Seri Asmaul Husna dan Do’anya : Ya Malik

4 min read

Ya Malik (atau al-Malik) adalah asmaul Husna ke-4. Kita akan mempelajari maknanya yang luar biasa, hikmah dan rahasianya, serta dzikir dan do’anya.

Bismillaahir rahmaanir rahiim

Makna al-Malik

Asmaul Husna yang ke-4 adalah al-Malik. Jika kita memanggil-Nya dengan nama ini, maka kita menyebut Yaa Malik. Kata (al-Malik) ini terulang sebanyak 5 kali dalam Al-Qur’an. Rangkaian katanya terdiri dari huruf Mim – Lam – dan Kaf. Rangkaian huruf ini mengandung arti kekuatan.

Ya Malik ini diletakkan setelah ar-Rahman dan ar-Rahim (keduanya bermakna Maha Kasih Sayang) dalam urutannya, kenapa ? Agar menepis dalam benak kita sifat “kelemahan” yang muncul dalam benak karena besarnya kasih sayang Allah ta’ala. Seringkali karena kasih sayang yang besar, menjadikan orang tidak berkuasa, bahkan dikuasai. Tidak demikian bagi Allah. Karena selain ia adalah Maha Kasih Sayang, ia adalah Maalik (Raja sekaligus Penguasa yang Maha Memiliki). Jadi ada 3 makna mendasar, yakni Raja, Kuasa dan Kepemilikian.

Ada seseorang (mungkin) memiliki hal yang sangat banyak, melebihi kepemilikan raja, tapi ia tetap bukan raja yang punya kuasa. Sebaliknya banyak pula raja, tapi kekuasaannya dan kepemilikannya sedikit serta terbatas.

Apa yang dimaksud kepemilikan dan kekuasaan yang terbatas ?

Manusia memiliki sifat terbatas, umur yang terbatas, gerak yang terbatas, kepandaian dan kemampuan yang terbatas, maka kekuasaanya pun sangat terbatas. Bahkan kepemilikan dan kekuasaan yang terbatas itu sangat tampak misalnya : Meskipun ia adalah seorang raja sekaligus pemilik dari kerajaannya, jika pada suatu ketika ia merobohkan istana dan keraton miliknya, pasti ia akan mendapat kecaman dari keluarga dan seluruh rakyatnya.

Pasti saja hal semacam itu tidak akan diinginkannya. Kekuasaannya bisa dirampas, ia pun bisa disingkirkan. Siapa pun rajanya pasti takut hal semacam itu.  Sebab, seberapa pun besarnya kekuasaan raja, pasti ia mebutuhkan orang lain untuk melanggengkan kekuasannya.

Tidak demikian dengan Allah, al-Malik. Dia “tidak takut” dengan kecaman maupun penyingkiran kekuasaan. Karena kekuasaan-Nya, sahih, pasti, mutlak (tidak terbatas), sempurna dan Ia benar benar tidak membutuhkan suatupun, apapun dan siapapun untuk membantu melanggengkan kekuasaan-Nya.

Sehingga Imam Ghazali mengatakan, “al-Malik adalah Dia yang tidak butuh pada segala apa pun yang wujud (ada) dari makhluk-Nya, bahkan seluruh yang wujud (makhluk) butuh kepada-Nya menyangkut segala sesuatu”. Maka dalam 2 (dua) ayat, yang mengandung lafadz maalik, kata tesebut disambungkan dengan kata haq yang bermakna (kekuasaan-Nya) pasti dan sempurna.

 

Cakupan Makna al-Malik

Allah adalah al-Malik, Raja yang Berkuasa dan Memiliki atas seluruh yang ada di langit dan bumi sebagaimana firman-Nya :

وَتَبَارَكَ الَّذِيْ لَهٗ مُلْكُ السَّمٰوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا

Dan Maha Suci Tuhan Yang mempunyai (mulku) kerajaan langit dan bumi; dan apa yang ada di antara keduanya  (QS. Az-Zukhruf/43 : 85)

Ada ayat yang senada dengan ayat di atas dengan sedikit perbedaan kata mulku dan malakuut, yakni :

فَسُبْحَانَ الَّذِيْ بِيَدِهٖ مَلَكُوْتُ كُلِّ شَيْءٍ

Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya (malakuut) kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya lah kamu dikembalikan.(QS. Yasin/36 : 83)

Mulku bermakna kekuasaan dalam hal-hal yang bersifat tampak, tertangkap panca indera. Sedangkan malakuut adalah kepemilikan atas hal hal yang tidak tampak, tidak tertangkap panca indera dan ghaib. Jadi seluruh makhluk di bumi dan langit yang tampak maupun tidak tampak. Semuanya milik Allah dan dalam kekuasaan Allah.

Bahkan di dalam makhluk yang tampak pun menyimpan sangat banyak hal-hal yang tidak tampak. Manusia misalnya, ia memiliki pikiran, perasaan, kecerdasan, kemauan, cita-cita, semuanya tidak tampak. Dan semuanya tercakup dalam makna mulki wal malakuut. Semuanya milik Allah dan dalam kekuasaan Allah.

Tumbuhan, memiliki sisi yang tampak oleh kita yang bisa kita sentuh, atau cicipi. Tapi ia juga mengandung sangat banyak sekali hal yang tidak tampak seperti vitaminnya, mineralnya, oksigennya, manfaatnya, khasiatnya dan sebaginya. Semuanya pun tercakup dalam makna mulki wal malakuut (dalam kekuasaan Allah al-Malik).

Belum lagi dari makhluk yang tidak tampak seperti malaikat, jin, angin, cahaya dan sebagainya. Kesemuanya memiliki kekuatan, kekhususan, faidah, bahaya dan sebagainya yang juga tercakup dalam makna mulki wal malakuut (dalam kekuasaan Allah al-Malik).

Namun, ada satu ayat yang membuat kita bertanya, yakni  :

مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ

Raja (pada) hari pembalasan/  hari kiamat (QS. Al-Fatihah/1 : 4)

Kita bertanya, mengapa Allah menamakan diri-Nya sebagai Raja hanya pada hari pembalasan saja ? Bagaimana dengan di dunia ? apakah Dia tidak menjadi al-Malik ?

Tidak demikian !

Dikatakan demikian karena di dunia ini, kekuasaan-Nya tertutupi (terhijab) oleh kebodohan manusia. Sehingga mereka mengira yang terjadi, dan berlaku adalah hasil kerja dan usaha mereka. Keberhasilan panen karena kepandaian mereka mengolah padi dan menentukan pestisida. Keuntungan usaha karena kemampuan mereka mengelola modal dan sumber daya.

Padahal, jika kita renungi sebentar saja. Meski menggunakan bibit yang sama, pestisida yang sama, kadangkala menghasilkan panen yang melimpah, tapi kadang juga mengalami gagal total. Bahkan jika kita perhatikan setiap bibit padi yang disebar pun, kita tidak tahu kapan ia tumbuh. Dari bulir bulir padi, tiba tiba muncul lembaga, lalu bercabang dan muncul daun, lalu muncul biji/ buah padi disetiap tangkai tangkainya. Kapan munculnya kita tidak tahu, kekuatan apa yang memunculkannya ? Pasti kemampuan itu bukan milik kita. Semuanya ada adalah kekuasaan Allah.

Seorang pengusaha, ia tidak bisa memiliki dan berkuasa atas perasaan dan kemaun dari para pegawai dan bawahannya. Ia tidak menguasai rasa cinta dan kesetiaan dari mitra kerjanya. Seorang pedagang, ia tidak akan tahu siapa pembeli yang akan datang dan siapa pelanggan yang akan pergi. Setiap orang tua pasti sepakat, mereka sama sekali tidak berkuasa, malah sama sekali tidak tahu apa yang akan terjadi pada masa depan anak-anak mereka.

Bahkan, kita, tidak bisa menguasai diri kita sendiri. Kapan rambut harus beruban, kapan tulang harus keropos. Kadang kita sabar menghadapi satu persoalan, kadang kita emosional menghadapi persoalan meskipun lebih keci. kadang kita mampu menahan diri dari suatu cobaan, kadang kita gusar dan marah pada cobaan yang lainnya, meski lebih ringan.

Dan seterusnya.

Baca kisah menarik tentang makna kepemilikan dan penguasaan ini di : https://www.mqnaswa.id/menguasai-sesuap-nasi/

Namun, sekali lagi, faktanya, di dunia ini, manusia tidak betul betul menghayati dan melihat kekuasaan Allah ta’ala yang mutlak. Sedangkan nanti, pada saat hari Kiamat kekuasaan-Nya benar benar tampak, terlihat jelas di hadapan seluruh makhluk-Nya, sehingga tidak ada satu pun yang berani membangkang pada perintah-Nya. Jangankan membangkang, saat di hari kiamat, saat semuanya berkumpul di “hadapan” Allah dalam padang mahsyar, untuk bergerak dan berbicara saja mereka semua merasa gentar dan takut.

Dalam QS. Thaha/20 : 108  dikatakan :

“Pada hari itu manusia mengikuti (menuju kepada suara) penyeru dengan tidak berbelok-belok….. maka kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja”.

Baca kisah tentang mimpi Sayidina Abu Bakar Ash- Shiddiq di Padang Mahsyar di : https://www.mqnaswa.id/mimpi-abu-bakar-shiddiq-melihat-rasul-di-padang-mahsyar/

Itulah makna Maaliki yauwmiddin yaitu Maha Raja di dunia – meskipun tertutup/ tidak tampak jelas dari manusia – dan Maha Raja pada di Hari Kiamat dengan kekuasaan yang sangat jelas dan nyata di hadapan seluruh makhluk-Nya.

Jadi secara lengkap, makna al-Malik adalah Sang Raja, yang Memiliki dan Berkuasa, dengan kekuasaan yang pasti dan sempurna, atas semua makhluk, di langit dan di bumi, sejak di dunia sampai di akhirat, dari yang tampak maupun yang ghaib, baik sisi lahiriyahnya, maupun batiniyahnya. Semuanya milik Allah dan dalam kekuasaan Allah ta’ala.

 

Dzikir dan Do’a dalam asmaul Husna “Ya Malik”

Adapun dzikir yang diajarkan para ulama berkait dengan Asma-ul Husna “Ya Malik” adalah  sebagaimana tercantum dalam QS. Ali Imran/3 : 26 :

قُلِ اللّٰهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاۤءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاۤءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاۤءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاۤءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Kita dianjurkan untuk rutin mendawankan dzikir ayat di atas dengan merenungi maknanya, khususnya ketika kita akan memulai aktifitas.

Sedangkan do’a yang berkait dengan asma-ul Husna “Ya Malik” adalah :

إِلٰهِيْ يَا مَالِكُ الْعَالَمِيْنَ، يَا صَاحِبُ الْعِزِّ الدَّائِمِ. ذَلَّتْ لِعَظَمَتِكَ رِقَابُ الْجَبَابِرَةِ. وَارْتَعَدَتْ لِهَيْبَتِكَ أَرْوَاحُ الْكَرُوْبِيِّيْنَ. تَجَلَّ لَنَا بِسِرِّ اسْمِكَ الْمَلِكُ، وَأَمِدَّنَا بِلَطَائِفِهٖ، حَتّٰى نَمْلِكَ نُفُوْسَنَا وَنَعْدِلَ فِى جَوَارِحِنَا، وَنَتَصَرَّفَ بَأَمْرِكَ فِى كُلِّ الشُّئُوْنِ. يَا مَنْ أَمْرُهٗ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا قَالَ كُنْ فَيَكُوْنُ. وَصَلَّى اللهُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِهٖ وَصَحْبِهٖ وَسَلَّمَ.

“Wahai Tuhan, Raja dan Penguasa seluruh alam. Wahai pemiliki kemuliaan yang langgeng. Tunduk di bawah keagungan-Mu para penguasa yang lalim. Gemetar jiwa malaikat malaikat yang dekat ke hadirat-Mu. Ya Allah, nampakkanlah kepada kami rahasia nama-Mu “al-Malik”, serta curahkanlah kepada kami anugerah nama ini. Sehingga kami dapat menguasa jiwa (nafsu-nafsu) kami, agar kami dapat berlaku lurus menyangkut anggota tubuh kami, dan bersikap sesuai dengan perintahMu dalam segala hal. Wahai Allah, Tuhan yang bilamenghendaki sesuatu hanya berfirman “Jadilah”, maka jadilah ia. Kemudian shalawat / rahmat dan kasih sayang tercurah kepada junjungan kami Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, serta keluarga dan sahabat beliau”. Amiin.

 

Wallahu A’lam
Alhamdulillahirabbil ‘aalamiin.

Kertanegara, Naswa
Ahad Legi, 26 Januari 2020 M / 1 Jumadil Akhir 1441 H
Wawan Setiawan

 

Baca Seri Asmaul Husna ke-1 : Ya Allah di  https://www.mqnaswa.id/seri-asmaul-husna-dan-doanya-ya-allah/

Baca seri Asmaul Husna ke-2 dan 3 : Ya Rohman Ya Rahim di https://www.mqnaswa.id/seri-asma-ul-husna-dan-doanya-ya-rahman-ya-rahim/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *