Perjalanan Raja Iskandar Dzulqarnain Ke Negeri Habsyi 11 – 12

6 min read

Perjalanan Raja Iskandar Dzulqarnain Ke Negeri Habsyi 11 – 12

Bismilaah hirahmaani rahiim

Bagian 11

Hatta maka bermusyawarahlah kelima raja itu tentang  bagaima caranya membunuh orang muda itu. Kata Raja Hakim :

“Baiklah, manakala malam gelap kita suruh orang berkata-kata dengan dia. Maka hamba datang dari belakangnya, hamba tikam dengan lembing. Apabila dia sudah kita bunuh, maka kita angkatlah senjata kita ke lasykar Raja Iskandar niscaya kita lepas semuanya.”

“Benarlah bicaramu itu.” Sahut Raja yang lainnya.

Kata sahibul hikayat. Ketika Nabi Khidlir ‘Alaihis Salam sedang berdiri sembahyang dan malam pun kelabu, maka turunlah Malaikat membawa firman Allah kepadanya, menceritakan bahwa kaum itu hendak berbuat jahat kepadanya. Kata Malaikat :

” Hai Nabi Khidlir, bahwa Allah Taala menjadikan semua senjata mengikuti apa katamu pada malam ini.”

Ketika Nabi Khidlir sedang sembahyang, maka datanglah seorang daripada suruhan Raja itu berkata-kata, maka tiada mau Nabi Khidlir berkata-kata, tetap sembahyang jua.

Akhirnya datanglah kelima Raja dari belakang Nabi Khidlir. Raja Hakm memegang lembing, disuruhnya empat Raja menyingkapkan tirai, di lembingnya Nabi Khidlir oleh Raja Hakim dari arah belakang. Nabi Khidlir berkata dengan menggunakan bahasa kaum itu. Kata Beliau :

“Hai lembing, kembalilah engkau pasakkan telinga tuanmu dengan batang lembing!”

Hatta kembalilah lembing itu menikam pada telinga Raja Hakim dengan batangnya. Dirasanya terlalu sakit. Setelah melihat hal yang demikian, maka larilah semua Raja yang empat.

Raja Hakm menyungkurkan kepalanya kepada kaki Nabi Khidlir. Katanya :

” Ya Tuan hamba, bahwa hamba orang yang berdosa, demi Tuhan yang Tuan hamba sembah itu, janganlah lagi kiranya dihalusi. Akan hamba berbuat demikian ini, bukannya kehendak diri hamba. Karena sekalian kaum ini tiada mau menurut kata hamba.”

Kata Nabi Khidlir :

” Tiada mengapa bagimu, jikalau tiada kiranya diberi Tuhanku bahwa akan engkau kerjakan   perbuatan ini kehendak orang lain, niscaya kepadamu ku suruh tikam dengan lembing itu. Tuhanku amat kuasa pada semua kehendak-Nya. Bahwa kehendak Tuan hamba bawa juga hamba masuk pada rumah berhala Raja itu, betapa lemahnya tuhan yang kamu sembah.”

Kata Raja Hakim :

” Itulah kehendak hamba. Marilah kita pergi ke tempat berhala itu.”

Kata Nabi Khidlir :

” Suruhlah panggil Azmu supaya pergi bersama kita agar dilihatnya ahwal berhala itu.”

Maka dipanggil oranglah Azmu.

Berjalanlah ketiganya menuju tempat berhala. Kata Nabi Khidlir :

“Hai Raja Hakim, adukanlah semua kesakitanmu kepada berhala dan mohonlah pertolongannya.”

Mengharaplah Raja Hakim kepada berhalanya itu dengan kesakitan dan sujudlah dia. Maka ujarnya :

” Hai tuan kami, adapun sekarang jika ada kuasamu tunjukkanlah, tiadalah lagi kebajikan bagimu. Bahwasanya telah kulihat kemuliaannya menyembah selain dirimu. Maka kami syukurlah akan dikau. Telah sampai akan bahaya atas kami, sekarang aku datang memohonkan harap kepadamu, ya tuhanku seyogyanya kau tolong hamba dan segala hambamu kaum Habsyi ini.  Janganlah kiranya kau beri kami mendapat kehinaan.”

Syahdan dia berkata-kata itu dengan tangis yang amat sangat. Maka tiada juga disahut oleh berhala. Karena setan yang memasuki berhala itu telah larilah dia. Maka hingga lama tiada disahut oleh berhala itu kata-katanya. Maka berkata Raja Hakim :

” Binasalah engkau tuhan yang hina. Telah sia-sia selama umur kami menyembahmu. Tiada kusangka sekali bahwa kau tiada dapat memberi manfaat dan menolakkan madlarat atas kami!”

 

Majulah dia menghela leher berhala itu dihunjamkannya ke tanah. Disuruhnya ambil kapak, dipenggal leher berhala itu. Dipotongnya kaki dan tangannya. Nabi Khidlir pun tersenyum melihat perbuatan Raja Hakim itu.

Berkata Raja Hakim :

” Wahai Nabi Khidlir, telah dihancurkan Allah pekerjaan setan itu. Sekarang apa pula bicara Tuan hamba?”

Nabi Khidlir menyuruh Raja Hakim untuk membawa potongan berhala itu kepada ke empat Raja agar diketahui oleh mereka jikalau berhala itu punya kuasa untuk menolong orang yang menuhankan dia, tentu dia punya kuasa untuk menolong dirinya sendiri saat dihancurkan. Jikalau mau Raja-Raja itu mengerjakan seperti perbuatan Raja ini, maka bawalah dia kepada hamba. Jika tiada mau, maka segeralah kembali supaya dengan bicara lain hamba bicarakan.

Disuruh bawalah oleh Raja Hakim berhala yang sudah dipenggal itu kepada Raja Qirmatah. Raja Hakim pun pergi mengikut di belakang. Sesampainya di sana, didapatinya keempat Raja berada di sana dan membicarakan hal lembing yang berbalik kembali menikam telinga Raja Hakim. Sebagian berkata kalau Nabi Khidlir itu orang sakti dan sebagian mengatakan bahwa agamanya adalah agama yang sebenarnya.

 

Bagian 12

Kata Sahibul hikayat. Setelah datanglah Raja Hakim kepada raja-raja itu, maka ditunjukkanlah berhala yang terpenggal itu. Diapun menceritakan semua kejadiannya, mereka semua pun heranlah. Berkata Raja Qirmatah :

” Hai segala kaumku, bahwa tentara kita ini sangat masyhurlah adanya. Dan bahwa Raja Hakim ini sangatlah berakal. Seyogyanyalah kita mengikuti katanya karena tentaranya teramat banyak dan terkeras tuhannya daripada tuhan kita, demikianlah halnya.”

Berkata Raja Zarawah :

“Geram hatiku, bagaimana diriku menghinakan diri karena aku berkuasa melakukan kehendakku atas segala isi bumi ini, mengapa aku harus mengikuti kata Raja Hakim. Sebaiknya kamu kembali ke tempatmu, sampaikan sudah kebesaran Raja Iskandar . Kamu sampaikan kebesaran kamu kepada Raja Iskandar.”

Maka kembalilah Raja Hakim kepada Nabi Khidlir dan diceritakannyalah ucapan Raja Zarawah itu.

Syahdan ujar Raja Hakim :

“Wahai Nabi Khidlir, sjarkanlah bagi kami syahadat.”

Maka diajarkan oleh Nabi Khidlir mengucap” ASYHADU ALLAA ILAHA ILLALLAH WA ANNA IBRAHIMA KHALILULLAH WA NABIYYUHU”

Maka Azmu pun mengucap syahadat. Kemudian Nabi Khidlir berkata jepada Raja Hakim untuk mengajak hulubalang dan raja-raja kecil yang memegang negeri di bawah kekuasaannya dan rakyatnya kepada agama yang sebenarnya.

Berkata Raja Hakim kepada mereka :

” Wahai kamu sekalian kaumku, bahwa aku sekarang masuklah kepada agama yang sebenarnya dan kutinggalkan agama yang sia-sia. Sekian lama nya dalam umurku mengerjakannya. Jikalau kamu bersama dengan aku, masuklah menurut agamaku, niscaya kamulah akan saudara dan kekasihku. Barangsiapa tiada menurut agamaku, bahwa dia luputlah daripadaku  dan aku pun luput daripadanya.”

Maka empat amir berdatang sembah :

” Ya Tuanku Syah Alam, adapun sekalian kami tiadalah lagi melalui barang yang dititahkan Syah Alam dan yang menurut dan baik kepada Raja, maka baik pulalah kami sekalian kepadanya, dan yang jahat akan Raja, maka jahatlah kami sekalian kepadanya. Ajarkanlah kami agama yang diikut Syah Alam itu.”

Syahdan maka mereka semua mengucap syahadat dan semua hulubalang Raja pun masuk agama Islam. Disuruhnya semua kembali ke masing-masing negerinya menyuruh semua kaumnya masuk Islam. Hingga jadi Islamlah semua kaum Raja Damdam.

Berkata Nabi Khidlir kepada Raja Hakim :

“Hai Raja Hakim, siapakah diantara raja keempat yang terlebih berkasih-kasihan dengan Raja? Barang disuruh Raja kiranya hamba hendak berkata-kata dengan dia. Mudah-mudahan diberi petunjuk Allah Taala jalan yang sebenarnya.”

Jawab Raja Hakim :

“Yang paling berkasih-kasihan dengan hamba itu Raja Qirmatah namanya. Baiklah disuruh Azmu panggil akan dia.”

Setelah datang Raja Qirmatah, maka duduklah dia di sisi Raja Hakim. Kata Raja Hakim :

” Hai saudaraku Raja Qirmatah, bahwa Raja adalah orang yang berakal, banyak ilmu pengetahuannya dan orang bebal itu kurang akal pengetahuannya. Bahwasanyalah telah diketahui akan agama kita mentembah berhala. Seyogyanyalah  sekarang ini bicara saudaraku?”

Jawab Raja Qirmatah :

“Bahwa yang kebinasaan dan yang sebenarnya itu telah hamba melihatnya. Maka bagaimana mungkin hamba tiada mau mengikut agama yang sebenarnya. Jikalau  hingga Raja mengajari hamba, tiada hamba salahi kata Raja.”

Setelah didengar kata Raja Qirmatah itu, maka berkatalah dia kepada Nabi Khidlir:

“Ya Nabi Allah, tiadakah telah hamba kata kepada Tuan hanya saudara hamba Qirmatalah ini sebaik-baik saudara hamba itu yang terlebih kasih akan hamba.”

Berkata Nabi Khidlir kepada Raja Qirmatah :

“Sebutlah oleh Raja seperti yang telah dikata oleh Raja Hakim. Maka naik saksilah Raja bahwa Allah Ta’ala Tuhan Yang Maha Esa, tiada bertaulan dan tiada DIA beranak dan tiada DIA diperanakkan. Bahwa Allah tiada sekutu bagi-Nya. DIA lah Tuhan yang tiada pula binasa selamanya. Tiada hilang dan kekal adanya dan tiada berkesudahan ”

Kemudian mengucap syahadatlah Raja Qirmatah:

” ASYHADU ALLA  ILAHA ILLALLAH WA  ANNA IBRAHIMA KHALILULLAH WA NABIYYUHU.”

Dan semua orang yang besertanya pun mengucap Syahadah.

Kemudian Nabi Khidlir menyuruh Raja Qirmatah agar kembali ke negerinya dahulu. Pertama yang harus dikerjakan adalah menghancurkan berhala dan menasehati kaumnya bahwa berhala itu tidak bisa memberi manfaat dan tak bisa menolak madlarat atas mereka semua. Juga mengatakan bahwa buanglah berhala dan ajaklah  menyembah Tuhan yang sebenarnya. Tuhan Yang Maha Esa tiada sekutu bagi-Nya. Jika mereka tak mau menurut kata Raja agar segera memberitahu Nabi Khidlir. Maka mohon dirilah Raja Qirmatah kepada Nabi Khidlir.

Raja Qirmatah sesampai pada kaumnya, maka menuju ke rumah berhalanya yang terbuat dari tembaga. Dia berkata :

” Hai batu, telah lamalah aku berbuat dosa. Maka sempurnakah atau celakakah orang yang menyembah engkau ini?”

Dijeratnya leher berhala itu dan ditariknya hingga jatuh tersungkur mukanya  ke tanah. Tertawalah raja-raja semuanya. Dia berkata kepada orang yang berada di sebelahnya :

“Wah telah sesat sekali kita semua ini. Telah lama kita menyembah berhala ini.  Maha Suci Allah Ta’ala Tuhan Yang Maha Esa dan menunjuki kita kepada jalan yang sebenarnya dan menganugerahi makrifat.”

Disuruhnya seorang mengambil rantai, dirantaikan pada leher berhala itu. Disuruhnya seret keluar ke halaman rumah berhala. Diperintahkan memanggil  semua orang-orang besar. Kemudian diceritakan segala ahwal Raja Hakim menghancurkan berhalanya. Berkata Raja Qirmatah :

” Lihatlah oleh kamu semua akan berhala ini. Jikalau dia berkuasa niscaya dapatlah dia melindungi dirinya dari kehancurannya ini. Bahwasanya ridlolah aku atas mengesakan Allah Ta’ala dan memeluk agama Raja Iskandar. Maka barangsiapa diantara kamu semua mau, masuklah agama yang aku ikut ini, maka lihatlah oleh kamu kebinasaan berhala ini tak punya kuasa. Dan barangsiapa enggan mengikuti agamaku ini, suruh enyahlah dia dari negeri Habsyi dan tiadalah aku mengasihi dia pada orang yang menyembah berhala. ”

Berkatalah segala kaumnya :

” Wahai Raja, apakah pernah kami melalui titah Raja?  Maka sebagaimana kami lalui bicara Raja pada sekali ini bahwa ridlolah kami kepada agama yang sebenarnya yang diikuti Raja. Perintahkanlah kami mengerjakan kerja yang harus dikerjakan pada agama ini.”

Titah Raja Qirmatah :

” Kamu ucapkan syahadat ASYHADU ALLA ILAHA ILLALLAH WANNA IBRAHIM KHALILULLAH WA NABIYYUHU, hingga habislah masuk Islam kaum Raja Qirmatah.

Maka pergilah Raja Qirmatah kepada Nabi Khidlir mengatakan bahwa seluruh kaumnya telah masuk Islam. Suka citalah Nabi Khidlir mendengarnya dan memuji Allah Subhanahu Wata’ala. Beliau ingin kembali kepada Raja Iskandar dan mengatakan bahwa dua orang Raja telah masuk Islam beserta kaumnya. Raja Hakim dan Raja Qirmatah ingin serta Nabi Khidlir, namun dicegah agar menjaga kaumnya dulu yang baru masuk Islam agar tidak berubah itiqad mereka.

” Hamba Insya Allah Ta’ala datang pada malam ini jua atau esok malam.” Kata Nabi Khidlir. bersambung……

 

Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin

Sumber :
Buku Hikayat Iskandar Dzulqarnain
Terbitan ke-57 seri ILDEP
Penerbit Balai Pustaka.

Dari postingan Bpk. Totok W – Grup WA  Kopisoda (Komunitas Pecinta Kyai Sholeh Darat)

Nur Syazliana

Baca juga :https://www.mqnaswa.id/perjalanan-raja-iskandar-dzulqarnain-ke-negeri-habsyi-9-10/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *