Hukum Qadla Ramadlan di Bulan Syawal

53 sec read

Hukum Qadla Ramadlan di Bulan Syawal

Bismillahi rahmani rahim

Pertanyaan :

Dalam puasa 6 hari syawal apakah harus berurutan dan tidak boleh dipisah-pisah? Dan bagaimanakah jika membayar hutang puasa Ramadlan dilaksanakan dengan puasa Syawal? Rahmat, Sby

Jawaban :

Syaikh al-Qulyubi berkata :

وَيُنْدَبُ مُوَالَاتُهَا لِيَوْمِ الْعِيْدِ وَتَتَا بُعُهَا وَتَفُوْتُ بِفَوَاتِ شَوَّالٍ ق ل (حاشية البجيرمي على الخطيب ٧/ ٢٥)

“Disunahkan berpuasa Syawal dilakukan secara berurutan dan dilakukan setelah hari raya. Dan kesunahan puasa Syawal ini hilang, manakala Syawal telah berakhir” (Hasyiah al-Bujairimi Khatib 7/25).

Dari penjelasan ini diperbolehkan puasa 6 hari dipisah-pisah, asal dilakukan selama bulan Syawal.

Sementara menggabung niat 2 ibadah, para ulama berbeda pendapat. Sebagian ulama mengatakan puasa wajib Ramadlan tidak boleh dibayar (qadla) dengan puasa sunah.

Namun Syaikh Ibnu Hajar al-Haitami menjelaskan hal tersebut diperbolehkan, dan pahala keduanya sama-sama diperoleh. Bahkan, Imam Ramli men-tarjih (menguatkan) bahwa pahala ibadah-ibadah wajib dan sunah dapat diperoleh meskipun tidak ada niat dari pelakunya (Bughyat al-Mustarsyidin 235)

(مسألة : ك) : ظَاهِرُ حَدِيْثِ : “وَأَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ” وَغَيْرِهِ مِنَ الْأَحَادِيْثِ عَدَمُ حُصُوْلِ السِّتِّ إِذَا نَوَاهَا مَعَ قَضَاءِ رَمَضَانَ، لَكِنْ صَرَّحَ ابْنُ حَجَرٍ بِحُصُوْلِ أَصْلِ الثَّوَابِ لإِكْمَالِهِ إِذَا نَوَاهَ كَغَيْرِهَا مِنْ عَرَفَةَ وَعَاشُورَاءَ، بَلْ رَجَّحَ (م ر) حُصُوْلَ أَصْلِ ثَوَابِ سَائِرِ التَّطَوُّعَاتِ مَعَ الْفَرْضِ وَإِنْ لَمْ يَنْوِهَا، مَا لَم يُصَرِّفْهُ عَنْهَا صَارِفٌ، كَأَنْ قَضَى، رَمَضَانَ فِي شَوَّالَ وَقَصَدَ قَضَاءَ السِّتِّ مِن ذِي الْقَعْدَةِ وَيُسَنُّ صَوْمُ السِّتِّ وَإِنْ أَفْطَرَ رَمَضَانَ ا ھ (بغية المسترشدين ص : ٢٣٥)

Masalah ini bermula ketika ada 2 ibadah yang sama dan dengan tujuan yang sama pula, apakah niat pelaksanaannya dapat digabung (tadakhul)? Menurut Ulama Syafi’iyah diperbolehkan, misalnya puasa diatas, juga salat Tahiyyat Masjid yang digabung dengan salat sunah Rawatib, hewan Qurban digabung dengan aqiqah, dan sebagainya. Namun tidak semua ibadah yang sama dapat digabung seperti diatas, oleh karenanya ada pula ulama yang mengatakan tidak boleh menggabung 2 ibadah karena berbedanya niat.

Alhamdulillahi rabbil ‘aalamiin

_______________

Sumber : Buku yang berjudul “Jawaban Amaliyah & Ibadah yang dituduh Bid’ah, sesat, kafir dan syirik”

Penulis : KH. Ma’ruf Khozin

_______________

Ubaidillah Fadhil Rohman

Mengenai kisah kemantapan hati seorang habib baca di : https://www.mqnaswa.id/kisah-kemantapan-hati-seorang-habib/

Baca juga : https://islam.nu.or.id/post/read/127155/kisah-nabi-adam-dan-iblis-pesan-untuk-menjauhi-rasisme

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *