Rahasia Kata Umat dalam Al-Qur’an : Bobot Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam

3 min read

Nabi Ibrahim ‘Alaihis salam adalah pribadi agung yang salah satunya dapat dilihat dari penggunaan kata umat dalam Al-Qur’an

Bismillaahir rahmaanir rahiim

Bila kita memerhatikan kata “umat” dalam Al-Qur’an, maka kita akan menemukan makna yang beragam, banyak dan berbeda beda. Makna yang berbeda-beda itu dapat kita kelompokan menjadi beberapa kelompok agar kita lebih mudah memahaminya.

 

Pertama, anak turun dari seseorang

Hal ini dapat dilihat pada QS. Al-Baqarah/2 : 128

رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ

Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau

Do’a di atas adalah do’a Nabi Ibrahim yang dipanjatkan bersama Nabi Isma’il ‘Alaihimas Salam, mengharapkan anak anak cucu dan keturunan beliau menjadi orang-orang yang tunduk kepada Allah, dan kalimat yang mewakili anak cucu serta keturunannya itu menggunakan kata umat.

 

Kedua, sekelompok masyarakat (umat) baik masa sekarang atau pun masa lalu, atau sekelompok masyarakat (umat) yang pengikut Nabi tertentu, atau sebagian dari umat Nabi tertentu. Intinya sekelompok masyarakat

Banyak sekali kata umat digunakan untuk pengertian ini. Bahkan dalam pengertian inilah kata umat kami paling banyak digunakan. Kita ambil sebagian saja, misalnya pada :

QS. Al-Baqarah/2 : 134

تِلْكَ أُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَّا كَسَبْتُمْ

Itu adalah umat yang lalu; bagi mereka apa yang telah diusahakan dan bagi kalian apa yang sudah kalian usahakan,

Pada ayat di atas umat bermakna sekelompok masyarakat di masa sekarang dan masa lalu

 

QS. Yunus/10 : 47

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ رَّسُوْلٌ

Tiap-tiap umat mempunyai rasul

Pada ayat di atas, umat ditujukan kepada sekelompok manusia yang mengikuti Rasul tertentu.

 

Ketiga, Umat Islam

QS. Al-Baqarah/2 : 143

وَكَذٰلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَّسَطًا

Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang wasathon

Pada ayat ini, lafadz umat ditujukan kepada umat Islam, yang diberi karakter oleh Allah, (di antaranya) wasathon yang bisa berarti umat yang pertengahan, adil, atau pilihan.

 

Keempat, Seluruh Manusia

Beberapa ayat, bahkan menyebut umat dalam konteks pembicaraan seluruh manusia. Lihat misalnya pada QS. Al-Baqarah/2 : 213

كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَّاحِدَةً

Manusia itu adalah umat yang satu

 

Kelima, Semua makhluk Allah

Inilah pengertian umat yang paling luas dalam Al-Qur’an, yakni umat dimaknai sebagai seluruh makhluk Allah, bahkan dari golongan binatang. Lihat QS. Al-An’am/6 : 38

وَمَا مِنْ دَآبَّةٍ فِي اْلأَرْضِ وَلَا طَائِرٌ يَّطِيْرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلَّا أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ

Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu

 

Keenam, Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam

Terdapat satu ayat yang merujukkan kata umat hanya untuk satu orang, yakni Nabi Ibrahim Alaihis Salam. Ini “aneh/ asing” dalam pikiran kita secara umum. Karena memang seluruh ayat yang berbicara tentang umat, bermakna sekelompok manusia. Baik itu kelompok kecil (keluarga), masyarakat, bahkan seluruh manusia. Apalagi, sebagaimana telah dijelaskan di atas, Al-Qur’an pun menggunakan kata umat untuk menggambarkan kelompok makhluk lain, selain manusia.

Dalam kamus Bahasa Indonesia pun umat diartikan sebagai para penganut (pemeluk, pengikut) suatu agama; penganut nabi; makhluk manusia; umat manusia diartikan sekalian (bangsa) manusia;

Perhatikan QS. An-Nahl/16 : 120

إِنَّ إِبْرَاهِيْمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلّٰهِ حَنِيْفًا

Sesungguhnya Ibrahim adalah “umat” yang patuh kepada Allah dan hanif.

Inilah poin pembahasan kita. Dari sini kita bisa memahami derajat dan keluhuran yang diberikan Allah ta’ala kepada Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam. Dari beberapa premis yang dibangun diatas, berdasar pengertian pengertian kata umat yang digunakan oleh Al-Qur’an, kita memahami, seolah Allah ingin mengatakan, bobot Nabi Ibrahim satu orang saja, setara dengan bobot satu kaum, atau seluruh manusia, bahkan selain manusia.

Mengapa demikian ?

Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam adalah salah seorang ulul Azmi yang memiliki banyak karakter agung, diantaranya adalah kedermawanan beliau.

Baca kedermawanan beliau di : https://www.mqnaswa.id/kisah-nabi-ibrahim-kedermawanan-1/ dan  https://www.mqnaswa.id/kedermawanan-2/

Tapi, jika kita membatasi dengan mengambil ayat ayat yang telah kita bahas di atas, maka dapat kita lihat bahwa bobot demikian istimewa, derajat yang demikian agung itu diberikan Allah, karena Nabi Ibrahim “dapat bagian” membangun Ka’bah yang kemudian menjadi tempat ibadah umat Islam di penjuru dunia.

kemudian, dari Nabi Ibrahim terlahir keturunan keturunan yang hebat hebat. Lihat QS. Al-Baqarah/2 : 128. Selesai membangun Ka’bah, Nabi Ibrahim meminta kepada Allah anak keturunan yang taat patuh kepada Allah.

Terbukti dalam sejarah, dari Ibu Sarah (isteri pertama), Nabi Ibrahim berputra Ishaq, ia menjadi Rasul. Ishaq berputra Ya’qub, ia pun menjadi Nabi dan Rasul yang dipanggil Israil. Ya’qub pun memiliki putra yang bernama Yusuf, menjadi Nabi, Rasul dan Raja Mesir yang adil. Dari Isra’il pula kelak melahirkan keturunan keturunan yang menjadi Nabi dalam jumlah yang sangat banyak ‘alaihimush sholaatu wassalam.

Dari jalur ibu Hajar (isteri kedua) Nabi Ibrahim memiliki putra Isma’il, menjadi Rasul dan teladan sepanjang peradaban manusia. Karena dengan Nabi Isma’il lah Nabi Ibrahim membangun Ka’bah yang diagungkan. Dan yang teristimewa, dari jalur Nabi Isma’il ini terlahir manusia paling mulia, pemimpin Nabi dan Rasul, kekasih Allah yang Maha Tinggi, Sayidina Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam.

Demikian Allah mengangkat derajat Nabi Ibrahim dan salah satu “alasan logis” nya. Maka, jika demikian derajat Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam, bagaimana kita memandang derajat Sayidina Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Beliau membangun agama hingga tersebar di seluruh dunia, bahkan membangun dasar dasar peradaban manusia. Kemudian, Rasulullah juga memiliki keturunan dan murid murid yang tak terhitung. Mereka menjadi orang-orang besar, menjadi awliya (kekasih Allah), menjadi ulama, menjadi penerus nilai nilai luhur yang diwariskan beliau hingga akhir zaman.

Mari kita berusaha mengikuti jejak orang orang mulia itu, semoga Allah mengangkat derajat kita dan anak turun kita, amiin amiin,,,

 

Wallaahu A’lam,

Alhamdulillahi robbil ‘alamin,

Kertanegara, Senin Legi, 19 Agustus 2019 M / 18 Dzulhijjah 1440 H

Wawan Setiawan

 

Baca juga : https://www.nu.or.id/post/read/62423/keteladanan-nabi-ibrahim-dalam-mendidik-anak

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *