Tabarruk

2 min read

Tabarruk

Tabarruk

Bismillahirrahmanir rahim

Pertanyaan:

Apa sebenarnya pengertian Tabarruk sehingga sebagian menghukumi syirik? Atau pernahkah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sendiri melakukan Tabarruk?

Jawaban:

Tabarruk dari kata dasar Berkah, yang memiliki arti ‘bertambah’. Sementara Tabarruk adalah mencari berkah dengan hal-hal baik dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. ¹²²) Istilah Berkah banyak ditemukan di dalam al-Qur’ an, misalnya adalah kota Makkah:

إن أول بيت وضع للناس للذي ببكة مباركا [آل عمران / ٩٦]

“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi…” (QS. Ali Imran : 96)

– Bertabarruk dengan peninggan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam

Secara khusus Imam al-Bukhari mencantumkan sebuah bab dalam kitab sahihnya tentang mencari berkah dengan peninggalan-peninggalan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:

باب ما ذكر من درع النبي صلى الله عليه وسلم وعصاه وسيفه وقدحه وخاتمه وما استعمل الخلفاء بعده من ذلك مما لم يذكر قسمته، ومن شعره ونعله وآنيته، مما يتبرك أصحابه وغيرهم بعد وفاته.

“Bab yang menyebutkan baju perang Nabi, tongkat pedangnya Nabi, bejana milik Nabi, cincin Nabi, dan hal-hal yang digunakan oleh para Khalifah setelah Nabi. Dari peninggalan Nabi yang tidak dibagikan, juga rambut Nabi, sandal Nabi dan wadah milik Nabi yang terdiri dari hal-hal yang dicari berkahnya oleh para sahabat dan lainnya setelah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam wafat.” ¹²³)

Al-Qur’ an membenarkan adanya Tabarruk dengan peninggalan para Nabi selain Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, seperti dalam ayat: “Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mereka mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya tanda ia(Thalut) akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; Tabut itu dibawa oleh Malaikat…” (QS. Al-Baqarah: 248)

Para sahabat dan tabiin menjelaskan maksud “Sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun” adalah:

عن ابن عباس في هذه الآية: { وبقية مما ترك آل موسى وآل هارون } قال: عصاه ورضاض الألواح

“Ibnu Abbas menafsirkan dengan tongjat Musa dan pecahan papan yang bertuliskam Taurat.” ¹²⁴)

– Sahabat Asma binti Abu Bakar bertabarruk dengan Jubah

Tujuan Asma binti Abu Bakar bertabarruk dengan jubah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ini adalah untuk mengharapkan kesembuhan dari penyakit:

قالت ( أءماء بنت ابي بكر ) كانت هذه عند عائشة حتى قبضت فلما قبضت أخذتها وكان النبي صلى الله عليه وسلم يلبسها فنحن نغسلها للمرضى نستشفي بها

“Asma binti Abu Bakar berkata: “Jubah ini (pada mulanya) dipegang oleh Aisyah sampai ia wafat. Setelah wafat saya ambil jubah tersebut. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memakai jubah ini. Kami membasuhnya untuk orang-orang yang sakit, kami mengharap kesembuhan melalui jubah tersebut.” (HR. Abu Dawud dan Muslim. Sedangkan riwayat al-Bukhari dalam Adabul Mufrad dijelaskan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memakai jubah tersebut untuk menemui tamu dan shalat Jumat)

– Imam Ahmad bertabarruk dengan Rambut Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam

قال عبد الله بن أحمد: رأيت أبي يأخذ شعرة من شعر النبي صلى الله عليه وسلم، فيضعها على فيه يقبلها. وأحسب أني رأيته يضعها على عينه، ويغمسها في الماء ويشربه يستشفي به. ورأيته أخذ قصعة النبي صلى الله عليه وسلم فغسلها في حب الماء ثم شرب فيها ورأيته يشرب من ماء زمزم يستشفي، ويمسح به يديه ووجهه. قلت: أين المتنطع المنكر على أحمد، وقد ثبت أن عبد الله سأل أباه عمن يلمس رمانة منبر النبي صلى الله عليه وسلم، ويمس الحجرة النبوية، فقال: لا أرى بذلك بأسا. أعاذنا الله وإيكم من رأي الخوارج ومن البدع.

“Abdullah bin Ahmad berkata: Bapakmu mengambil sehelai rambut Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, lalu ia letakkan di mulutnya, lalu diciuminya. Aku melihat bapakku juga meletakkan di matanya, menyelupkan ke dalam air dan meminumnya, mengharap kesembuhan. Aku melihat pula bapakku mengambil bejana Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di dalam air, lalu meminum air yang ada di dalamnya, dan meminum air zam-zam seraya mengharap kesembuhan. Bapakku mengusapnya ke kedua tangannya dan wahanya.” Saya (adz-Dzahabi) berkata: “Mana orang yang ekstrim dan ingkar kepada Ahmad? Telah sahih bahwa Abdullah bertanya kepada ayahnya (Ahmad bin Hanbal) tentang orang yang menyentuh mimbar Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan menyentuh kamar (makam) Nabi. Ahmad berkata: “Menurutku boleh”. Semoga Allah melindungi kita dari pendapat Khawarij dan dari perbuatan bid’ah.” ¹²⁵)

– Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bertabarruk dengan sisa air wudlu umat Islam

Ada yang kemudian beranggapan bahwa Tabarruk hanya boleh terhadap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para Nabi saja, tentu hal ini tidak benar karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam justru mengajarkan bertabarruk dengan umat Islam:

عن ابن عمر، قال: قلت: يا رسول الله، الوضوء من جر جديد مخمر أحب إليك أم من المطاهر؟ فقال: لا، بل من المطاهر، إن دين الله الحنيفية السمحة، قال: وكان رسول الله صلى الله عليه وسلم يبعث إلى المطاهر، فيؤتى بالماء، فيشربه، يرجو بركة أيدي المسلمين.

“Diriwayatkan dari Ibnu Umar, bahwa ia bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam: Ya Rasulallah, apakah berwudlu dari wadah baru yang tertutup ataukah dari tempat-tempat berwudlu’ yang lebih engkau senangi? Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab: Tidak. Tapi dari tempat-tempat berwudlu’. Agama Allah adalah yang condong dan mudah. Ibnu Umar berkata: Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyuruh seseorang ke dari tempat-tempat berwudlu’ dan beliau diberi air, kemudian meminumnya. Beliau mengharap berkah dari tangan-tangan umat Islam.” (HR. Thabrani dalam al-Kabir No. 235, al-Ausath No. 806 ¹²⁶), al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman No. 2669 dan Abu Nuaim, 8/203)

Alhamdulillahi rabbil ‘aalamiin

____________________

¹²²) Al-Mausu’ah Yusufiyah, hal. 174
¹²³) Sahih Bukhari, 11/204
¹²⁴) Tafsir Ibnu Katsir, 1/667
¹²⁵) Al-Hafidz adz-Dzahabi, Siyar A’lam an-Nubala, 11/212
¹²⁶) Al-Hafidz al-Haitsami berkata: “Para perawinya adalah terpercaya” (Majma Zawaid, 1/133)

Sumber : buku yang berjudul “Menjawab Amaliyah & Ibadah yang dituduh bid’ah 2”

Penulis : KH. Ma’ruf Khozin

____________________

Ubaidillah Fadhil Rohman

Mengenai hukum istighatsah baca di : https://www.mqnaswa.id/istighatsah-dalam-fiqih/

Baca juga : https://islam.nu.or.id/post/read/86828/tabarukan-dalam-pandangan-aqidah-aswaja

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *