللهُ تَعَالٰى عَلٰى رَأْسِ أَرْبَعِيْنَ سَنَةً، فَأَقَامَ بِمَكَّةَ عَشَرَ سِنِيْنَ وَبِالْمَدِيْنَةِ عَشَرَ سِنِيْنَ. فَتَوَفَّاهُ اللهُ تَعَالٰى عَلٰى رَأْسِ سِتِّيْنَ سَنَةً. وَلَيْسَ فِى رَأْسِهٖ وَلِحْيَتِهٖ  عِشْرُوْنَ شَعْرَةً بَيْضَاءَ.

1 – Telah menceritakan kepada kami Abu Raja’ Qutaibah bin Sa’id[10], dari Malik bin Anas[11] dari Robi’ah bin Abi ‘Abdir Rohman[12], dari Anas bin Malik[13]. Robi’ah mendengar Sayidina Anas bin Malik berkata :

“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bukanlah orang yang berperawakan terlalu tinggi, namun tidak pula terlalu pendek. Kulitnya tidak putih bule (pucat), tidak pula sawo matang.[14] Rambutnya tidak terlalu keriting tidak pula lurus kaku[15]. Beliau diangkat Allah (menjadi Rasul) dalam usia 40 tahun. Beliau tinggal di Makkah (sebagai Rasul) selama 10 tahun[16] dan tinggal di Madinah selama 10 tahun[17]. Allah mewafatkan beliau pada usia 60 tahun[18]. (Sampai wafatnya), pada kepala dan jenggot beliau terdapat rambut yang berwarna putih/ uban yang tidak lebih dari 20 helai[19].”

 

Keterangan dan Penjelasan :

[7] Baab (بَابُ) dalam bahasa Indonesia biasa diartikan pintu. Seperti dalam hadits :

أَنَا مَدِيْنَةُ الْعِلْمِ وَعَلِيٌّ بَابُهَا

“Aku adalah kota Ilmu dan ‘Ali adalah pintunya”

Maksud pintu di sini adalah Sesuatu yang menyampaikan kepada tujuan. Tidak bisa kita mencapai tujuan yang kita tuju kecuali melaluinya. Jadi hadits di atas maknanya “Aku adalah kota ilmu. Tapi tidak bisa kamu mencapai ilmuku (Rasulullah), kecuali harus (belajar) melalui Sayidina ‘Ali”. Ini adalah pujian yang sangat tinggi dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaih Wasallam kepada sayidina Ali

Baca Karomah Sayidina Ali Radhiyallahu ‘Anh di : https://www.mqnaswa.id/karomah-sayidina-ali-bin-abi-thalib-karomallahu-wajhah/

Sebagaimana sebuah syair yang memuji Rasul :

وَأَنْتَ بَابُ اللهِ أَيُّ امْرِئٍ            أَتَاهُ مِنْ غَيْرِكَ لَا يَدْخُلُ

“Engkaulah pintu-nya Allah dalam segala urusan.
Siapa yang mendatangi Allah selain dari pintumu, ia tidak akan bisa masuk”

Atau sebuah syair qashidah yang sangat terkenal :

يَا إِمَامَ الرُّسْلِ يَا سَنَدِ            أَنْتَ بَابُ اللهِ مُعْتَمَدِ

“Wahai Imam para Rasul, engkaulah pintu-nya Allah, tempat bersandar kami yang terpercaya”

Yakni, tidak bisa kita mengenal Allah dan memperoleh rahmat Allah kecuali lewat Rasulullah Shallallahu ‘Alaih Wasallam.

[8] Lafadz kholqi (خَلْقِ) maksudnya bentuk lahiriah manusia. Dari akar kata yang terdiri dari huruf Kho, Lam dan Kaf, terlahir kata (مَخْلُوْق) “maKHLuQ” yang artinya manusia/ ciptaan Allah, (خَلُقِ) “KHuLuQun”  atau (أَخْلَاق) “aKHLaaQ”, yang sudah menjadi bahasa Indonesia atau kita mengartikannya budi pekerti yang luhur.

Jadi, kesempurnaan seorang makhluk (manusia), bukan hanya dalam bentuk fisiknya, tetapi seharusnya di dalam akhlak/ budi pekertinya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaih Wasallam memiliki keduanya (bentuk fisik yang indah), dan akhlak yang mulia.

Mengapa hadits-hadits yang menceritakan bentuk fisik ini didahulukan oleh Imam Tirmidzi, padahal bukankah sifat batin (akhlak) itu jauh lebih penting untuk kita teladani ?

  • Karena sifat sifat lahiriyah adalah sifat sifat kesempurnaan Rasul yang mula mula bisa ditangkap / dilihat. Juga karena sifat-sifat yang lahiriyan itu menjadi petunjuk, menjadi cermin pada sifat-sifat batiniyah. Misalnya, cara berjalan Rasul yang tegap, menunjukkan sifat himmah (kemantapan) Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
  • Karena, supaya kita mengenal Rasul secara bertahap, dari yang lahiriyah lalu semakin meningkat (lebih tinggi), mengenal dan meneladani beliau lebih sempurna menuju sifat batiniyah.

[9] Kitab ini berisi 400 hadits yang dibagi dalam 56 Bab. Di dalam bab pertama ini, terdapat 15 hadits atau 14 hadits, karena 1 hadits dengan satu makna yang persis sama meksi beda riwayat.

[10] Nama beliau Qutaibah putera Abi Sa’id. Nama asli ayahnya adalah ‘Ali, dipanggil Abu Sa’id Al-Baghlani. Baghlan adalah nama salah satu desa di Balkh, Iran. Abu Sa’id (‘Ali) lahir tahun 148 atau 149 Hijriyah, wafat pada tahun 240 Hijriyah.

[11] Imam Malik bin Anas (Pendiri Madzhab Maliki), beliau adalah salah satu tiang penegak agama Islam, berjuluk Imam Darul Hijrah (Imamnya kota Hijrah, yakni Imamnya kota Madinah).

Imam Malik berada dalam kandungan ibunya selama 3 tahun. Lahir pada tahun 95 Hijriyah, dan wafat pada tahun 179 Hijriyah (usia 83 tahun). Manaqib beliau sangat terkenal dan banyak.

[12] Robi’ah adalah seorang faqih (ahli fikih) kota Madinah. Wafat pada tahun 136 Hijriyah. Imam Malik bin Anas (pendiri madzhab Maliki) memuji gurunya (yakni Robi’ah ) dengan mengatakan, “Hilanglah lezatnya ilmu fikih dengan wafatnya beliau (Robi’ah)”

[13] Sayidina Anas bin Malik adalah khadim (pelayan) Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Beliau menjadi pelayan Rasul sejak awal kedatangan Rasul di kota Madinah.

Sayidina Anas bin Malik mendapatkan berkah Rasul, ketika suatu saat ibunda beliau berkata, “Wahai Rasulullah, do’akanlah Anas”. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berdo’a :

أَللّٰهُمَّ أَكْثِرْ مَالَهٗ وَوَلَدَهٗ وَبَارِكْ فِيْه

“Ya Allah perbanyaklah harta dan anaknya, dan berkahilah semuanya”

Dengan berkah do’a Rasulullah tersebut, kebun milik Sayidina Anas tidak pernah gagal panen, bahkan bisa panen 2 kali dalam setahun (padahal umumnya hanya sekali dalam setahun). Dan Sayidina Anas adalah sahabat Nabi yang paling banyak keturunannya, yakni (saat beliau masih hidup), beliau memiliki lebih dari 100 anak cucu.

 

[14] Yakni kulit Rasul putih segar kemerahan. Karena warna putih kemerahan adalah warna kulit yang paling indah di dunia ini.

[15] Yakni rambut Rasul itu tidak lurus kaku, tidak keriting ngruwel, tapi pertengahan (ikal). Karena sebaik baik setiap urusan adalah pertengahan (dalam bahasa Jawa sedengan).

[16] Dalam banyak riwayat beliau tinggal di Makkah 13 tahun. Maka mengumpulkan dua riwayat ini dikatakan, Nabi menerima wahyu usia 40 tahun. Kemudian wahyu terhenti selama 3 tahun.

Lalu turunlah wahyu “Yaa Ayyuhal Muddatsir” sebagai perintah Allah kepada Nabi untuk berdakwah secara terang-terangan. Dari sinilah dihitung 10 tahun, sampai hijrah ke Madinah. Atau dikatakan 10 tahun secara global (tidak menghitung satuannya yang tiga tahun).

[17] Yakni setelah beliau hijrah dari Makkah. Beliau berangkat dari Makkah bersama Sayidina Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anh, pada hari Kamis. Sampai di Kota madinah hari Senin, 12 Rabi’ul Awal, tahun ke-13 kenabian, atau usia Rasul 53 tahun.

[18] Sebagian riwayat 65 tahun. Sedangkan yang paling masyhur adalah 63 tahun. Maka hadits ini mengglobalkan (60 tahun, tidak menghitung lebih-nya).

[19] Mengapa uban Nabi sedikit ?

Karena pada umumnya wanita tidak menyukai uban lelaki (suaminya). Bahkan lelaki pun tidak menyukai uban. Sedangkan jika seseorang tidak menyukai apa yang ada dalam diri Rasulullah, hukumnya kafir.

Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tetap “diberi” uban, karena terdapat hadits-hadits yang mengatakan keutamaan uban sebagai “cahaya”, namun dengan jumlah yang sedikit dan pantas.

 

Dari pengajian ke-3 ini, kita mendapat keterangan bahwa :

  • Postur Rasulullah : Sedang (cenderung tinggi)
  • Rambut Rasulullah : Ikal (tidak keriting dan tidak lurus kaku)
  • Uban Rasulullah : Sedikit (tidak sampai 20 helai)
  • Warna kulit Rasulullah : Putih kemerahan (Tidak putih pucat dan tidak coklat)
  • usia Rasulullah : Diangkat jadi Nabi umur 40 tahun. Tinggal di Makkah 13 tahun. Tinggal di madinah 10 tahun dan wafat pada umur 63 tahun.

Wallahu A’lam
Alhamdulillahi robbil ‘alamin,

Kertanegara, Naswa,
Wawan Setiawan

Ngaji Syamail Muhammadiyah setiap malam Jum’at di MQ Naswa – Nasy’atul Wardiyah

Baca pengajian Sebelumnya di : https://www.mqnaswa.id/ngaji-syamail-muhammadiyah-2-mengenal-imam-tirmidzi/

Baca kedekataan Sayidina Anas dan Rasulullah di : https://islam.nu.or.id/post/read/105596/cara-rasulullah-mendidik-anak-kecil-yang-membangkang

 

One Reply to “Postur Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *