Huruf hamdalah memiliki makna tertentu yang dipahami oleh para ulama. Berikut penjelasan maknanya.
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Setiap huruf Al-Qur’an diturunkan Allah dengan makna dan yang sempurna. Bahkan setiap huruf itu memiliki rahasia tersendiri dari sisi jumlahnya. Misalnya lafadz hamdalah :
اَلْحَمْدُ لله
Huruf Hamdalah itu ada 8 (delapan) yakni :
ا ل ح م د ل ل ه
Mengapa 8 ?
Syaikh Nawawi dalam kitab Nurudh Dholam Syarah Aqidatul ‘Awwam berkata tentang jumlah huruf hamdalah, “Alhamdulillah itu 8 huruf. Pintu syurga juga ada 8. Maka barangsiapa mengucapkan “alhamdulillah” dari hati yang bersih, ia boleh syurga dari pintu mana saja yang diinginkannya, sebagai penghormatan baginya”.
Apakah hanya dengan mengucap saja ? Kapan mengucapnya ?
Kita bisa mendalaminya makna jumlah huruf hamdalah ini dalam 2 (dua) keadaan :
Pertama, di Luar Shalat (dalam Segala Keadaan)
اَلْحَمْدُ لله Artinya “segala puji pujian hanya miliki Allah”, atau “aku memujiMu wahai Allah”.
Perlu kita ketahui terlebih dahulu, perbedaan makna “memuji” dan “bersyukur”. Memuji Allah dengan seraya mengucap Alhamdulillah itu salah satu wujud dari rasa syukur. Tetapi ada perbedaan antara memuji dan bersyukur. Memuji itu, tidak mesti berbarengan dengan datangnya suatu kenikmatan, sedangkan bersyukur mengiringi suatu anugerah atau kenikmatan.
Begini contoh sederhananya :
Pak Guru Memberi hadiah Buku pelajaran untuk Ahmad, lalu Ahmad mengucap “Terima Kasih Pak”. Itu berarti Ahmad telah bersyukur kepada Gurunya. Ia bersyukur/ berterima kasih karena telah diberi buku oleh Pak Guru.
Suatu hari Ahmad ditanya oleh ayahnya “Ahmad, coba ceritakan tentang Guru mu?”
Ahmad menjawab, “Pak Guru itu orang yang baik, orang yang mulia, orang yang dermawan dan seterusnya”, padahal waktu itu Ahmad tidak mendapatkan hadiah buku. Meskipun pak Guru tidak memberinya hadiah, tapi Ahmad tahu betul pak Guru adalah orang yang layak dipuji. Karena kemuliaan sifat sifatnya, kelemah lembutannya, ketegasannya dan sebagainya. Ahmad tahu betul itu. Maka ia tetap memuji Guru nya meski beliau “tidak memberi anugerah/ kenikmatan kepada Ahmad”. Bahkan meskipun Ahmad sedang dihukum atas suatu kesalahan, Ahmad tetap mengetahui dan menyadari Guru nya adalah orang yang sangat baik, sangat terpuji, dia sendiri lah yang melakukan kesalahan.
Ini namanya “memuji”.
Jika seseorang mampu memuji Allah dalam keadaan apapun, dia tetap mengagungkan Allah meskipun dalam keadaan yang sangat sulit. Dia tetap meyakini kebaikan di sisi Allah meskipun kesengsaraan menghimpit. Pastilah Allah berkata, “Ini hambaKu diberi cobaan, tapi tetap saja memuji muji Aku. Diberi kesulitan tetap saja memuji muji”. Bukankah sangat layak orang itu mendapatkan penghormatan untuk masuk ke dalam syurga-Nya dari pintu mana saja, karena dalam keadaan bagaimana saja, ia tetap memuji muji Allah ta’ala, Sang Pemilik Syurga.
Bahkan syurga ini sudah “diberikan” ketika masih di dunia. Sudah menjadi tabi’at dasar manusia, ketika ia mengucap syukur dari dalam hatinya, maka muncul rasa lega, rasa lapang, rasa bahagia, meskipun di tengah terpaan kesulitan.
Misalnya, ketika orang bertanya, “Bagaimana keadaan kamu? Katanya sedang sakit?”
“Iya. Tapi alhamdulillah, masih bisa makan sedikit sedikit”. Atau “Alhamdulillah, masih diberi kesempatan melihat keluarga”
Ada rasa bahagia yang merasuk dalam jiwa kita, ketika bersyukur kepada Allah. Ketika mengucap Alhamdulillah. Inilah syurga. Karena hakikatnya syurga adalah anugerah dari Allah sehingga bisa merasakan bahagia dalam semua hal.
Apa gunanya makanan lezat, kasur permadani, intan permata, jika kita ditinggalkan oleh semua orang yang kita cintai. Meski makanan biasa, keadaan yang sederhana, jika kita makan bersama orang-orang yang kita sayangi, dalam suasana yang menyenangkan dan akrab, maka kita akan merasakan kelezatan dan kenikmatannya. Apalagi jika, makan lezat, di tempat yang indah bersama keluarga, anak cucu, orang yang orang-orang mulia.
Inilah syurga. Anugerah Allah yang diberikan kepada hambanya dalam berbagai keadaan. Jadi dia bisa “merasakan syurga/ bahagia” dari “pintu” apa saja. Pintu kekayaan, pintu pekerjaan, pintu sakit, pintu mengasuh anak-anak, pintu isteri dan sebagainya. Pintunya adalah “alhamdulillah”. Ini salah satu pemahaman atas makna jumlah huruf hamdalah.
Kedua, di dalam shalat.
Satu-satunya ibadah yang wajib mengucap “alhamdulillah” hanya shalat, yakni ketika membaca surat Alfatihah. Selain itu tidak ada. Alhamdulillah adalah ucapan yang menunjukkan syukur kepada Allah. Dan shalat adalah wujud syukur yang paling tinggi kepada Allah ta’ala. Sehingga, ketika Nabi ditanya, “Mengapa Tuan terus mendirikan shalat sampai kaki tuan bengkak ? Padahal Tuan tidak punya dosa dan telah dijamin masuk dalam syurga ?”
Nabi menjawab, “Aku ingin menjadi hamba yang bersyukur”
Penjelasan lebih lengkap dapat dibaca di : https://www.mqnaswa.id/shalat-sebagai-wujud-terima-kasih/
Kata “alhamdulillah” di dalam surat fatihah ini, memiliki keluasan makna yang tidak terjangkau. Merangkum semua kenikmatan yang diisyaratkan oleh 4 ayat yang diawali dengan Alhamdulillah.
Jadi, di dalam Al-Qur’an itu ada 5 surat yang diawali dengan kalimat “Alhamdulillah”. Selain Surat Alfatihah ini, di dalam Al-Qur’an, ada 4 ayat lagi yang diawali dengan kata “alhamdulillah”. Kesemua ayat tersebut mengisyaratkan kenikmatan-kenikmatan yang sangat agung dari Allah untuk manusia di dunia dan di akhirat. Dan keseluruh kenikmatan tersebut yang diisyaratkan dalam 4 surat itu, semuanya, terangkum dalam kalimat “alhamdulillahi robbil ‘alamin” dalam surat al-Fatihah ini. Jadi membaca “hamdalah” di dalam surat Al-Fatihah ini adalah mensyukuri semua nikmat yang diberikan Allah, di dunia dan di akhirat.
Lebih lengkap dan rinci mengenai hal ini baca di : https://www.mqnaswa.id/alhamdulillah-tahukah-seberapa-luas-cakupannya/
Jadi jika kita mendirikan shalat dengan menghayati sungguh-sungguh makna “hamdalah” ini, sehingga terucaplah “alhamdu lillaahi robbil ‘alamin” dari lubuk hati yang dalam, karena didasari kefahaman akan maknanya yang demikian agung, pun kita mendirikan shalat dengan sebaik-baiknya karena rasa terima kasih kepada Allah ta’ala, maka sebagai “hadiah” atas “ucapan” hamdalah” ini, Allah memberikan syurga dari pintu mana saja.
Hal ini dikuatkan oleh kisah Jibril, yang mendirikan shalat setelah diciptakan oleh Allah ta’ala, yang bisa dibaca di : https://www.mqnaswa.id/shalat-nya-jibril-dan-luasnya-syurga/
Semoga kita diberi anugerah bisa bersyukur kepada Allah dengan memuji-Nya dalam setiap waktu dan keadaan. Semoga Allah memperbaiki shalat kita, sebagai wujud rasa syukur diizinkan memuji muji-Nya dalam berdiri, tunduk, duduk dan sujud. Sehingga kita diizinkan masuk ke dalam syurga-Nya, di dunia sampai di akhirat yang abadi. Amiin,,,
Wallahu A’lam
Alhamdulillahi robbil ‘aalamin
Kertanegara, MQ. Naswa
Rabu Legi, 18 Maret 2020 M / 23 Rajab 1441 H
Wawan Setiawan