Nikmat Apakah yang Pertama Kali Allah Anugerahkan ?

2 min read

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Jika kita menghitung nikmat Allah, pasti kita tidak akan mampu meghitungnya. Allah sendiri yang mengatakan hal itu. QS. An-Nahl/16 : 18

وَإِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللهِ لَا تُحْصُوْهَۤا إِنَّ اللهَ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Memang jika kita memikirkan, dalam sehari nikmat yang dirasakan dari kedua mata saja sangat banyak. Melihat senyum isteri dan anak-anak terasa nikmat. Melihat hijaunya daun terasa nikmat. Melihat kedatangan kawan terasa nikmat dan seterusnya. Tidak terhingga. Baru dari kedua mata saja. Belum lisan/ mulut yang dalam sehari entah berapa ratus/ ribu kosa kata yang keluar. Dari tangan kaki dan sebagainya.

Sampai sampai ada sebuah cerita. Pada zaman dahulu ada seorang yang menghabiskan sisa hidupnya untuk menyepi. Seperti seorang pertapa, ia hanya memfokuskan untuk beribadah kepada Allah. Di sana ia banyak memuji Allah, tidak melakukan apa pun selain beribadah. Makanan yang ia makan seadanya ia peroleh di hutan. Sepertinya kebutuhan makan minum apalagi kesenangan duniawi hampir ia lupakan. Ia telah melakukannya dalam waktu cukup lama, entah 5 atau 10 tahun, hingga datanglah ajalnya.

Ketika sampai di hadapan Allah (maksudnya di pengadilan amal), Allah berfirman, “Masukan dia ke syurga, karena aku kasihan padanya”.

Orang itu terperangah dan berkata, “Ya Allah, apakah engkau memasukkan aku hanya karena kasihan saja? Bukankah aku telah menghabiskan hidupku hanya untuk memujiMu, mengingatMu dan mengabdiMu?”

“Apakah engkau bermaksud untuk menimbangnya?”

“Hamba hanya ingin tahu seberapakah pahala yang Engkau berikan untuk amal hamba”.

Maka Allah pun memerintahkan malaikat untuk mulai menghitung amal kebajikannya. Hingga wajah lelaki itu tersenyum cerah, karena melihat betapa besar amal kebajikannya. Sungguh berbahagia karena apa yang selama ini telah ia lakukan tidaklah sia sia. Amal itu kini nyata dan akan menjadi bekalnya masuk ke dalam syurga.

Kemudian Allah berfirman, “Setelah itu, timbanglah berapa kenikmatan yang telah dilimpahkan padamu. Dimulai dari mata sebelah kanan”

Maka malaikat mulai merinci kenikmatan yang telah diberikan Allah melalui mata yang sebelah kanan. Setiap detik cahaya yang masuk, yang menimbulkan rasa senang. Setiap tulisan yang dibaca, setiap wajah yang dilihat. Bahkan semua ilmu yang dimiliki dari berkah matanya.

Lama sekali malaikat itu memerinci hingga ia melihat besarnya nikmat Allah itu terwujud melebihi tinggi dan besarnya bukit amal yang semula ia banggakan. Padahal baru dari sebelah matanya saja.

Ketika malaikat telah selesai menghitung dan akan melanjutkan untuk memerinci kenikmatan dari mata kirinya, lelaki itu tersungkur bersujud memohon ampun kepada Allah. Seraya berkata, “Ya Allah, ampunilah hamba dan kasihanilah hamba. Masukkanlah hamba ke dalam syurga dengan kasih sayangMu. Bukan dengan keadilanMu”

Maka Allah memasukkannya ke dalam syurga, karena ampunan dan kasih sayangNya. Hal ini terlihat jelas di ayat tersebut (QS. An-Nahl/16 : 18), setelah menyebutkan tidak terhingganya kenikmatan yang diberikan, ditutup ayat itu dengan “Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang “.

Demikian, gambaran sederhana dari besarnya kenikmatan Allah kepada manusia.

Tapi dari sekian banyak dan tak terhingganya kenikmatan itu, apakah kenikmatan yang pertama kali dianugerahkannya untuk kita? Kita bisa menyebutkan, nikmat sehat, nikmat Iman dan sebagainya.

Di dalam Al-Qur’an, pertama kalinya Allah menyebutkan anugerah kepada manusia adalah pada QS. Al-Baqarah/2 : 21

يَۤا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَالَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ

Hai manusia, sembahlah (beribadahlah kepada) Tuhanmu Yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian bertakwa.

 

Pada ayat itu, Allah memanggil kita dengan sebutan “Hai Manusia”, lalu Allah menyebutkan anugerahNya yakni “telah menciptakan kalian”.

Ya, nikmat agung yang pertama adalah nikmat penciptaan. Nikmat wujud. Allah “berkenan” menciptakan kita dan hadir di dunia ini. Sebagai manusia. Kita tidak pernah merasa “pesan” kepada Allah agar menjadi manusia. Semua semata pemberian Allah. Kita tercipta, wujud di dunia ini.

Lalu kita menjadi ada. Kita berwujud manusia. Padahal Allah pun menciptakan hewan hewan. Lalat, tikus, anjing dan sebagainya. Tentu saja Allah mampu mewujudkan kita tidak sebagai manusia. Tapi sebagai hewan atau apa saja. Tapi kenyataanya Dia memberi kita kenikmatan wujud ini untuk kita.

Wujud manusia adalah wujud yang paling sempurna. Panca inderanya, ruas ruas jarinya, rambut dan wajahnya, cara berdiri, duduk dan berjalannya. Cara tersenyum, tertawa dan bercanyanya, bahkan paling sempurna akal dan perasaannya.

Dengan kenikmatan wujud inilah, terbuka jutaan bahkan milyaran tak terhingga kenikmatan lain yang terus mengalir, sepanjang hidup kita. Dari seluruh panca indera, bahkan dari perasaan dan jiwa. Tertawa, menangis, semua wujud kenikmatan yang secara sempurna hanya diberikanNya kepada manusia.

Lalu Allah menawarkan, akan kebahagiaan yang abadi, yang akan dianugerahkanNya, dengan beribadah kepadaNya. Sebagai wujud syukur atas segala pemberian Allah. Sehingga kita mendapat kasih sayangNya meskipun ibadah kita tidak akan sepadan dengan seluruh kenikmatan yang telah dianugerahkan kepada kita.

 

Wallahu A’lam

Alhamdulillahi robbil ‘aalamiin

Pengajian Kitab Tafsir Al-Ibriz di Mushalla Ar-Raudlah MQ. Nasy’atul Wardiyah

Kertanegara, Senin Kliwon, 31 Desember 2018 M/ 23 Rabi’ul Akhir 1440 H

Wawan Setiawan

One Reply to “Nikmat Apakah yang Pertama Kali Allah Anugerahkan ?”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *