Susunan Bacaan Dalam Tahlilan
Bismillahir rahmanir rahim
Pertanyaan:
Siapakah yang pertama kali menyusun dzikir dalam Tahlilan dan apa saja susunannya?
Jawaban:
Terkait penyusun pertama dzikir dalam Tahlilan seperti yang ada saat ini, ada yang mengatakan adalah (1) Syaikh al-Bushiri, pengarang Maulid Burdah dan (2) Sayid Abdullah bin Alawai al-Haddad, pengarang Ratibul Haddad.
Terlepas dari siapa sebenarnya yang menyusun. Perlu kita ketahui bahwa susunan bacaan yang terdapat dalam Tahlilan ini memiliki sumber dalik dan ijtihad para ulama. Sudah pasti yang namanya hasil ijtihad bukanlah sebuah perbuatan bid’ah.
– Surat al-Fatihah, al-Ikhlas dan al-Mu’awwidzatain bersumber dari fatwa Imam Ahmad:
(وتستحب قراءة بمقبرة) قال المروذي: سمعت أحمد يقول: إذا دخلتم المقابر فاقرءوا بفاتحة الكتاب والمعوذتين، وقل هو الله أحد، وجعلوا ثواب ذلك إلى أهل المقابر؛ فإنه يصل أليهم، وكانت هكذا عادة الأنصاري في التردد إلى موتاهم؛ يقرءون القرآن.
“Dianjurkan baca Al-Quran di kubur. Ahmad berkata: “Jika masuk kubur bacalah Fatihah, al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Nas, hadiahkan untuk ahli kubur, maka akan sampai. Inilah kebiasaan sahabat Anshor yang bolak-balik kepada orang yang meninggal untuk membaca al-Quran.” ⁹³)
– Awal dan Akhir al-Baqarah bersumber dari hadits hasan:
عبد الرحمن بن العلاء بن اللجلاج عن أبيه قال قال لي أبي يا بني إذا انا مت فألحدني فإذا وضعتني في لحدي فقل بسم الله وعلى ملة رسول الله ثم سن علي الثرى سنا ثم اقرأ عند رأسي بفاتحة البقرة وخاتمتها فإني سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول ذلك.
“Dari Abdurrahman bin ‘Ala’ dari bapaknya, bahwa: Bapakku berkata kepadaku: Wahai anak-anakku, Jika aku mati, maka buatkan liang lahat untukku. Setelah engkau masukkan aku ke liang lahat, bacalah: Dengan nama Allah dan atas agama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Kemudian ratakanlah tanah kubur perlahan, lalu bacalah di dekat kepadaku permulaan dan penutup surat al-Baqarah. Sebab aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda demikian.” (HR. Ath-Thabrani)
Al-Hafidz al-Haitsami berkata:
ورجاله موثقون
“Perawinya dinilai sebagai orang-orang terpercaya.” ⁹⁴)
– Ayat Kursi bersumber dari riwayat Imam Ahmad
(ولا تكره القراءة على القبر في أصح الروايتين) هذا هو المشهور عن أحمد فإنه روي عنه أنه قال: إذا دخلتم المقابر إقرأ آية الكرسي وثلاث مرار قل هو الله أحد ثم قل اللهم إن فضله لأهل المقابر.
“Tidak makruh membaca al-Quran di kuburan, dalam salah satu riwayat paling sahih. Ini adalah pendapat yang populer dari Ahmad. Sebab telah diriwayatkan bahwa Ahmad berkata: “Jika kalian masuk ke kuburan maka bacalah Ayat Kursi, dan Surat al-Ikhlas tiga kali. Lalu berdoalah: “Ya Allah, semoga pahalanya diberikan kepada para penghuni kubur ini.” ⁹⁵)
– Surat Yasin bersumber dari ijtihad sebagian ulama. ⁹⁶)
وأخرج أبو داود من حديث معقل بن يسار عنه صلى الله عليه وسلم إقراءوا على موتاكم يس وهو شامل للميت بل هو الحقيقة فيه.
“Hadits riwayat Abu Dawud dari Ma’qil ‘Bacalah Yasin di dekat orang-orang yang meninggal’ ini, mencakup pada orang yang telah meninggal, bahkan hakikatnya adalah untuk orang yang meninggal.” (Muhammad bin Ismail al-Shan ‘ani, Subulus Salam Syarah Bulughul Maram 2/119)
– Kalimat-kalimat dzikir juga ijtihad dari banyak ulama termasuk Ibnu Taimiyah:
(وسئل) عن قراءة أهل الميت تصل إليه ؟ والتسبيح والتحميد والتهليل والتكبير إذا أهداه إلى الميت يصل إليه ثوابها أم لا ؟ (فأجاب) يصل إلى الميت قراءة أهله وتسبيحهم وتكبيرهم وسائر ذكرهم لله تعالى إذا أهدوه إلى الميت وصل إليه. والله أعلم.
“Ibnu Taimiyah ditanya mengenai bacaan keluarga mayit yang terdiri tasbih, tahmid, tahlil dan takbir, apabila mereka menghadiahkan kepada mayit apakah pahalanya bisa sampai atau tidak? Ibnu Taimiyah menjawab: Bacaan keluarga mayit bisa sampai, baik tasbihnya, takbirnya dan semua dzikirnya, karena Allah Ta’ala. Apabila mereka menghadiahkan kepada mayit, maka akan sampai kepadanya.” ⁹⁷)
Alhamdulillahi rabbil ‘aalamiin
____________________
⁹³) Muthalib Uli An-Nuha, 5/9
⁹⁴) Majma al-Zawaid III/66
⁹⁵) Syaikh Ibnu Qudamah al-Hanbali, Syarh al-Kabir, 2/242
⁹⁶) Para ulama yang memperbolehkan membaca Yasin untuk orang yang telah wafat adalah al-Qurthubi, al-Hafidz al-Suyuthi, al-Syaukani dan sebagainya.
⁹⁷) Majmu al-Fatawa, 24/165
Sumber : buku yang berjudul “Menjawab Amaliyah & Ibadah yang dituduh bid’ah 2”
Penulis : KH. Ma’ruf Khozin
____________________
Ubaidillah Fadhil Rohman
Mengenai hukum tahlilan baca di : https://www.mqnaswa.id/tahlilan-membaca-laa-ilaaha-illa-allah/