Perjalanan Raja Iskandar Dzulqarnain Ke Negeri Habsyi 9 – 10

5 min read

Perjalanan Raja Iskandar Dzulqarnain Ke Negeri Habsyi 9 – 10

Bismillaah hiraahmani rahiim

Bagian 9

Berkata Nabi Khidlir :

“Adalah Tuhan yang sebenarnya itu ada. DIA hidup, tiada terdapat kekurangan dan cela, hai Raja Hakim. Pikirkan baik-baik tentang berhala itu, dia hanya timah, bisa kita ukir dan bisa kita gergaji dan dapat kita taruh. Jikalau ragu hati Raja, mari kita panah sebelah tangannya, kemudian kita suruh tukang memperbaikinya, niscaya kembali ke bentuk semula atau bahkan lebih baik dari sebelumnya. Bisa kita kurangi dan bisa kita kebihkan sesuai keinginan hati, maka bagaimana bisa dikatakan tuhan karena berlaku kerusakan atasnya? Yang pantas di Tuhankan di dunia ini hanya Allah Subhana Wa Ta’ala. Tuhan Yang Maha Esa tiada sekutu baginya.

Adapun kata Raja bahwa Tuhan kami bisa dilihat, ia hanyalah timah. Kamu menciptakannya, dapatkah yang diciptakan itu bisa dikatakan menciptakan lainnya? Lihatlah Raja, pandahan di tangan Raja itu tukang yang membuatnya, bisakah tukang itu mengetahui berapa berat yang dia buat dan berapa berat yang berada dalam pandahan itu?”

Kata Raja Hakim :

“Bagaimana bisa diketahui, ia hanya seumpama batu.”

Berkata Nabi Khidlir :

“Demikianlah kami diciptakan Tuhan kami karena tiada sampai akal budi kami membicarakan  hakikat dzat-Nya dan tiada diperkenankan-Nya. ”

Kata Raja Hakim :

” Hai orang muda, bahwa kupandang timah itu hanya lahirnya saja karena kami senantiasa dengan ilmu ghaib yg berasal darinya. Kami diajarkan ilmu yang belum pernah kami ketahui. Itulah kami sembah akan dia. Dia juga memberi anugerah serta memberitahu akan datangnya kamu ini dan menyuruh kami datang

Ke tempat ini. Sebab itulah kami sembah. Jikalau tak ada hal-hal yang demikian, maka dia hanyalah timah yg dibuat orang juga adanya.”

Berkata Nabi Khidlir :

” Wahai Raja, adakah berhala itu jika kamu tanya ia menjawab? Apabila kamu minta tolong, dia memberi pertolongan? Apabila kamu minta, dia memberi? Apabila kamu memasrahkan diri kepadanya dipeliharanya dirimu?”

Kata Raja Hakim :

“Bahkan demikianlah dia sebenarnya kami bertuhan. Tak pernah kami putus asa memohonkan sesuatu kepadanya.”.

Berkata Nabi Khidlir :

“Berapakah jauhnya perjalanan tempat berhalamu itu dari sini?”

Jawab Raja Hakim :

“Ada sekitar tiga hari perjalanan.”

Kata Nabi Khidlir :

“Suruhlah semua kaum ini kembali ke negerinya. Mari kita bersama Raja datang pada tempat berhala kamu itu. Masuklah kita sekalian bersama-sama. Jikalau sungguh hamba dengar berhala itu mau berkata-kata dan menjawab kata Raja, pergilah kami dari sini.”

Maka bangkitlah Raja Hakim dan diciumnya kepala Nabi Khidlir, lalu berkata :

” Benarlah katamu itu hai orang muda. Inilah kehendakku padamu jarena jawabmu yang lain-lain ada ragu juga aku di dalamnya, melainkan katamu ini niscaya nyatalah kebesaran kita.”

Maka Raja-Raja itupun kembali ke negerinya.

Nabi Khidlir pun kembalilah kepada Raja Iskandar. Diceritakanlah semuanya kepada Raja. Suka citalah hati Baginda  karena Baginda yakin bahwa setan tak akan berada di suatu tempat jika Nabi Khidlir berada disana. Baginda pun menyuruh memalu genderang tanda berangkat. Kemudian berjalanlah semua tentara hingga dekat ke negeri Habsyi.

Pada saat Raja-Raja itu sampai kepada berhalanya, maka berkumpullah mereka di suatu tempat. Kata mereka :

” Hai Azmu, pergilah engkau dapatkan sahabatmu itu. Pada hati kami tiadalah dia mau datang apabila dia aku pikir, demikian katamu akan dia. Janjimu aku ubah perjanjianmu dengan kami.”

Maka berjalanlah Azmu hingga sampai kepada Nabi Khidlir.

Tatkala di dapatinya Nabi Khidlir berada dalam kemahnya, maka berkatalah Beliau kepada Azmu:

” Hai Azmu, apa pekerjaanmu datang ini?”

Sahut Azmu :

“Adapun hamba datang ini mengingatkan janjimu dengan segala Raja-Raja itu. Seyogyanyalah Tuan segera berjalan dengan hamba agar segera nyatalah mana yang salah dan benar.”

Maka dipegang tangan Azmu menghadap Raja Iskandar dan memohon ijin akan segera berangkat menemui Raja-Raja kaum Habsyi. Setelah mendapat ijin, maka berangkatlah mereka berdua.

Ketika sudah sampai di negeri Habsyi, maka keluarlah kelima Raja itupun menyambut Nabi Khidlir. Saat itu Nabi Khidlir membaca shahifah Ibrahim ‘Alihis Salam diniatkan untuk mengeluarkan setan yang berada di dalam negeri itu. Kelima Raja itupun memuliakan Nabi Khidlir, mendudukkan Beliau di sebuah kursi di hadapan orang banyak serta kelima Raja itu duduk di sisi Beliau. Dijamunya dengan aneka hidangan. Nabi Khidlir hanya mengambil hidangan semangkuk susu dan menolak daging yang disuguhkan karena tiada disebut nama Allah Ta’ala di saat menyembelihnya. Kemudian makanlah para Raja itu.

Sesudah makan, berkatalah Raja Nikmat :

“Hai orang muda, jangan diabaikan Tuan hamba akan kami orang berdiam di dalam hutan padang. Inilah makanan kami yang terbaik. Perhiasan kami manik-manik inilah yang kami gagahkan antara isi negeri kami. Maka barangsiapa banyak padanya manik-manik dialah Raja. Tak ada harta yang bisa diharapkan sebagai rampasan dari kami, hanya kejahatan jua ada pada kami ”

Berkata Nabi Khidlir:

“Jikalau diberikan kebajikan Allah bagi kamu, niscaya bakal merasakan kenikmatan dunia dan akhirat. Jika berkehendak kamu, bersegeralah kamu kepada agama kami yang sebenarnya. Inilah yang kami kehendaki bagi kamu itu. Tinggalkanlah agama yang daripada selain Allah Subhana Wa Ta’ala.”

 

Bagian 10

Berkata Raja Hakim :

” Hai anak muda, bahwa agama kami ini sudah ada sejak nenek moyang kami hingga saat ini. Bahwa kami jika ada pekerjaan yang besar-besar, pada malam itu juga kami datang kepada berhala kami ini. Baiklah pada saat ini marilah kita masuk ke rumah berhala.”

Maka berhentilah kaum itu semua bermusyawarah sama sendirinya. Setelah itu bangkitlah Raja Hakim masuk je dalam rumah berhalanya. Dia berkata :

” Wahai Tuhan kami, engkau telah mengetahui segala ahwal yang sampai kepada kami daripada pihak Raja Iskandar. Tiada kuasa kami menolak dia, melainkan engkau juga. Sekarang kami mohon kepadamu pekerjaan yang menyatakan kebesaranmu.

Bahwasanya tiada berbunyi pada ilmu bahwa ada seorang kaum Raja Iskandar datang kemari malam ini hendak masuk kepadamu. Hendaklah kiranya Hai Tuhanku, nyatakanlah pada kodratmu dan kerasmu kepadanya karena amat sangat mengatakan kecelaanmu. Tak dapat tiada kiranya kau sampaikan siksamu atasnya dan kepada semua lasykarnya yang mengikuti supaya sentosa kami dari bahayanya. Supaya sungguhlah isi alam ini mengatakan demikian itu. Bahwa tiada lain yang kami harap melainkan engkau juga yang memeliharakan kami ini.

Jikalau tiada berkenan engkau seperti yang dimohonkan hambamu ini, niscaya dalam bahayalah hambamu yang bertuhankan engkau .”

Tiadalah kagi  berkata-kata berhala itu dan tiada menyahut kata-kata itu. Maka heranlah Raja Hakim atas berhala tuhannya yang kali ini lain dari biasanya tak mau menyahut sembahnya apalagi sedang nenghadapi pekerjaan yang besar . Maka disuruhnya bakar setanggi dan dupa. Dan seluruh kaumnya disuruh berbuat ibadah akan berhala itu.

Maka pergilah Raja Hakim kepada keempat Raja Habsyi. Dia menceritakan tentang berhalanya yang tak mau lagi berkata-kata. Keempat Raja itu juga menceritakan hal yang demikian. Mereka bermusyawarah atas sikap diam berhala mereka. Berkata Raja Zarawah :

“Hai kaumku, adalah pekerjaan ini sekali-sekali kami syak akan tuhan kami, tiada mau berkata-kata dan menyahut sembah kita itu karena murkanya akan kita semua melalui titahnya. Sebab itulah tuhan kita murka. Seharusnya dia menyahut sembah kita. Jika kita bawa orang muda itu masuk ke rumah berhala kita, niscaya tiadalah mau berkata-kata melainkan diam membisu juga.”

Kata Raja Hakim :

“Benarlah kata-katamu itu. Seyogyanya kita pelihara diri kita agar tak mendapatkan rasa malu. Ketahui olehmu bahwa laki-laki itu seumpama Raja Iskandar karena dialah yang membawa jalan Raja Iskandar dan menunjukkan tempat mata air untuk semua lasykarnya. Maka seharusnya dia kita bunuh.

Apabila sudah kita bunuh kita lawanlah Raja Iskandar berperang seperti yang dititahkan oleh Tuhan kita berhala dan mendapatkan rampasan yang banyak dari kaumnya karena Azmu mengatakan Raja Iskandar amat besar kerajaannya.”

Semua Raja membenarkan kata-kata ini . Maka musyawarahlah mereka dengan Azmu karena dia termasuk orang berakal dan dituakan kaum Habsyi.

Setelah para Raja memanggil Azmu dan mengatakan dari musyawarah itu mereka hendak membunuh Nabi Khidlir, berkatalah Azmu :

“Hai anak ibuku, apakah baik pekerjaan yang akan kamu lakukan itu. Karena mengubah kesetiaan dan perjanjian itu perbuaran keji pada segala alam ini.

Karena orang muda itu tiada hendak membinasakanmu, karena hendak melawan tuhan kita berjawab pada hatinya. Kamu dengar perkataannya itu, siapa benar dan siapa salah.

Kita melihat tuhan kita tiada dapat menyahut katanya, jikalaupun marah tuhan kita dan menyahut katanya, niscaya pun masuk agama kita. Jikalau tuhan kita berkuasa kita bisa melihat jebinasaan atas mereka dan apabila tuhan anak muda itu kebih kuasa dari tuhan kia, bagaimana bisa kamu hendak berbuat jahat kepadanya. Karena barangsiapa kuasa melawan tuhan kita dia juga berkuasa membinasakan kita. Bicarakanlah kamu baik-baik dan peliharalah diri kamu itu dari pekerjaan yang mendatangkan penyesalan kesudahannya.”

Maka marahlah para Raja akan Azmu, katanya :

” Bahwa engkau telah kena obat orang muda itu. Maka diamlah engkau. Niscaya akan kau lihatlah akan pekerjaan kami akan dia.”

Maka keluarlah Azmu dalam hatinya berkata :

” Kalian lihatlah jikalau keras juga Tuhan orang muda itu, niscaya terpeliharalah dia.” bersambung…..

 

 

Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin

Sumber :
Buku Hikayat Iskandar Dzulqarnain
Terbitan ke-57 seri ILDEP
Penerbit Balai Pustaka.

Dari postingan Bpk. Totok W – Grup WA  Kopisoda (Komunitas Pecinta Kyai Sholeh Darat)

Nur Syazliana

Baca juga : https://www.mqnaswa.id/perjalanan-raja-iskandar-dzulqarnain-ke-negeri-habsyi-7-8/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *