Qunut Shalat Witir Saat Pertengahan di Bulan Ramadlan
Bismillahi rahmanir rahim
Pertanyaan :
Qunut memang sering menjadi bahan perdebatan, kali ini dalam shalat sunnah Witir apakah di Ramadlan secara penuh atau tidak?
Jawaban :
Jika Ramadlan telah melewati separuh, maka di malam 16 Ramadlan Nahdliyin melakukan Qunut dalam shalat witir, hal ini berdasar riwayat:
قال الحسن بن على رضي الله عنهما علمني رسول الله صلى الله عليه وسلم كلمات أقولهن فى الوتر《 أللهم اهدني فيمن هديت وعافني فيمن عافيت وتولني فيمن توليت وبارك لي فيما أعطيت وقني شرما قضيت فإنك تقضي ولا يقضى عليك وإنه لا يذل من واليت تباركت ربنا وتعاليت 》( رواه الترمذي ) … وقد روي عن على بن أبى طالب أنه كان لا يقنت إلا في النصف الآ خر من رمضان وكان يقنت بعد الركوع. وقد ذهب بعض أهل العلم إلى هذا وبه يقول الشافعي وأحمد
“Al-Hasan bin Ali berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengajarkan kepada saya beberapa doa yang saya baca dalam witir, yaitu: “Ya Allah, beri petunjuk kepadaku bersama orang yang telah Engkau beri hidayah. Beri aku kesehatan bersama orang yang telah Engkau beri kesehatan. Selesaikan urusanku bersama orang yang telah Engkau selesaikan urusannya. Berilah berkah kepadaku dalam semua pemberian-Mu. Engkaulah yang memutuskan, Engkau tidaklah bisa diadili. Tidak akan menjadi rendah orang yang Engkau kasihi. Engkau yang maha memberkahi dan maha tinggi.” (HR. at-Turmudzi)
At-Turmudzi berkata: “Sungguh telah diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib bahwa beliau tidak melakukan Qunut kecuali setelah separuh kedua dari bulan Ramadlan. Beliau melakukannya seelah rukuk. Ini adalah pendapat para ulama, seperti Syafi’i dah Ahmad” ⁴⁸)
Ahli hadis al-Hafidz al-Baihaqi menjelaskan riwayat qunut dalam salat witir setelah separuh kedua bulan Ramadlan dalam kitabnya as-Sunan al-Kubra 2/498, baik yang diriwayatkan dari Sahabat maupun Tabi’in :
– Ubay bin Ka’b (Sahabat)
عَنْ مُحَّمَّدٍ هُوَ ابْنُ سِيرِينَ عَنْ بَعْضِ أَصْحَابِهِ أَنَّ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ أَمَّهُمْ يَعْنِي فِي رَمَضَانَ وَكَانَ يَقْنُتُ فِي النِّصْفِ الْأَخِيْرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Dari Muhammad, yaitu Ibnu Sirina, dari sebagian sahabatnya, sesungguhnya Ubay bin Ka’ab menjadi imam mereka yakni pada bulan Ramadlan dan dia berqunut pada separoh terakhir dari bulan Ramadlan”
عَنِ الْحَسَنِ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رضي الله عنه جَمَعَ النَّاسَ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ فَكَانَ يُصَلِّى بِهِمْ عِشْرِيْنَ لَيْلَةً وَلَا يَقْنُتُ بِهِمْ إِلَّا فِي النِّصْفِ الْبَاقِي
“Dari Hasan, sesunggguhnya Umar bin Khatthab mengumpulkan manusia pada ubay bin Ka’ab dan dia berjamaah bersama mereka dengan dua puluh rakaat pada (setiap) malam dan dia tidak berqunut bersama mereka kecuali pada paroh yang tersisa (dari bulan Ramadlan)”
– Abdullah bin Umar (Sahabat)
عَنْ نَافِعٍ أَنَّ ابْنَ عُمَرَ كَانَ لَا يَقْنُتُ فِي الْوِتْرِ إِلَّا فِي النِّصْفِ مِنْ رَمَضَانَ
“Dari Nafi’, sesungguhnya Ibnu Umar tidak berqunut pada shalat witir kecuali pada separoh terakhir dari bulan Ramadlan”
– Ibnu Sirin (Tabi’in)
عَنِ ابْنِ مِسْكِينَ قَالَ : كَانَ ابْنُ سِيرِينَ يَكْرَهُ الْقُنُوْتَ فِي الْوِتْرِ إِلَّا فِي النِّصْفِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Dari Ibnu Miskin, dia berkata, Ibnu Sirina memakruhkan (membenci) berqunut pada shalat witir kecuali pada paroh terakhir dari bulan Ramadlan”
– Qatadah (Tabi’in)
عَنْ قَتَادَةَ قَالَ : اَلْقُنُوْتُ فِي النِّصْفِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضانَ
“Dari Qatadah, dia berkata “Qunut itu pada paroh yang terakhir dari bulan Ramadlan”
Berdasarkan riwayat-riwayat diatas banyak madzhab yang menjadikannya sebagai dalil melakukan doa Qunut saat witir Ramadlan separuh kedua. Misalnya Madzhab Syafi’i :
(فَصْلٌ فِي الْقُنُوْتِ) وَهُوَ مُسْتَحَبٌّ بَعْدَ الرَّفْعِ مِنَ الرُّكُوْعِ فِي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ مِنَ الصُّبْحِ وَكَذَلِكَ الرَّكْعَةُ الْأَخِيْرَةُ مِنَ الْوِتْرِ فِي النِّصْفِ الْأَخِرِ مِنْ شَهْرِ رَمَضانَ
“(Fasal tentang qunut). Qunut disunnahkan setelah bangkit dari ruku’ pada rakaat kedua dari shalat shubuh, begitupula pada rakaat terakhir dari shalat witir pada paroh terakhir dari bulan Ramadlan” (Raudlah al-Thalibin I/93)
Begitu pula Madzhab Maliki :
وَلَايَقْنُتُ فِيْهِ إِلَّا فِي النِّصْفِ الْأَخِرِ مِنْ رَمَضانَ، رُوِيَ ذَلِكَ عَن عَلِيٍّ وَأُبَيٍّ وَهُوَ قَوْلُ مَالِكٍ وَالشَّافِعِيِّ اِخْتَارَهُ الأَثْرَمُ لِمَا رُوِيَ أَنَّ عُمَرَ جَمَعَ النَّاسَ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ فَكَانَ يُصَلِّي بِهِمْ عِشْرِينَ وَلَايَقْنُتُ إِلَّا فِي النِّصْفِ الثَّانِي (رواه أبو داود)
“Dan tidak disunnahkan berqunut pada witir kecuali pada separoh terakhir dari Ramadlan. Riwayat tersebut dari Ali dan Ubay, itulah pendapat Imam Malik dan Imam Syafi’i yang dipilih oleh Imam Atsram karena berdasarkan riwayat sesungguhnya Umar mengumpulkan umat Islam pada Ubay bin Ka’ab, lalu dia shalat bersama mereka sebanyak dua puluh rakaat dan tidak berqunut kecuali pada separoh kedua. Hadits riwayat Abu Dawud” (Syarh al-Kabir li Ibni Qudamah I/719)[]
Alhamdulillahi rabbil ‘aalamiin
_______________
⁴⁸) Sunan At-Turmudzi, 2/309
Sumber : Buku yang berjudul “Jawaban Amaliyah & Ibadah yang dituduh Bid’ah, sesat, kafir dan syirik” dan buku yang berjudul “Menjawab Amaliyah & Ibadah yang dituduh bid’ah 2”
Penulis : KH. Ma’ruf Khozin
_______________
Ubaidillah Fadhil Rohman
Mengenai Tadarus di Bulan Ramadlan baca di : https://www.mqnaswa.id/tadarus-di-bulan-ramadlan/
Baca juga : https://www.nu.or.id/post/read/126876/kh-abbas-buntet-sosok-ulama-mulitidisplin-keilmuan