Perjalanan Raja Iskandar Dzulqarnain Ke Negeri Habsyi 7 – 8

3 min read

Raja Nikmat adalah salah satu tokoh dalam perjalanan Iskandar Dzulqarnain inilah lanjutan kisah Raja Agung itu.

Bismillaahir rahmaani rahiim

Bagian 7

Ketika dilihat Nabi Khidlir bahwa Azmu datang, maka disambutlah dia. Kata Beliau :

” Apa kabar yang kau bawa ini?”

Azmu pun menceritakan tentang ketika para Raja bermusyawarah dengan kaumnya. Beda pendapat diantara mereka serta peri hal kelima Raja menyuruhnya dan meminta datang bersamanya untuk bercakap-cakap dengan kelima Raja tersebut agar mereka bisa lebih tahu tentang perilaku Nabi Khidlir dan Azmu berharap bisa menjadi lunak hati mereka. Kemudian Nabi Khidlir mengajak Azmu untuk menemui Raja Iskandar.

Mereka berdua berjalan hingga sampai tempat lasykar Raja Iskandar. Dilihat Azmu berbagai-bagai kemahnya juga hiasannya. Tiada terkira banyaknya hingga sampailah kepada kemah para Raja Andalusia, semuanya berwarna keemasan. Berjalanlah dia hingga sampai tirai kemah Raja Iskandar yang 7 lapis. Tirai yang paling luar dilihatnya kuda yang tertambat dengan  pelananya keemasan juga banyak hulubalang yang hadir dengan senjatanya. Kata Nabi Khidlir :

” Hai Azmu, berdirilah dahulu engkau disini, aku  masuk dahulu memberitahu Raja Iskandar akan kedatanganmu ini.”

Diperintahkan oleh Nabi Khidlir agar semua lasykar memuliakan dia.

Masuklah Nabi Khidlir hingga ke lapis tujuh tirai itu. Didapatinya Raja Iskandar duduk di atas kursi. Balminas Hakim duduk di kursi sebelah kirinya dan Raja Nikmat di sebelah kanannya. Segala Raja – Raja dan orang-orang besar berdiri mengelilingi kursi itu.

Demi dilihat Nabi khidlir datang, maka turunlah Raja Iskandar dari kursinya dan menyambut Nabi Khidlir. Balminas Hakim dan Raja Nikmat memegang Nabi Khidlir membawa duduk di sisi Raja Iskandar. Beliau berkata bahwa utusan Raja Habsyi datang berdiri di pintu. Disuruh Raja Nikmat akan orang pergi memanggilnya.

Ketika Azmu masuk, dilihatnya peri kebesaran Raja Iskandar hingga heranlah dia. Setelah datang ke hadapan Raja Iskandar, maka diapun mengucupi bumi. Disuruhlah dia duduk di sebuah kursi. Berkata Nabi Khidlir :

” Hai Azmu, persembahkanlah olehmu apa maksud kedatanganmu ini.”

Maka dipersrmbahkannya segala kata-kata Raja yang lima itu dan peri dia hendak memohonkan Nabi Khidlir kepada Raja Iskandar pergi besertanya kepada kaum Habsyi.

Kata Raja Iskandar :

” Ya Nabi Allah bagaimana hamba melepaskan Tuan hamba kepada kaum yang mendurhakakan Allah Ta’ala dan tiada diketahui mereka kemuliaan Tuan hamba?”

Kata Nabi Khidlir :

” Wahai Raja yang dimuliakan Allah Ta’ala, tiadakah diketahui oleh Raja bahwa Allah Ta’ala beserta hamba-Nya, senantiasa nemelihara hamba-Nya dan membinasakan hamba-Nya.”

Setelah di dengar kata Nabi Khidlir itu, maka berkatalah Raja Iskandar:

” Baiklah Tuan hamba pergi. Semoga Allah melindungi Tuan hamba dan memanjangkan umur Tuan hamba sebagaimana daripada jaman Nabi Ishaq hingga sampai saat ini dilindungi Allah Subhana Wa Ta’ala akan Tuan hamba.”

Maka bermohonlah Nabi Khidlir kepada Raja Iskandar. Berjalanlah Nabi Khidlir serta Azmu menuju tempat lasykar Habsyi. Adalah banyaknya lasykar Habsyi itu seumpama air yang sedang mendidih daripada amat banyaknya. Hingga sampailah mereka kepada Raja-Raja Habsyi yang lima itu. Didudukkan Nabi Khidlir dihadapan orang banyak dan segala pembesar mengelilinginya.

 

Bagian 8

 

 

Perjalanan Raja Iskandar Dzulqarnain Ke Negeri Habsyi. ( 8 )

 

Telah tetap duduklah mereka itu sekalian, maka berkata Nabi Khidlir dengan memuji-muji Allah Subhana Wa Ta’ala, berbagai puji-pujinya dengan menggunakan bahasa mereka. Setelah itu berkatalah Raja Damdam, nama dirinya Raja Hakim. Katanya :

“Hai orang muda,katakanlah akan kehendakmu, mengapa engkau datang kemari?”

Jawab Nabi Khidlir :

“Adapun hamba datang ini sekedar mendengarkan apa kata kamu sekalian agar dapat ku sampaikan kepada Raja Iskandar karena hamba ini dimohonkan kepada Raja Iskandar datang ke sini. Katakanlah yang hendak Raja katakan. Jikalau kiranya harus hamba jawab , maka hambalah menjawabnya. Jikalau tak dapat, maka akan hamba sampaikan kepada Raja Iskandar. Apa kata Raja hamba tahulah kiranya menjawabnya.”

Kata Raja Hakim :

“Hai orang muda, bahwa kamu semua datang ke tempat ini hendak memenggal leher kami dan merampas harta kami. Saat kudengar engkau muji-muji Tuhanmu, timbullah syak di hati kami, bahwa kata-katamu itulah seyogyanya demikian kenyataannya agar tetap dalam hati kami meyakini kata-katamu. Akan Tuhanmu itu tiadalah kelihatan sedangkan tuhan kami bisa dilihat mata. Engkau  katakan sifat Tuhanmu demikian-demikian itu dapatkah engkau tunjukkan kepada kami agar kami bisa bedakan Tuhanmu dan Tuhan kami dan Tuhan siapa yang berhak disembah.”

Berkata Nabi Khidlir :

“Adapun bukti kenyataannya akan Tuhan kami sangatlah banyak di alam ini. Apabila Raja mau, hamba tunjukkan dengan bicara yang aman. Jangan marah dan berbesar hati.”

Kata Raja Hakim:

“Tiada seyogyanya bagiku mengerjakan hal yang demikian.”

Kata sahibul hikayat. Ketika itu Raja Hakim memegang sebilah pandahan. Kemudian berkata Nabi Khidlir:

” Siapa yang membuat pandahan di tangan Raja?”

Jawab Raja Hakim :

“Pande yang menempanya.”

Berkata Nabi Khidlir :

“Siapa yang membuat pedang yang disandang Raja dan siapakah yang menerbitkan air laut itu?”

Jawab Raja Hakim :

“Adapun yang menempa pedang ini pande besi dan yang menerbitkan air laut itu tuhanku berhala.”

Kata Nabi Khidlir :

” Siapa yang menciptakan Raja?”

Jawab Raja Hakim :

” Tuhanku berhala juga.”

Kata Nabi Khidlir :

” Terbuat dari apakah tuhan yang Raja sembah?”

Jawab Raja Hakim :

” Terbuat dari timah.”

Kata Nabi Khidlir :

” Wahai Raja, timah itukah yang membuat dirinya menjadi tuhan ataukah orang lain yang membuatnya?”

Setelah mendengar kata Nabi Khidlir yang demikian itu maka diapun terdiamlah.

Nabi Khidlir pun tersenyum dan kemudian berkata :

“Jangan tuan hamba berdiam diri. Datangkanlah bukti akan kara-kata hamba.”

Kara Raja Hakim :

” Bahwasanya yang berdusta tiada seharusnya seperti kami raja-raja. Adapun yang membuatnya adalah tukang. Bahwa timah yang dikerjakan tukang itupun berlaku kerusakan atasnya. Bagaimana bisa ia mengatakan dirinya  tuhan?” bersambung……

 

Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin

Sumber :
Buku Hikayat Iskandar Dzulqarnain
Terbitan ke-57 seri ILDEP
Penerbit Balai Pustaka.

Dari postingan Bpk. Totok W – Grup WA  Kopisoda (Komunitas Pecinta Kyai Sholeh Darat)

Nur Syazliana

Siapakah sejatinya Dzulqarnain itu ?

Baca kisah Rukayyatu Fatahu Umar Penghafal Usia 3 Tahun

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *