Pertemuan Sayid Abdullah dan Sayidah Aminah

2 min read

Kisah tentang pertemuan kedua orang tua Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam (Abdullah dan Aminah)

Lelaki mulia nan beruntung, yang dipilih Allah untuk “dititipi” Nur Kanjeng Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam adalah Abdullah. Itulah nama ayahnya. Artinya Hamba Allah. Nama itu bukan nama kebetulan, Allah yang mentakdirkan ayah nabi bernama “Abdullah” “Hamba Allah”.

Ketika Nur Kanjeng Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam sampai pada Abdullah. Maka jadilah ia pemuda yang paling bagus fisik maupun akhlaknya. Sejak kecil memang Abdullah mendapat perhatian khusus dari ayahnya (Kakek Kanjeng Nabi, Abdul Muthallib) karena keelokan paras dan budi pekertinya.

Penduduk Makkah menyebutnya Misbaahul Harom (Pelita tanah Harom), itu karena ketika ia berjalan di siang hari, tubuhnya semerbak wangi, dan ada cahaya di dahinya ketika berjalan di malam hari. Tidak ada wanita Madinah yang tidak menyukainya. Mereka sering berkumpul di jalan yang di lalui Abdullah. Mereka menggoda agar Abdullah mau menikahi mereka. Bahkan di antaranya ada yang dengan cara agak memaksa. Demikian itu sangat mengganggu Abdullah. Maka ia menyampaikan keadaan itu kepada sang Ayah. Sayid Abdul Muthallib kemudian menyuruhnya bepergian dengan seorang teman untuk menenangkan diri.

Abdul Muthallib kemudian berinisiatif menemui Wahab bin Abdu Manaf bin Zuhroh, seraya berkata, “Wahai Pemimpin Bani Zuhroh, anakku Abdullah disukai sangat banyak wanita, kepada siapa aku akan menikahkannya”.

Wahab bin Zurhoh – dengan hati penuh harap agar Abdullah menjadi menantunya – berkata, “Aku memiliki anak perempuan, namanya Aminah. Jika engkau berkenan utuslah keluargamu untuk melihatnya”. Maka Abdul Muthollib mengutus isterinya untuk melihat Aminah puteri bani Zuhroh.

Aminah adalah wanita yang sangat istimewa, cantik parasnya, tinggi nasabnya dan terjaga kesuciannya. Ketika nenek Kanjeng Nabi (isteri Abdul Muthollib) melihatnya merasa takjub karena pesona Aminah. Ketika pulang menemui suaminya ia berkata, “Wahai Abul Harits (panggilan Abdul Mutholib), sungguh Aminah adalah wanita yang cantik, cerdas, teguh hati. Siapa pun tidak pantas menjadi suaminya kecuali Abdullah. Dan tidak ada wanita yang lebih tepat untuk Abdullah, hanya Aminah”.

Akhirnya, bertemulah keduanya dalam pertemuan nan indah dan suci. Ikatan pernikahan yang menjadi titik sejarah akan lahirnya manusia paling indah paras dan akhlaknya. Ratusan wanita kecewa, sakit hati dan iri kepada Aminah. Tapi Allah memang telah memilihnya, tidak ada yang bisa menolak pilihan Allah. Bukan kebetulan ia bernama Aminah. Allah mentakdirkan rahim yang akan mengandung Kanjeng Nabi adalah rahim “Aminah” yang seakar dengan kata “Iman, aman, amanah – keyakinan, kesentosaan dan kepercayaan”.

Pernikahan yang agung itu akhirnya berbuah kebahagiaan. Pada awal bulan Rajab, (Kyai Maimun Zubair mengatakan tanggal 10 Rajab). Nur Kanjeng Nabi yang ada dalam Sayid Abdullah masuk ke dalam Siti Aminah. (Inilah, kata Syaikhuna Maimun Zubair, salah satu alasan anjuran puasa Bulan Rajab). Setelah malam yang agung itu, siti Aminah menghadap suaminya dengan aroma yang wangi dan wajah berseri. Abdullah menanyakan, mengapa Aminah demikian bahagia.

Aminah berkata, “Ketika aku tenggelam dalam mimpiku, aku melihat, pohon yang sangat besar batangnya, hingga cabang cabangnya menjulang ke langit. Akarnya kokoh menghujam bumi. Aku melihatnya dengan takjub. Hingga aku melihat buahnya, bak cahaya bersinar terang jatuh ke dalam kamarku,  ke dalam pelukanku. Lalu aku mendengar suara, “Sungguh beruntung, sungguh beruntung, inilah Muhammad Al-Musthofa”. Merekah senyum Abdullah memandang wajah isterinya.

Kelak dari rahim itulah terlahir Sayidina Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasalam. Hamba Allah yang paling tinggi penghambaannya (seperti nama ayahnya) dan dialah yang mendapat gelar al-Amin (orang yang paling bisa dipercaya) seperti nama ibunya. Dia lah Muhammad (orang yang terpuji), Nabi kita. Semoga kelak kita diizinkan memandang wajahnya dan termasuk dalam barisan umatnya.

Allaahumma sholli wasallim wabarik ‘alaa Sayidina Muhammad wa ‘ala ali sayidina Muhammad

Hikmah :

  1. Setiap nama hamba Allah telah ditetapkan olehNya, dan Ia memilih nama nama ayah unda Nabi diiringi dengan hikmah yang banyak. Seyogyanya kita memilih nama yang baik untuk anak dan keluarga kita.
  • Mimpi menjadi salah satu cara Allah memberi kabar gembira kepada manusia. Maka tidur kita harus berkualitas agar mendapat mimpi yang baik. Berkualitas artinya memenuhi adab adab yang diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.

Wallahu A’lam

Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin

Kertanegara, Ahad Legi, 10 Februari 2019 M / 5 Jumadil Akhir 1440 H

(Repost)

Wawan Setiawan

Disarikan dari :

Syaikh Nawawi Banten, Madarijus Su’ud

Syaikh Nawawi Banten, Maulid Ibriz

One Reply to “Pertemuan Sayid Abdullah dan Sayidah Aminah”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *