Kitab Hadratusy Syaikh Hasyim Asy’ari : At-Tibyan (4)

1 min read

Bagian keempat tentang menyambung silaturahim dalam Kitab At-Tibyan yang Menjelaskan Larangan Memutuskan Silaturahim, Kekerabatan dan Persaudaraan

Bismillaahir rahmaanir rahiim

تنبيه – المراد بالرحم التي تجب صلتها ما كان هناك محرمية، وهما كل شخصين  لو كان أحدهما ذكرا والأخرى أنثى لم يتناكحا، كالآباء والأمهات والإخوة والأخوات والأجداد والجدات وإن علوا، والأعمام والعمات ةالأخوال والخالات. فأما أولاد هؤلاء فليست الصلة بينهما واجبة، كجواز المناكحة بينهما إهـ تهذيب الفروق.

Penjelasan :

Yang dimaksud dengan “rahim” yang wajib disambungkan (menyambung silaturahim) adalah jika di sana terdapat ke-mahram-an (saudara mahram), yakni dua orang yang jika salah satunya laki laki dan satu laginya perempuan, maka mereka berdua tidak boleh / haram menikah.

Seperti ayah, ibu, kakak/ adik laki-laki, kakak/ adik perempuan, kakek, nenek dan terus ke atasnya. Kemudian paman dan bibi (kakak/adiknya ayah dan ibu). Adapun anak anak dari paman dan bibi (sepupu) maka tidak wajib hukumnya menyambung silaturahim. Hukumnya Jawaz (boleh) sebagaimana kebolehan pernikahan dengan mereka.

وعن عائشة رضي الله عنها : أن النبي صلى الله عليه وسلم قال لها : إنه من أعطي الرفق فقد أعطي حظه من خير الدنيا والآخرة، وصلة الرحم وحسن الجوار وحسن الخلق يعمران الديار ويزيدان في الأعمار. رواه أحمد

“Dari Sayidah ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha : Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda kepada beliau : Sungguh barangsiapa yang dianugerahi kepadanya sifat kelembutan, maka benar benar telah dianugerahi kebaikan dunia dan akhirat. Menyambung silaturrahim, hubungan bertetangga yang baik dan budi pekerti yang luhur akan membuat desa menjadi makmur dan umur jadi bertambah”

وروي عن درة بنت أبي لهب رضي الله عنها قالت : قلت يا رسول الله من خير الناس؟ قال : {أتقاهم للرب وأوصلهم للرحم وآمرهم بالمعروف وأنهاهم عن المنكر}. رواه أبو الشيخ.

“Diriwayatkan dari Durroh binti Abu Lahab Radhiyallahu ‘Anha berkata : Aku bertanya : Wahai Rasulullah, siapakah manusa yang paling baik? Beliau bersabda : Orang yang paling bertakwa kepada Tuhannya, orang yang paling suka menyambung silaturahim, orang yang paling banyak amar makruf nahi munkar”

وعن أنس رضي الله عنه قَالَ : {قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ تَقَاطَعُوا وَلاَ تَدَابَرُوا وَلاَ تَبَاغَضُوا وَلاَ تَحَاسَدُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا وَلاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثٍ}. رواه البخاري وأبو داود والنسائي ومسلم والطبراني، وزاد فيه {يَلْتَقِيَانِ فَيُعْرِضُ هَذَا وَيُعْرِضُ هَذَا وَخَيْرُهُمَا الَّذِي يَبْدَأُ بِالسَّلاَم، يَسْبِقُ إِلَى الجَنَّةِ}. قال الإمام مالك رحمه الله تعالى : و لا أحسب التدابر إلا الإعراض عن المسلم، يدبر عنه بوجهه”.

“Dari Sayidina Anas Radhiyallahu ‘Anh berkata : Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam : “Janganlah kalian saling memutus silaturahmi, saling tidak bertegur sapa, saling membenci dan saling hasud. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari”.

Ditambahkan dalam riwayatnya : Dua orang yang saling bertemu, lalu orang yang satu berpaling pada orang yang satunya lagi. Maka yang terbaik di antara mereka berdua adalah orang yang memulai / mendahului mengucap salam (menyapa), ialah yang akan mendahului ke syurga.

Imam Malik Rahimahullahu ta’ala berkata : Tadaabur adalah memalingkan wajah dari seorang muslim ketika bertemu.

وعن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم : {لاَ يَحِلّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثٍ، فَمنْ هَجَرَ فَوْقَ ثَلاَثٍ فَمَاتَ دَخَلَ النّارَ}. رواه أبو داود، وفي رواية لأبي داود : قال النبي صلى الله عليه وسلم : لاَيَحِلّ لِمُؤْمِنٍ أَنْ يَهْجُرَ مُؤْمِناً فَوْقَ ثَلاَثٍ، فإِنْ مَرّتْ بِهِ ثَلاَثٌ فَلْيَقلهُ و ليُسَلّم عَلَيْهِ، فإِنْ رَدّ عَلَيْهِ السّلاَمَ فَقَدِ اشْتَرَكَا في الأجْرِ، وَإِنْ لَمْ يَرُدّ عَلَيْهِ فَقَدْ بَاءَ بالأثْمِ. وَخَرَجَ المُسَلّمُ مِنَ الْهُجْرَة.

Dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anh berkata : Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam : “Tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya sesama muslim lebih dari tiga hari. Barangsiapa melakukannya (mendiamkan sesama muslim lebih dari tiga hari) kemudian ia mati, maka ia masuk ke dalam neraka”

Dalam riwayat lain : Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam : “Tidak halal bagi seorang mukmin mendiamkan saudaranya sesama mukmin lebih dari tiga hari. Jika telah berjalan/ lewat tiga hari, maka salah satunya mengajak bicara dan mengucap salam. Jika salamnya dijawab, maka mereka berdua sama sama mendapat ganjaran. Tetapi jika tidak dijawab, maka ia (yang tidak menjawab itu) menanggung dosa, sedangkan yang mengajak bicara dan mengucap salam telah selamat dari tuntutan dosa hujroh (mendiamkan saudara)”

Catatan :

1. Yang wajib untuk disambungkan silaturrahminya adalah orang-orang yang memiliki hubungan mahram. Jika tidak punya hubungan mahram maka tidak wajib/ boleh saja.

2. Silaturahim melahirkan kelembutan kepada keluarga/ saudara dan tentangga, membawa faidah bertambahnya umur dan kemakmuran suatu desa.

3. Gemar menyambung silaturahim merupakan salah satu sifat dari manusia yang dimasukkan golongan terbaik di sisi Allah.

4. Rasulullah melarang 4 hal + 1 hal : (memutus silaturahmi, tidak bertegur sapa, membenci dan hasud) + (Hujroh = mendiamkan saudaranya)

Wallahu A’lam

Alhamdulillahi robbil ‘aalamin

Kertanegara, Jum’at Pon, 18 Januari 2019 M/ 12 Jumadil Awwal 1440 H

Wawan Setiawan

Jangan lupa baca bagian sebelumnya di https://www.mqnaswa.id/pengajian-kitab-hadratusy-syaikh-hasyim-asyari-at-tibyan-3/

Biografi singkat Hadratusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ari dapat dibaca dihttp://bio.or.id/biografi-kh-hasyim-al-asyari-pendiri-nahdlatul-ulama-nu/

One Reply to “Kitab Hadratusy Syaikh Hasyim Asy’ari : At-Tibyan (4)”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *