Bagian kedua tentang menyambung silaturahim dalam Kitab At-Tibyan yang Menjelaskan Larangan Memutuskan Silaturahim, Kekerabatan dan Persaudaraan
بسم الله الرحمن الرحيم
وأما الأحاديث فأخرج الشيخان عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إِنّ اللّهَ خَلَقَ الْخَلْقَ. حَتّىَ إِذَا فَرَغَ مِنْهُمْ قَامَتِ الرّحِمُ فَقَالَتْ : هَذَا مَقَامُ الْعَائِذِ مِنَ الْقَطِيعَةِ. قَالَ: نَعَمْ. أَمَا تَرْضَيْنَ أَنْ أَصِلَ مَنْ وَصَلَكِ وَأَقْطَعَ مَنْ قَطَعَكِ؟ قَالَتْ: بَلَىَ. قَالَ: فَذَلكِ لَكِ.
Adapun hadits hadits (yang menjadi dalil silaurahmi) adalah sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim (Syaikhooni) radhiyallahu ‘anhuma, dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anh, berkata : Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam : Sesungguhnya ketika Allah ta’ala selesai menciptakan makhluk, (sifat) rahim berdiri seraya berkata : (Apakah sifat rahim) ini adalah tempat orang meminta perlindungan dari keterputusan (putus dari rahmat Allah)?. Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjawab, “Ya. Apakah engkau rela jika Aku menyambung (kasih sayangKu) dengan orang yang menyambungmu (menyambung rahim / silaturahim) ? dan Aku memutuskan kasih sayangKu dengan orang yang memutuskanmu (memutus silaturahim)?”. Rahim menjawab, “Ya. Hamba rela”. Maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala berkata, “Itu adalah kedudukan untukmu”.[1]
وصح قوله صلى الله عليه وسلم : مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ مِنْ أَنْ يُعَجّلَ الله لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ في الدّنْيَا مَعَ مَا يَدّخِرُ لَهُ في الاَخِرَةِ مِنَ الْبَغْيِ وَقَطِيعَةِ الرّحِمِ وَالْخِيَانَةِ وَالْكَذِبِ، وَإِنَّ أَعْجَلَ الطَاعَةِ ثَوَابًا لَصِلَةُ الرَحِمِ، حَتَّى إِنَّ أَهْلَ البَيْتِ لَيَكُوْنُوْن فَجَرَةً فَتَنْمُوْ أَمْوَالُهُمْ وَيَكْثُرُ عَدَدُهُمْ إِذَا تَوَاصَلُوْا، وَمَا مِنْ أَهْلِ بَيْتٍ يَتَوَاصَلُوْنَ فَيَحْتَاجُوْنَ، وإنَّ أَعْمَالَ بَنِى آدَمَ تُعْرَضُ كُلَّ خَمِيْسٍ وَلَيْلَةِ جُمْعَةٍ، فَلاَ يُقْبَلُ مِنْهَا عَمَلُ قَاطِعِ رَحِمٍ.
Dan hadits shahih bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : “Dosa yang lebih cepat hukumannya bagi si pelakunya di dunia, tapi simpanan siksa diakhiratnya tetap ada untuknya, adalah kedhaliman, memutus silaturahim, khianat, dan dusta. Dan sesungguhnya ketaatan yang paling cepat ganjarannya adalah silaturrahim. Sesungguhnya (seumpama) sebuah keluarga itu meskipun buruk perangainya, jika mereka mau menyambung silaturahim, maka akan berkembang dan bertambah banyak hartanya. Tidaklah setiap anggota keluarga itu saling menyambung silaturahim kecuali mereka akan saling membutuhkan satu sama lain. Dan sesungguhnya amal anak cucu Adam (manusia) itu diangkat (dihadapkan kepada Allah ta’ala) setiap hari Kamis dan malam Jum’at. Maka (ketika amal itu diangkat) Allah tidak akan menerima amal orang yang memutus silaturahim”.
وصح أيضا قوله عليه الصلاة والسلام : ثَلاَثَةٌ لاَ يَدْخُلُوْنَ الجَنَّةَ : مُدْمِنُ الخَمْرِ، وَقَاطِعُ الرَّحِمِ، وَمُصَدِّقٌ بِالسِّحْر.
Dan hadits shahih bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : “Tiga orang yang tidak bisa masuk syurga, yaitu orang yang melanggengkan meminum khamr/ arak, orang yang memutus silaturahim dan orang yang membenarkan sihir”
وقوله: الرَحِمُ مُعَلَّقَةٌ بِالعَرْشِ تَقُوْلُ : مَنْ وَصَلَنِيْ وَصَلَهُ اللهُ، وَمَنْ قَطَعَنِيْ قَطَعَهُ اللهُ.
Dan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam : “Sifat rahim itu digantungkan di ‘Arsy. Ia berkata : “Orang yang menyambungkan aku, maka Allah ta’ala menyambungkan (kasih SayangNya) dengan orang itu, dan orang yang memutuskan aku, maka Allah ta’ala pun memutuskan (kasih sayangNya) dengan orang itu”.
و قوله فيما رواه عن ربه : يقول الله تعالى : أَنَا الله، و انا الرّحْمَنُ، خَلَقْتُ الرّحِمَ وَشَقَقْتُ لَهَا اسماً مِنْ اسْمِي، فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ وَمَنْ قَطَعَهَا قَطعْتُهُ
Dan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dari Tuhannya (Hadits Qudsi), Allah ta’ala berfirman : “Aku adalah Allah, Aku adalah Ar-Rahman (Dzat yang Maha Pengasih Penyayang), Aku menciptakan rahim (sifat mencurahkan kasih sayang), aku memberinya nama “rahim” seperti namaKu, maka barangsiapa yang menyambungkannya, Aku pun menyambung (kasih sayangKu) padanya, dan barang siapa memutuskannya, Aku pun memutuskan (kasih sayangKu) padanya”.
وقال صلى الله عليه وسلم : {أَرْبَى الرِّبَا الإِسْتِطَالَةُ فِيْ عِرْضِ المُسْلِمِ بِغَيْرِ حَقٍّ، وَإِنَّ هَذِهِ الرَحِمَ لَشِجْنَةٌ مِنَ الرَحْمَنِ} يعنى قرابة مشتبكة كاشتباك العروق، وفيها لغتان كسر الشين وضمها مع إسكان الجيم {تَقُوْلُ : يَارَبِّ إِنِّيْ قطعت، إني أسيء إلي يا رب، إني ظلمت يَارَبِّ، فيجيبها : ألا ترضين أن أصل من وصلكِ وأقطع من قطعكِ؟.
Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam : Sesungguhnya riba yang paling parah adalah merusak kehormatan seorang muslim. Sesungguhnya rahim itu “syujnah / cabang” dari sifat ar-Rahman.[2] Rahim berkata kepada Allah ta’ala : Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah diputuskan, sesungguhnya aku telah disakiti ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah didhalimi. Maka Allah ta’ala menjawabnya, “Apakah engkau ridla jika Aku menyambungkan kasih sayangku pada orang yang menyambungmu (menyambung silaturahim), dan Aku memutuskan kasih sayangKu dengan orang yang memutuskanmu?”
وعن سعيد بن زيد رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : {إنَّ مِن أرْبَى الرّبا الاسْتِطالَة في عِرْضِ المُسْلِمِ بِغَيْرِ حَق، وإن هذه الرحم شجنة من الرحمن عز وجل، فمن قطعها حرم الله عليه الجنة}. رواه الإمام أحمد والبزار.
Dari Sa’id bin Zaid Radhiyallahu ‘Anh, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam beliau bersabda : Sesungguhnya salah satu riba yang paling parah adalah merusak kehormatan seorang muslim. Sesungguhnya rahim ini adalah “syujnah / cabang” dari sifat ar-Rahmannya Allah ‘Azza Wajalla. Barangsiapa memutuskannya, maka Allah haramkan syurga atas orang itu”.
Catatan :
- Rahim (kasih sayang) adalah salah satu Asma Allah yang diletakkan permulaan (setelah Allah dan Ar-Rahman), menjadi kunci ketersambungan dengan kasih sayang Allah (bagi orang yang menyambung rahim / silaturrahim) dan keterputusan dengan kasih sayang Allah (bagi orang yang memutus silaturahim)
- Memutus silaturahim termasuk dosa yang disegerakan balasannya di dunia, tetapi tetap disediakan hukuman di akhirat. Demikian menyambungkan silaturrahim merupakan amal yang disegerakan balasannya di dunia.
- Orang yang memutuskan silaturahim, tidak diterima amal salehnya yang lain ketika dihadapkan kepada Allah setiap hari Kamis/ malam Jum’at
- Menyambungkan silaturahim memiliki faidah untuk menumbuhkan rasa saling membutuhkan, sehingga dapat mengembangkan dan memperbanyak harta.
Wallahu A’lam
Alhamdulillahi robbil ‘alamin
Kertanegara, Rabu Legi, 16 Januari 2019 M/ 10 Jumadil Awwal 1440 H
Wawan Setiawan
[1] Maksudnya kedudukan sifat rahim, menjadi kunci apakah orang akan mendapat kasih sayang Allah ta’ala atau terputus dari kasih sayang Allah ta’ala. Jika mereka menyambung rahim (silaturahim) maka mereka menyambung/ mendapat kasih kasih sayang Allah. Sebaliknya jika mereka memutus rahim (qathi’ur rahim / memutus silaturahim) maka mereka pun putus dari rahmat Allah ta’ala.
[2] Maksud dari kata syujnah adalah kekerabatan itu terjalin seperti terjalinnya hubungan satu otot dengan otot lainnya. Syujnah dapat dibaca dengan Syin yang dikasroh (Syijnah), bisa juga syin yang didlommah (syujnah).
At-Tibyan bagian Ke-1 /https://www.mqnaswa.id/pengajian-kitab-hadratusy-syaikh-hasyim-asyari-at-tibyan-1/
At-Tibyan bagian Ke-3 https://www.mqnaswa.id/pengajian-kitab-hadratusy-syaikh-hasyim-asyari-at-tibyan-3/
Biografi Hadratusy Syaikh Hasyim Asy’ari dapat dibaca dihttp://bio.or.id/biografi-kh-hasyim-al-asyari-pendiri-nahdlatul-ulama-nu/
2 Replies to “Kitab Hadratusy Syaikh Hasyim Asy’ari : At-Tibyan (2)”