Peziarah Haji dan Ular yang Kehausan

2 min read

Kisah tentang amal shaleh yang menyelamatkan dari ular dalam perjalanan haji

Bismillahir rahmaanir rahiim

Seorang laki-laki, katakan saja namanya Abdullah, bermaksud menunaikan haji, maka ia pun bergabung dalam satu kafilah/rombongan haji. Kafilah itu memulai perjalanannya, setapak demi setapak, melintasi pegunungan, bukit dan gurun pasir.

Suatu hari yang panas, mereka melintasi dataran tinggi yang curam dan berbahaya. Jalanan yang dilalui adalah pegunungan berbatu. Kafilah itu berhenti agak lama. Rombongan yang berada di bagian belakang bertanya “Apa yang terjadi?”. Ternyata seekor ular yang luar biasa besar melintang di tengah jalan, menghentikan kafilah haji itu. Pemimpin kafilah itu mencoba berbelok, tapi ular itu menggeliat ke arah yang sama. Jalan mana pun yang akan mereka ambil, si Ular tampaknya memutuskan untuk mencegah mereka.

Pemimpin kafilah bermusyawarah kepada rombongannya, tindakan apa yang akan mereka ambil. Menyerang ular gurun yang besar itu pasti beresiko, mungkin ular akan mati tapi bisa jadi akan ada yang terluka, lagi pula membunuh binatang di tengah perjalanan menuju baitullah bukanlah sesuatu yang diharapkan sama sekali. Tapi, di sekitar itu tidak mungkin mereka membuat perkemahan, jadi menunggu ular itu pergi juga mustahil, apalagi hari sangat panas.

Abdullah maju dan menawarkan diri untuk menghadapi ular itu. Ia berkata dalam hati,”Aku akan berbuat baik kepada ular itu karena Allah. Mungkin saja dia sangat kehausan sehingga menghalangi jalan”. Ia pun maju membawa air di sebuah kantung dari kulit dan si tangan kanannya sudah terhunus sebilah pedang untuk kemungkinan yang buruk.

Lelaki meletakan kantung air dan berseru, “Jika engkau haus, ada sedikit air untukmu, tetapi apabila engkau bermaksud mengganggu kami, aku akan menghadapimu dengan pedangku”.

Ular yang menakutkan itu memang tengah kehausan. Ia mendekati kantung air itu, meminumnya lalu merayap pergi di lereng bebatuan yang curam. Kafilah itu melanjutkan perjalanan haji mereka hingga sampai di tujuan. Mereka mengunjungi ka’bah yang penuh berkah, melaksanakan seluruh ritual haji, dan berziarah ke tempat Nabi yang mulia, Madinatul Munawwaroh. Setelah selesai, mereka berkumpul untuk perjalanan pulang. Di tengah perjalanan, mereka mendirikan kemah, di suatu tempat yang tidak terlalu jauh dari tempat ular menghalangi mereka. Lelaki itu, yang kita panggil Abdullah, bangkit di tengah malam untuk shalat tahajjud. Menjauhi perkemahan dan shalat di kegelapan. Dia berdo’a dan bermunajat kepada Allah, mengajukan permohonan begitu lama, hingga tidak sadar, dia telah tertidur.

Ketika membuka kedua matanya, tak seorang pun yang tampak ! Ia tertinggal sendirian di dataran itu. Ia tidak mengetahui jalan mana yang harus di tempuh. Matahari mulai meninggi dan dia masih tidak tahu apa yang harua dilakukan. Di kejauhan tampak berjalan dua ekor unta mendekatinya dan berdiri di depannya. Yang satu adalah unta miliknya, tapi unta yang satu lagi ia tidak mengenal. Tampaknya unta itu terlalu baik, untuk unta yang melakukan perjalanan haji. Unta itu tampak bersih, segar dan kuat. Lelaki itu terpana dalam rasa bahagia sementara unta itu melihat ke arahnya seolah berkata, “Ayo, jangan berdiri saja, naiklah ke leherku dan ku antar bergabung dengan kafilah”.

Lelaki itu naik ke unta yang segar dan tidak dikenalnya dan unta miliknya mengikuti hingga mereka menyusul rombongan. Berbunga hati sang Haji dan karena gembiranya dia bertanya kepada unta,”Demi kecintaan dan kepatuhanmu kepada Allah, siapa engkau wahai unta?”.

Si unta menjawab,”Dalam perjalanan menuju haji, engkau telah beramal shalih, memenuhi dahaga seekor ular yang menghalangi jalanmu, aku adalah kebaikan hati dan amal shalihmu itu”.

Berkata seorang Syaikh, “hendaknya kita ingat perkataan Rasulullah,”Satu tindakan yang meneladaniku, akan memperoleh pahala 100 syuhada. Ketika tidak dijumpai penolong, maka pahala amal shalih adalah penolong yang paling cepat”.

Wallahu A’lam.

Alhamdu lillahi robbil ‘alamin

Kertanegara, Sabtu Wage, 23 Februari 2019 M / 18 Jumadil Akhir 1440 H (Repost)

Wawan Setiawan

Sumber : Syaikh Muzaffer Ozak Al-Jerrahi, Meski Dosamu Menggunung Bertobatlah (terj).

Baca juga kisah keajaiban sedekah lainnya di : https://www.mqnaswa.id/sesuap-makanan/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *