Syari’at Tarekat dan Hakekat : Penjelasan Habib Luthfi

2 min read

Syari’at Tarekat dan Hakekat dari Habib Luthfi : Penjelasan yang Indah dan Mudah Dipahami

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Saya pembaca majalah Alkisah yang baru dan tertarik dengan konsultasi spiritual yang diasuh Habib. Semoga saja ini berjalan selamanya.
Saya sering mendengar kata syari’at tarekat dan hakekat, serta makrifat, tetapi saya belum begitu paham apa arti semua itu. Tolong Habib jelaskan satu per satu.

Bagaimanakah caranya jika saya berbaiat langsung kepada habib, bolehkan melalui surat, atau datang sendiri? Bolehkah seorang santri memiliki dua atau guru tarekat?
Wassalamualikum Wr. Wb.

Baca juga : Cara Mengenali Mursyid

 

Waalaikumussalam Wr. Wb.
Syariat, tarekat, dan hakikat itu tidak bisa dipisah-pisahkan. Bertarekat meninggalkan syariat, tidak benar. Karena, tarekat adalah buah syariat. Jadi, kalau bertarekat, tidak terlepas melalui pintunya dahulu, yaitu syariat.

Syariatlah yang mengatur kehidupan kita, dengan menggunakan hukum, dari mulai akidah, keimanan, keislaman, sehingga kita beriman kepada Allah, malaikat, kitabullah, rasul, hari akhir, dan takdir baik dan buruk. Dari syariat pula kita mengetahui rukun islam, yaitu syahadatain, salat, puasa, zakat, dan haji. Serta keutamaan salat, juga hubungan antara manusia, seperti jual-beli pernikahan, dan lainnya.

Setelah menjalankan syariat dengan baik, kita bertarekat, untuk menuju jalan kepada Allah dengan baik. Jadi, secara sederhana menuju jalan kepada Allah disebut tarekat. Bertarekat perlu dibimbing para mursyid, yang akan mengantar murid dari mengerti dan mengenal Allah sampai nanti “dikenal” Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yakni dekat dan disayang Dia. Amalan utama tarekat adalah berdzikir.

Hanya, perlu dipahami, pengertian tarekat tidak terbatas itu. Yang dituntut oleh tarekat dijalan Allah adalah perilaku para pengikut tarekat yang mulia. Terutama membersihkan kotoran-kotoran yang ada didalam batin dan lahirnya, sehingga secara lahir dan batin kita bersih dalam menuju kejalan Allah.

Sebagai contoh, berwudu. Wudlu adalah peraturan syariat, guna menjalankan salat dan lain-lainya. biasanya kita hanya berwudu untuk mendapatkan keutamaan wudlu, serta sebagai syarat untuk menjalankan salat. Sedangkan tarekat menuntut buah wudlu. Berapa kali kita membasuh muka ketika berwudlu. Dan berapa kali kita membasuh tangan setiap hari untuk menjalankan ibadah. Coba kita aplikasikan dalam kehidupan kita, sosialisasikan untuk kehidupan kita masing-masing. Kalau sudah sering membersihkan muka, kita harus lebih mengerti serta merendahkan hati, malu kalau kita berlaku sombong.

Dan hasil wudlu, kita cari buahnya, yaitu lebih berakhlak, lebih tawaduk, lebih bersadab, sehingga ada peningkatan dari hari ke hari. Itulah buahnya, sehingga kita semakin dekat kepada Allah. Sebab, justru dihadapan Allah, kita semakin menundukkan kepala. Sebab semua itu adalah pemberian-Mu semata-mata, ya Allah. Kalau bukan karena pemberian-Mu, bagaimana aku mengerti segala yang aku miliki ini.

Begitu juga, kita pun diberi pemahaman oleh Allah terhadap junjungan kita Nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi Wasalam atas limpahan rahmat kepadanya, sehingga kita menjadi pengikutnya yang setia. Untuk itulah, kita selalu memuji Rasulullah Sholallohu ‘alaihi Wasalam dengan tujuan supaya kita lebih dekat kepada Rasulullah. Dengan begitu, sosok Rasulullah akan menjadi idola bagi kita dalam menapaki kehidupan hingga akhir hayat.

Bertarekat akan memupuk sikap tawaduk kita kepada para wali, ulama, dan guru-guru kita yang telah memberikan pemahaman tentang kebenaran ajaran syariat dan tarekat. Itu baru dari segi membersihkan muka secara lahiriah dan batiniah.

Begitu pula kalau kita selalu membasuh kedua tangan kita, lahirah maupun batiniah, hal itu akan mencegah tangan kita dari berbuat maksiat. Kita akan selalu diperingatkan untuk tidak mengambil yang bukan hak kita, apalagi melakukan korupsi, misalnya, yang sangat merugikan rakyat. Sebab tangan kita sudah disucikan tiap hari. Kalau kita bisa mempelajari banyak hal dari wudu saja, insya Allah, masalah korupsi itu bisa terberantas.

Lalu telinga kita untuk mendengarkan sesuatu yang baik. Kita tidak akan menyampaikan yang kita dengar, kalau informasi itu justru akan memancing masalah atau memanaskan situasi, sehinga menimbulkan pecah belah dan kekacauan. Tentu saja, hal itu berlaku pula bagi mata kita, kedua kaki kita, dan anggota badan lainnya. Itulah hasil karya, hasil didikan, yang mendapatkan bimbingan dari Allah.

Mengapa kita harus berwudlu ketika akan salat? Berwudlu tidak hanya membersihkan kotoran lahiriah kita, tetapi ada hakikatnya juga membersihkan kotoran batiniah. Al-Quran menyebutkan bahwa salat mencegah dari kemungkaran dan kerusakan, karena kita sudah memahami makna wudlu dan salat itu secara tarekat.

Bagi para murid yang ingin belajar tarekat, saya anjurkan, mulailah dari seorang guru yang dipercaya. Tapi sebaliknya, bagi guru yang ingin ditaati muridnya, cobalah didik para murid itu seperti timba yang mendekati sumurnya, bukan sumur mendekati timbanya. Dengan begitu, terbentuklah kewibawaan guru terhadap muridnya.

Bagi murid, saya anjurkan untuk belajar pada satu guru. Sebagai contoh yang mudah saja, kalau air tercampur susu, lalu dicampur lagi dengan kopi, air mentah, atau lainnya, meskipun halal, apa jadinya? Bagaiman rasanya ? jadi kalau ingin minum teh, minum saja teh tanpa dicampur dengan lainnya. Nikmati minum teh dengan gula, kemudiaan cari manfaatnya bagi tubuh. Begitu juga kalau ingin minum kopi, susu, atau lainnya. Itu hanya sebagai umpama.

Jadi, kalau ingin belajar tarekat, jangan sekadar melihat organisasi itu besar. Meski organisasi tarekat itu kecil, kalau lebih berpengaruh terhadap jiwa kita, sehingga lebih mendekatkan diri kepada Allah, tidak perlu ragu lagi untuk mengikutinya.

Sumber : Majalah Alkisah. No. 22/Tahun III.
Diketik ulang oleh Ramdan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *