Perjalanan Raja Iskandar Dzulqarnain Ke Negeri Habsyi 15 – 16
Bismilaahi rahmani rahiim
Bagian 15
Raja Wakinla pun pergi kepada berhalanya. Sujudlah dia di hadapan berhalanya. Katanya :
“Hai Tuhan kami, amatlah sabarmu akan kejahatan orang yang berbuat durhaka kepadamu. Bahwa telah diketahuilah perihal hamba ini. Seyogyanya tolonglah olehmu hambamu ini. Tahulah aku akan engkau diam ini bakal menjawabku jua.”
Saat itu dia berkata-kata dengan tangisnya. Pada saat itu pula dilihat oleh hambanya yang bernama Amalaqi, yaitu kekasihnya, berhala itu tiada mau berkata-kata. Dalam hatinya berkata:” Hal itu karena murkanya kepada Rajalah berhala itu tiada mau berkata-kata. Baiklah biar aku sendiri nanti datang kepada berhala itu.”
Setelah Raja keluar dari sana, maka Amalaqi pun masuk ke hadapan berhala itu hendak bertanya, brrkata dalam hatinya : ” Jikalau tiada mau menyahut kataku, kutinggalkanlah dia di tempatnya. Kubuat seperti dikerjakan Raja Samur itu. Kubawa kepada Nabi khidlir ‘Alaihis Salam. Nyatalah dia bukan tuhan.”
Maka dikuncinya pintu lalu sujudlah dia dan berkata:
“Hai tuhanku, kami terlalu ajib sekali melihat sifatmu. Tiada engkau dapat menolong dan menolak bahaya atas dirimu, karena tentaramu telah berdatanganlah. Jikalau tiada engkau mau menyahut kata-kataku ini, maka sejahat-jahat tuhanlah engkau ini.”
Diulangnya hingga tiga kali tiada dijawab oleh berhala itu.. kemudian ditinggalkannya berhala itu, dibungkus berhala itudengan tikar dan dibawanya keluar dan dikuncinya rumah berhala itu. Berkata dalam hatinya:” Jika ada juga orang yang disuruh Raja mengambilnya tentulah dirinya, karena hamba yang istimewa yang dikasihi Raja.”
Berjalanlah dia membawa berhala itu menuju kepada Nabi Khidlir ‘Alaihis Salam. Hingga hari pun fajarlah, dilihat oranglah akan dia datang seorang diri. Ketika akan ditangkap Amalaqi berkata”
“Aku Amalaqi utusan dari Raja Wakinla kepada Nabi Khidlir. Sampaikanlah olehmu kepada Beliau.”
Hatta maka dibawalah dia ke kemah Nabi Khidlir ‘Alaihis Salam. Ketika itu Raja Hakim dan Raja Samur pun berada di sana, mereka mengira bahwa dia benar-benar utusan Raja Wakinla. Setelah berada dihadapan Nabi Khidlir ‘Alaihis Salam, syahdan ujarnya :
“Aku telah melakukan hal yang sebenarnya. Pada pendapatku yang disembah oleh Rajaku adalah hal yang sia-sia. Tiadalah mau hamba melakukan pekerjaan yang salah itu. Karena itulah hambamu ini datang.”
Dibukanya tikar pembungkus berhala itu. Setelah dilihat Raja Hakim maka berkatalah kepada Raja Samur :
“Deyogyanyalah kita mengucap syukur kepada Allah Subhana Wa Ta’ala yang telah menunjukkan kita jalan yang sebenarnya.”
Nabi Khidlir ‘Alaihis Salam pun memuji Amalaqi.
Pada siang harinya, ketiga lasykar dari Raha Zarawah, Qawamah dan Marawah pun mengendarai kudanya keluar hendak berperang. Lasykar Qirmatah dan lasykar Damdam pun keluar hendak menghadapinya. Setelah berhadapan kedua pihak, maka berkata Raja Hakim kepada Nabi Khidlir ‘Alaihis Salam :
” Wahai Tuan hamba Nabi Allah, mohon kiranya hamba ijin pergi ke depan lasykar hamba dan memanggil Raja Wakinla agar hamba mengingatkan dia dari lalai.”
Jawab Nabi Khidlir ‘Alaihis Salam.
“Benarlah kata Tuan hamba.”
Datanglah Raja Wakinla berhadap dengan Raja Hakim. Berkata Raja Hakim kepadanya :
” Hai saudaraku Raja Wakinla, ingatlah saudaraku bahwa jika kita berperang, matilah tentara kita dalam berperang terasa berat saudaraku. Yang matipun dari jenis kita jua, bukan orang lain.”
Pada hati Raja Wakinla, dia merasa benar dengan tindakannya, maka sahutnya :
“Hai saudaraku Raja Hakim, geram hatiku, tiada hina membinasakan yang banyak tiada terpermai itu karena tuhanku berhala mengatakan nyawa kaummu yang mati atas lehermu jua. Tiada lagi syak aku dengan janji tuhanku menjanjikan kemenangan atas seteruku.”
Kata Raja Hakim :
“Bagi kamipun ada berhala kami berkata dusta juga adanya.”
Sahut Raja Wakinla :
“Bahwa aku berharap tuhanku akan menolongku.”
Tersenyum Raja Hakim mendengar kata Raja Wakinla. Katanya :
“Barangsiapa tak bisa menolong dirinya, maka bagaimana dia dapat menolong orang lain?”
Kata Raja Wakinla :
“Bahwa tuhanku terlebih berkuasa menolong dirinya dan menolong kami semua hambanya.”
Kata Raja Hakim :
“Manakala Raja bertemu dengan berhalamu tanyakanlah. Pada patung ini aku pergi menghadap tuhanku. Bahwa saat ini bisa hamba tunjukkan pekerjaan yang amat ajaib.”
“Baiklah.” Kata Raja Wakinla. Kembalilah Raja Hakim kepada kaumnya.
Disuruhnya bawa berhala itu kepada Raja Wakinla. Pesannya : ” Sentakkanlah lehernya.!”
Maka disentakkan berhala itu dan mukanya pun habis kena tahi kuda. Setelah sampai pada Raja Wakinla, maka menjadi amat malulah dia melihat berhalanya itu. Disarungkannya pedangnya. Berkata Raja Hakim :
“Hai saudaraku, marilah Tuan hamba masuk agama Islam. Agama yang sebenarnya, yang bertuhankan Allah Taala. Hal itu karena amat kasih hamba akan saudara hamba hingga mau mengajarkan hal yang demikian ini.”
Kata Raja Wakinla dengan rasa malunya :
“Sebaiknya tuan hamba kembali dahulu supaya hamba berbicara dengan segala kaum hamba dan hamba lihat dahulu tempat berhala hamba itu.”
Akhirnya kedua pihak lasykar itu pun kembali meninggalkan medan.
Kata Sahibulhikayat, setelah Raja Wakinla kepada kaumnya, maka berkata kepada Raja Marawah dan Raja Zarawah :
Bagian 16
Kata sahibulhikayat. Setelah Raja Wakinla kembali kepada kaumnya, maka berkata kepada Raja Marawah dan Raja Zarawah :
” Adakah Tuan hamba lihat seperti yang hamba lihat tadi?”
Maka sahut mereka : ” Kami melihatnya.”
Berkata Raja Zarawah :
“Sebaiknya hamba pergi kepada berhala hamba, hamba ceritakan ahwal ini padanya. Jikalau dia jawab kata hamba, niscaya berbicarah hamba akan melawan seteru berhala. Jika ia tiada mau menyahut kata hamba, niscaya hamba hancurkan dia. Nyatalah ia hanya batu tiada kuasa seperti berhala Raja tadi. Dijerat orang lehernya. Dibenamkan mukanya, itu pun habis kena tahi kuda.”
Demikian bertambah-tambah malulah Raja Wakinla, ujarnya : “Tiada seyogyanya dipertuan.”
Bermula Raja Qawamah pun berkata demkian jua hendak berkata-kata dengan berhalanya. Begitu pula Raja Marawah. Raja-Raja itu pun menanyai berhalanya. Tiada mau berhala itu menyahut kata-kata Raja itu. Berkata Raja Marawah :
“Demi Allah, Tuhan yang sebenarnya, tiadalah aku mau menyembahmu. Nyatalah engkau tiada bisa menolong dan menolakkan madlarat dan membuat manfaat kepada kami.”
Maja disuruhnya ambil qalah di kepala berhala itu. Dipenggalnya kepala berhala. Kemudian dibungkus dengan tirai dibawa kepada kaumnya. Syahdan ujarnya :
“Wahai kaumku semua, telah kuhentikanlah kamu menyembahnya. Setan inilah berhala yang kita sembah sediakala itu.”
Hatta dilihat mereka itu asap daripada pihak kaum Qawamah, karena Raja menghancurkan berhalanya sebab tiada mau menyahut katanya.
Alkisah peri Raja ketika itu membawa iman. Segala Raja-Raja itupun pergi kepada Nabi Khidlir. Dimuliakan oleh Nabi Khidlir Alaihis Salam akan Raja-Raja itu. Berkata Raja Wakinla :
“Ya Nabi Allah, jangan kiranya dicerca Tuan hamba pada ketika hamba masih menyembah berhala itu dan perbuatan saudara hamba Raja Samur itu.”
Maka mengucap syukur Nabi Allah Khidlir ‘Alaihis Salam kepada Allah Ta’ala dengan berbagai-bagai puji Allah yang telah menjadikan makhluk dengan bahasa mereka itu dan dititahkan pada semua Nabi Allah akan mukjizat mereka itu. Sebagian manusia mau berbakti kepada Allah Subhana Wa Ta’ala dan sebagian tiada mau. Maka dibinasakan Allah Ta’ala kaum itu. Sangatlah dipuji ketiga Raja itu oleh Nabi Khidlir ‘Alaihis Salam. Diperbaiki hati mereka dan diperdamaikan dengan Raja Samur. Berbagai-bagai nasehat Beliau hingga kembali berkasih-kasihan mereka seperti sedia kala.
Nabi Khidlir ‘Alaihis Salam pun mengajar mereka bersyahadat dan menjelaskan kepada lima Raja dan orang-orang yang beserta mereka yang telah mengucap syahadat itu bahwa dosa mereka diampuni Allah Ta’ala bersih bagai bayi baru dilahirkan ibunya.
Setelah sudah semua kaum itu mengucap syahadat, berkata Nabi Khidir ‘Alaihis Salam : ” Kembalilah masing-masing Raja kepada kaum keluarga Raja dan pada semua isi rumah. Ajarkan mereka itu kalimat syahadat.”
Mereka semua kembali kepada kaumnya dan mengajarkan syahadat hingga tiada seorang pun dari kaum mereka melainkan masuk pada agama Islam.
Kemudian para Raja itu pun datang kepada Nabi Khidlir ‘Alaihis Salam. Berkata Nabi Khidlir ‘Alaihis Salam :
“Pilihlah oleh Tuan hamba segala pembesar dari kaum kelima Raja. Matilah kita menghadap Raja Iskandar.”
Selanjutnya berjalanlah Nabi Khidlir ‘Alaihis Salam serta kelima Raja dan para pembesar kaumnya kepada Raja Iskandar.
Setelah datang kabar kepada Raja Iskandar bahwa Nabi Allah Khidlir ‘Alaihis Salam datang membawa semua Raja Habsyi dan para pembesar negeri mereka, maka suka citalah Raja Iskandar. Ketika masuklah Nabi Khidlir ‘Alaihis Salam, Raja pun bangkit menyambut mendekap Nabi Khidlir ‘Alaihis Salam dan membawa duduk bersama-sama. Diceritakan oleh Nabi Khidlir perihal semua Raja Habsyi dan kaumnya sudah masuk Islam.Juga kelima Raja dan para pembesarnya datang hendak menghadap Raja Iskandar. Maka Baginda mengucap syukur kepada Allah Ta’ala. Diperintahkannya para pembesar Baginda agar pergi menyambut dan mempersilahkan mengajak kelima Raja Habsyi beserta para pembesar yang menyertai untuk masuk menghadap karena akan dimuliakannya.
bersambung………
Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin
Sumber :
Buku Hikayat Iskandar Dzulqarnain
Terbitan ke-57 seri ILDEP
Penerbit Balai Pustaka.
Dari postingan Bpk. Totok W – Grup WA Kopisoda (Komunitas Pecinta Kyai Sholeh Darat)
Nur Syazliana
Baca juga : https://www.mqnaswa.id/erjalanan-raja-iskandar-dzulqarnain-ke-negeri-habsyi-13-14/