Bagian pertama Kita at-Tibyan yang Menjelaskan Larangan Memutuskan Silaturahim, Kekerabatan dan Persaudaraan
التبيان
في النهي عن مقاطعة الأرحام والأقارب والإخوان
تحرير الفقير إليه تعالى محمد هاشم أشعرى الجومباني
عفا الله عنه وعن والديه ومشايخه وجميع المسلمين آمين
KITAB AT-TIBYAN
Menjelaskan Larangan Memutuskan Silaturahim, Kekerabatan dan Persaudaraan
Hadratusy Syaikh Muhammad Hasyim Asy’ari Jombang
Semoga Allah mengampuninya, kedua orang tuanya, guru-gurunya dan seluruh muslimin, Amiin.
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذى جعل صلة الأرحام من أفضل القربات وقطيعتها من أقبح الذنوب وأفحش السيئآت، جاءت بذلك الآيات البينات، ووردت به الأحاديث الصحيحات عن صاحب الشرع عليه أفضل الصلاة وأتم السلام وعلى آله وصحبه السادة الأعلام.
Bismillahir rahmaanir rahiim
Segala puji hanya milik Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah menjadikan silaturahim sebagai ibadah yang paling utama, dan memutuskan silaturahim sebagai perbuatan dosa yang paling tercela dan keburukan yang paling keji (kotor). Hal itu telah disebutkan dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang jelas dan hadits hadits sahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sang pembawa syari’at, semoga Allah melimpahkan rahmat yang paling utama dan keselamatan yang sempurna atas beliau dan sahabat beliau, para pemimpin yang tinggi ilmunya.
أما الآية فقوله تعالى: {وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَام} أي اتقوا قطيعتها {إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا}، فإنك إذا علمت أن الله رقيب على أعمالك حافظ لها مجاز عليها رجعت إليه وامتثلت أمره وكنت على غاية الخوف من أليم عقابه وعظيم حجابه واحتفظت على صلة أرحامك وخفت من مقاطعتهم.
Adapun ayat Al-Qur’an yang menjadi dalil akan hal itu adalah firman Allah ta’ala dalam QS. An-Nisa/4 : 1 :
وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامإِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“peliharalah diri kalian dari siksa Allah, yang dengan menggunakan nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain[1], dan peliharalah hubungan silaturahim (takutlah kamu memutuskannya). Sesungguhnya Allah selalu mengawasi kalian”
Jika engkau mengetahui bahwa Allah sungguh sungguh mengawasi perbuatan perbuatanmu, mencatat dan memberi balasan setiap perbuatan itu, maka engkau akan kembali ke dalam petunjukNya, menaati perintah-Nya dan engkau akan benar benar takut dari pedih siksa-Nya, serta takut terhijab (terhalang dari kasih sayangNya). Engkau akan menjaga silaturahim dan takut untuk memutuskannya.
وقوله تعالى: {فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِن تَوَلَّيْتُمْ أَن تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ. أُوْلَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ. أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا}،
Dan firman Allah ta’ala dalam Qur’an Surat Muhammad/47 : 22-24 yang artinya :
“Maka apakah jika kalian berkuasa, kalian akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan silaturahim? Merekalah orang-orang yang dilaknat oleh Allah, ditulikan telinga mereka dan dibutakan penglihatan mereka. Apakah mereka tidak memerhatikan Al-Qur’an ataukan hati mereka telah terkunci?”
وقوله تعالى: {وَالَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهْدَ اللّهِ مِن بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللّهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الأَرْضِ أُوْلَئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ}،
Dan firman Allah ta’ala dalam Qur’an Surat Ar-Ra’d/13 : 25 yang artinya :
Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh, dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan (silaturahim) dan melakukan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahanam)”
فمن عنده أدنى يقظة وفهم وتدبر يرجع عن قطيعة الرحم بأدنى مما دلت عليه أية من هذه الآيات الثلاث، ولو فتحت عين بصيرتك وظهرت من النقائص سريرتك لفهمت من هذه الآيات ما يحملك على إفراغ كل وسعك في صلة الأرحام ما أمكنك.
Barangsiapa memiliki sedikit saja kesadaran, kefahaman dan perhatian (pada ayat ayat di atas), maka ia segera memperbaiki diri dari memutuskan silaturahim. Bahkan, jika saja engkau membuka mata hatimu, dan mensucikannya dari kotoran dan kekurangan, pasti engkau memahami (dan menemukan dari ketiga ayat ini), hal hal yang mendorongmu untuk melestarikan silaturahim dengan mencurahkan segenap kemampuan.
وقوله تعالى: {وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلاَّ الْفَاسِقِينَ. الَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِن بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الأَرْضِ أُولَـئِكَ هُمُ الْخَاسِرُوْن}.
Dan firman Allah ta’ala dalam Qur’an Surat Al-Baqarah/2 : 26-27 yang artinya :
“dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang Fasik. (Siapa mereka ?). Yaitu orang-orang yang melanggar perjanjian dengan Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk disambungkan (yakni memutuskan silaturahim), dan mereka membuat kerusakan di muka bumi ini. Merekalah orang-orang yang merugi”
وعن محمد الباقر رضي الله عنه أن أباه عليا زين العابدين رضي الله عنه قال: {لا تُصَاحِبْ قَاطِعَ رَحِمه لأَنِّي وَجَدْتُهُ مَلْعُوْنًا فِيْ كِتَابِ اللهِ تَعَالَى فِيْ ثَلاَثَةِ مَوَاضِعَ}، وذكر الآيات السابقة، آية سورة القتال واللعن فيها صريح، وأية سُوْرَةِ الرعد واللعن فيها بطريق العموم لأن ما أمر الله به أن يوصل يشمل الأرحام وغيرها، وأية سورة البقرة واللعن فيها بطريق الإستلزام إذ هو من لوازم الخسران.
Dari Muhammad Baqir Radhiyallahu ‘Anh, sesungguhnya ayahnya, yakni Sayidina ‘Ali Zainal Abidin Radhiyallahu ‘Anh berkata, “Jangan kau bergaul dengan orang yang memutuskan silaturahim. Karena kutemukan mereka dilaknat di tiga tempat (dalam al-Qur’an)”.
Perhatikan lagi ayat-ayat di atas :
1. Ayat dalam surat al-Qital (Surat Muhammad/47 : 22-24). Laknat dalam ayat tersebut menggunakan bahasa yang sangat jelas (shorih).
2. Ayat dalam surat ar-Ra’d/13 : 25. Laknat dalam ayat ini menggunakan dalalah (petunjuk) yang umum. Karena dalam ayat itu ada 3 hal menyebabkan laknat Allah. Pertama, merusak perjanjian dengan Allah. Kedua, memutuskan hal yang seharusnya disambungkan, dan ketiga, membuat kerusakan di bumi. Silaturrahmi termasuk dalam “hal yang diperintahkan Allah untuk disambung”.
3. Ayat dalam surat
Al-Baqarah/2 : 26-27. Laknat dalam ayat ini menggunakan cara istilzam
(ketetapan akibat). (Maksudnya, dalam ayat ini Allah menetapkan/ memastikan
mereka sebagai orang yang benar benar rugi akibat dari memutuskan silaturahim).
[1] Maksud “tasaa-aluuna bihi “: dengan namaNya kalian saling meminta adalah :
– ketika kita meminta kepada Allah, kita menyeru memanggil nama-Nya
– ketika seseorang meminta kepada orang lain pun ia menyebut nama Allah, ia berkata : Aku meminta kepadamu, karena Allah.
Bagian kedua dapat dibaca di https://www.mqnaswa.id/pengajian-kitab-hadratusy-syaikh-hasyim-asyari-at-tibyan-2/
Biografi Hadratusy Syaikh Hasyim Asy’ari dapat dibaca di http://bio.or.id/biografi-kh-hasyim-al-asyari-pendiri-nahdlatul-ulama-nu/
One Reply to “Kitab Hadratusy Syaikh Hasyim Asy’ari : At-Tibyan (1)”