Shalawat Jibril Wasilah Ditemui Nabi

1 min read

Shalawat Jibril merupakan wasilah ditemui Nabi. Demikian testimoni dari Syaikh Yusuf bin Ismai’il An-Nabhani. Berikut penjelasannya.

Bismillaahir rahmaanir rahiim

Syaikh Yusuf bin Isma’il AnNabhani, adalah seorang ulama besar. Ilmunya nyegara (seluas lautan), haliyah dan maqom nya luhur. Ini terbukti dari beberapa kitab yang ditulisnya yang disertai resep dan “testimoni” untuk bisa “Berjumpa dengan Rasulullah” . Tidaklah ulama seperti beliau memberi resep seperti itu, kecuali mereka telah mengalami bahkan melampauinya.

Baca Biografi Syaikh Yusuf bin Isma’il AnNabhani di : http://nahdlatululama.id/blog/2016/07/26/yusuf-al-nabhani/

Kecintaan beliau kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam salah satunya dapat terlihat dari Kitab Afdhalush Shalawat ‘ala Sayidis Sadaat. Sebagaimana judulnya, Kitab ini memuat puluhan macam bacaan shalawat yang disertai riwayat, penjelasan dan testimoni yang penulis nukil dari para ulama.

Shalawat Jibril menempati urutan Shalawat ke-10 dalam kitab tersebut. Shalawat ini paling pendek, dan “paling sederhana”. Dapat dikatakan juga, paling mudah mengalir di lidah kita. Tetapi ia membuka 70 pintu rahmat Allah yang Maha Luas. Shalawat ini iijazahkan oleh “ulama kampung” sampai ulama Doktor ahli hadits, hingga para mursyid thariqah ‘Arif Billah (orang-orang yang dekat dan mengenal Allah Ta’ala).

Baca selengkapnya di : https://www.mqnaswa.id/ijazah-shalawat-jibril-dari-kiai-khalil-bisri-dan-kiai-ihya-ulumuddin/

Salawat ini dibaca – bahkan – oleh Nabi Bani Israil (Nabi Samuel) yang diutus sebelum Nabi Muhammad dilahirkan ke dunia ini. Sehingga dengan berkah shalawat itu beliau memenangkan peperangan. Selengkapnya baca di : https://www.mqnaswa.id/sholawat-jibril-kisah-karomahnya-dari-nabi-samuel/

Dalam kitab Afdhalush Shalawat, Syaikh Yusuf bin Isma’il AnNabhani memberikan satu “testimoni shalawat Jibril” yang sangat luar biasa. Dikatakan, dengan membaca shalawat ini, seseorang akan mendapat kemuliaan untuk “ditemui oleh Nabi”. Hal ini beliau ungkap berdasar riwayat dari Imam As-Sakhawi.

As-Sakhawi menceritakan bahwa suatu hari, berangkatlah seorang lelaki dari Syiria untuk menjumpai Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Setelah ia dapat bertemu dengan manusia nan agung itu, ia berkata, “Ayahku sudah tua renta, ia sangat mencintaimu, ia sangat ingin melihat wajahmu”.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, “Bawalah ia kepadaku”.

Pemuda itu berkata, “Ayahku sudah sangat tua, ia sangat lemah dan tidak mungkin kami bawa ke hadapan Tuan. Bahkan meski bisa kami bawa, ia tidak akan mungkin melihat wajah Tuan yang indah. Kedua matanya telah buta”.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkata, “ Katakan kepadanya, bacalah : “Shallallahu ‘alaa Muhammad dalam tujuh malam, maka ia akan bisa melihatku dalam mimpi dan meriwayatkan hadits dariku”. Ia pun menyampaikan perintah Nabi kepada sang Ayah yang kemudian melaksanakannya dengan suka cita. Hingga kemudian benarlah, ia ditemui oleh Nabi dalam mimpinya.

Semoga kita diberi taufik oleh Allah ta’ala, untuk suka membaca shalawat kepada junjungan kita, Sayidina Wamawlaana Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wasallam. Semoga menjadi wasilah keberkahan untuk kita keluarga anak turun semuanya, dengan kemuliaan Kanjeng Nabi,, Amiin amiin,,,

 

Wallahu A’lam

Alhamdulillaahi robbil ‘alamin

Kertanegara, Selasa Pon, 10 September 2019 M / 10 Muharram 1441 H

Wawan Setiawan

 

Sumber : Kitab Afdhalush Shalawat ‘Alaa Sayidis Saadaat karangan Syaikh Yusuf bin Isma’il An-Nabhani

5 Replies to “Shalawat Jibril Wasilah Ditemui Nabi”

  1. Assalamualaikum
    Maaf saudara blh kah beri sedikit penjelasan
    Apakah fungsi maulana dalam selawat kita sunnah waljamaah
    ?
    Terima kasih

    1. Wa’alaikumus salam,,,
      Maulana sama dengan sayidina,,, artinya tuan kita, pimpinan kita. Maulana juga bermakna pelindung kita.

      Tentu saja, pelindung yang hakiki hanyalah Allah ta’ala satu.

      Tetapi yang dimaksud adalah, ketika bencana terbesar (yakni hari kiamat), seluruh manusia meminta pertolongan kepada para Anbiya, dari Nabi Adam, Nabi Ibrahim, dan seterusnya, semuanya “tidak berani”, karena kedudukan itu diberikan kepada Nabi kita Muhammad, shallallahu ‘alaihi wasallam, yang kemudian bersujud dan memuji Allah, sehingga Allah mengizinkan pemberian/ pembagian syafaat/ pertolongan.
      Demikian secara singkat dalam hadits.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *