Seri Asma-ul Husna dan Do’anya : Ya Rahman Ya Rahim

2 min read

Bismillahir rahmaanir rahim,

وَلِلّٰهِ الْأَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰى فَادْعُوْهُ بِهَا

Hanya milik Allah Asma-ul Husna (Nama-nama yang indah), maka bermohonlah kepada Allah dengan menyebut namaNya

Ar-Rahman dan Ar-Rahim, diletakanNya disisi Nama-Nya. Allah ta’ala sebelum menyebut diriNya sebagai Maha Raja, Maha Kaya, Maha Pengampun, dan lainnya, terlebih dahulu Dia menyebut diriNya Maha Rahman dan Rahim, Maha Kasih Sayang.

وَرَحْمَتِيْ وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ

RahmatKu meliputi segala sesuatu (QS. Al-A’raf/7 : 156)

Tidak ada satu pun sel di alam semesta ini, tidak satu pun tetesan air, helai daun, biji dan buah kecuali di sana ada rahmat Allah. Jika ia lepas dari rahmat Allah, maka pasti hancur. Gambaran besarnya rahmat Allah dapat kita lihat dari sebuah hadits yang (kurang lebih) artinya :

“Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan rahmat itu seratus bagian, disimpan di sisi-Nya 99 bagian, dan yang satu bagian diturunkan ke alam semesta ini. Dari yang satu bagian inilah yang dibagi kepada seluruh makhluk. Sampai kepada seekor binatang yang mengangkat kakinya karena khawatir menyakiti anaknya”

Kami tidak akan menuturkan banyak dan berbeda-bedanya pendapat ulama mengenai makna kedua kalimat agung ini. Kami hanya akan menuturkan salah satu saja dari lautan makna itu agar kita memahami dan berakhlak darinya.

Rahman dan Rahim berasal dari kata Rahmah (Rohmat/ kasih sayang). Kata Rahman terulang sebanyak 57 kali dalam Al-Qur’an, sedangkan kata Rahim (yang menunjuk kepada Allah) terulang sebanyak 95 kali.

Rahman menunjuk pada Allah sebagai Dzat yang Memiliki Kasih Sayang. Dialah pemilik rahmat yang sempurna. Sedangkan Rahim artinya, Allah adalah Dzat yang Mencurahan Kasih Sayang.

Adakalanya seseorang memiliki kasih sayang, tapi – karena keterbatasan- dia tidak dapat mencurahkan kasih sayang itu. Misalnya seseorang ayah/ ibu, ingin membelikan sepatu baru untuk anaknya, karena sepatu yang lama telah rusak. Tapi karena mereka belum punya uang, maka kasih sayang yang mereka miliki “tidak dapat dicurahkan/ diwujudkan” dalam bentuk membelikan sepatu baru.

Sebaliknya, ada juga orang yang “mampu mencurahkan kasih sayang”, tapi sebenarnya dia tidak memiliki sifat kasih sayang itu dalam dirinya. Misalkan, seseorang memberi kebaikan kepada orang lain, bukan karena ia menyayangi mereka, tapi semata ingin agar mereka memuliakan, menghormati dan taat kepadanya. Allah tidak demikian. Allah mencurahkan kasih sayang karena Dia benar benar Dzat yang Maha Penyayang.

Maka setelah memahami kedua nama yang Agung, buah yang diharapkan adalah jiwa seseorang dipenuhi sifat kasih sayang (faidah asma Rahman). Menjadi orang yang memiliki sifat kasih sayang, dan sekaligus kasih sayang itu memancar keluar dalam bentuk perbuatan (faidah asma Rahim).

Imam Al-Ghazali, sebagaimana dinukil oleh Quraish Shihab menjelaskan buah dari berdzikir dan tafakur asma Rahman dan Rahim adalah “Seseorang akan merasakan rahmat  dan kasih sayang kepada hamba-hamba Allah yang lengah, dan ini mengantar yang bersangkutan untuk mengalihkan mereka dari jalan kelengahan, menuju Allah. Dengan memberikan nasihat secara lemah lembut  – tidak dengan kekerasan -,  memandang orang-orang berdosa dengan pandangan kasih sayang, bukan dengan gangguan. Memandang setiap kedurhakaan yang terjadi di alam raya, bagai kedurhakaan terhadap dirinya, sehingga ia tidak menyisakan sedikitpun usahanya sebagai upaya untuk menghilangkan kedurhakaan itu sesuai kemampuannya, sebagai pengejawantahan dari rahmatnya terhadap si durhaka, jangan sampai dia mendapat murka-Nya dan jauh dari sisi-Nya.

Kita juga memohon kepada Allah dengan berdzikir Ya Rahman dan Ya Rahim ini, semoga kita mendapatkan kasih sayangNya di akhirat yang sangat agung dan tidak terbayangkan, sebagaimana hadits yang telah kita baca sebelumnya. Amiin.

Adapun doa yang agung dan indah yang diajarkan para ulama berkait dengan Asma-ul Husna “Ya Rahman” adalah :

إِلٰهِيْ يَا رَحْمٰنُ يَا وَدُوْدُ… يَا مَنْ وَسِعْتَ كُلَّ شَيْئٍ رَحْمَةً وَّعِلْمًا… ظَهَرَتْ رَحْمَتُكَ فِى كُلِّ ذَرَّاتِ الْوُجُوْدِ وَالْعَالَمِ فَلَا نَرَى إِلَّا شَيْئًا. وَنَقْرَأُ مِنْ أٰيَاتِ رَحْمَتِكَ مَا يُجْذِبْنَا إِلَيْكَ وَيُطَمْئِنُ قُلُوْبَنَا بِوَاسِعِ حَنَانِكَ. فَاللّٰهُمَّ أَشْهِدْ عُيُوْنَ قُلُوْبِنَا نُوْرَ عَدْلِكَ وَعَظِيْمِ فَضْلِكَ يَا رَحْمٰنُ. وَصَلَّى اللهُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى أٰلِهٖ وَصَحْبِهٖ وَسَلَّمَ.

“Tuhanku Ya Rahman, yang Maha mencurahkan rahmat kasih sayang kepada seluruh wujud. Wahai Tuhan yang Engkau mencakup segala sesuatu dengan rahmat dan pengetahuan. Nampak rahmatMu pada setiap butir wujud di alam raya ini, tapi kami tidak mampu melihatnya kecuali sekelumit saja.

Ya Allah, kami membaca tanda tanda rahmatMu yang menjadikan kami tertarik menuju hadiratMu serta menenangkan hati kami dengan keluasan kasih sayangMu. Maka, Ya Allah, perlihatkanlah mata hati kami cahaya keadilanMu serta keagungan anugerahMu, Ya Rohmaan.

Semoga shalawat salam terlimpah atas junjungan kami, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasalam, bersama keluarga dan para sahabat semuanya”.

Adapun doa yang menyentuh hati yang diajarkan para ulama berkait dengan Asma-ul Husna “Ya Rahim” adalah :

إِلٰهِيْ رَحْمَتُكَ بِالْخَلْقِ دَلَّتْنَا عَلٰى سِعَةِ الْجِنَانِ فَاطْمَأَنَّتْ قُلُوْبُنَا بِأَنَّكَ الرَّحِيْمُ بِجَمِيْعِ الْأَكْوَانِ. وَأَنْتَ تُحِبُّ الرَّحْمَةَ لِأَنّهَا صِفَتُكَ وَنَحْنُ الْمُسْتَحِقُّوْنَ بِهَا لِأَنَّ عُيُوْبَنَا كَثِيْرَةٌ فَانْشُرْ عَلَيْنَا رَحْمَتَكَ لِتَكُوْنَ عُيُوْنُنَا بِهَا قَرِيْرَةً. وَصَلَّى اللهُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى أٰلِهٖ وَصَحْبِهٖ وَسَلَّمَ.

“Tuhanku, rahmatMu kepada makhluk membuktikan kepada kami keluasan syurga, maka hati kami menjadi tenang bahwa Engkau Maha Pengasih terhadap seluruh alam. Engkau suka rahmat, karena itulah sifatMu, jadikanlah kami berhak memerolehnya meskipun kesalahan dan kekurangan melimpah. Maka, Ya Allah, tebarkanlah rahmatMu atas kami sehingga dengan rahmatMu itu mata hati kami menjadi tenang.

Semoga shalawat salam terlimpah atas junjungan kami, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasalam, bersama keluarga dan para sahabat semuanya”.

Amiin

Alhamdulillahirabbil ‘aalamiin.

Kertanegara, Selasa Pahing, 22 Januari 2019 M/ 16 Jumadil Awwal 1440 H

Wawan Setiawan

Sumber : Quraish Shihab, Menyingkap Tabir Ilahi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *