Tahlilan (Membaca Laa Ilaaha Illa Allah)
Bismillahir rahmanir rahim
Pertanyaan:
“Ada tayangan dari seorang ustadz Muallaf yang mengaku mantan pendeta Hindu. Konon, amalan 7 hari dan seterusnya berasal dari kitab Wedha. Sehingga amalan Tahlilan harus ditinggalkan karena serupa dengan agama lain. Benarkah demikian?”
Jawaban:
Jika secara jujur melihat sejarah umat Islam, maka Tahlilan adalah amaliah umat Islam sejak dahulu, bukan warisan Hindu-Budha, sebab sudah pasti Hindu-Budha tidak akan membaca La ilaha Illa Allah, tidak membaca Yasin, shalawat dan sebagainya.
– Masa Ibnu al-Arabi, Andalusia (468-543 H)
قال ابن عربي: أوصيك أن تحافظ على أن تشتري نفسك من الله بعتق رقبتك من النار بأن تقول لا إله إلا الله سبعين ألف مرة فإن الله يعتق رقبتك او رقبة من تقولها عنه بها ورد به خبر نبوي
Ibnu al-Arabi berkata: “Aku berpesan kepadamu untuk membebaskan dirimu dari siksa Allah dengan dibebaskan dari api neraka, dengan membaca La ilaaha illa allah 70.000 kali, sebab Allah akan membebaskanmu atau seseorang yang kau bacakan kalimat tersebut. Berdasarkan hadits Nabi Shallallahu ‘Alaigi Wasallam.” ⁸⁹)
– Masa Imam al-Qarafi, Mesir (648 H)
قال الرهوني والتهليل الذي قال فيه القرافي ينبغي أن يعمل هو فدية لا أله إلا الله سبعين ألف مرة حسبما ذكره السنوسي وغيره هذا الذي فهمه منه الأئمة.
“Ar-Rahuni berkata: Tahlil yang dikatakan al-Qarafi yang dianjurkan untuk diamalkan adalah doa fidyah La ilaaha illa Allahu, sebanyak 70.000 kali. Terlebih disebutkan oleh as-Sanusi dan lainnya. Inilah yang difahami oleh para imam.” ⁹⁰)
– Ibnu Taimiyah, Damaskus Syria (726 H)
(وسئل) عمن هلل سبعين ألف مرة وأهداه للميت يكون براءة للميت من النار حديث صحيح أم لا ؟ وإذا هلل الإنسان وأهداه إلى الميت يصل إليه ثوابه أم لا ؟ (فأجاب) إذا هلل الإنسان هكذا سبعون ألفا أو أقل أو أكثر وأهديت إليه نفعه الله بذلك وليس هذا حديثا صحيحا ولا ضعيفا. والله أعلم
“Ibnu Taimiyah ditanya tentang seseorang yang membaca tahlil tujuh puluh ribu kali dan dihadiahkan kepada mayit sebagai pembebas dari api neraka, apakah ini hadits sahih atau tidak? Ibnu Taimiyah menjawab: Jika seseorang membaca tahlil sebanyak tujuh puluh ribu, atau kurang, atau lebih banyak, lalu dihadiahkan kepada mayit, maka Allah akan menyamlaikannya. Hal ini bukan hadits sahih atau dhaif ” ⁹¹)
– Sayid Abdurrahman al-Saqqaf Hadramaut, Yaman (1254 H)
(مسئلة ش) أوصى بتهاليل سبعين ألفا قي مسجد معين وأوصى للمهللين بطعام معلوم فالمذهب عدم حصول الثواب بالتهاليل إلا إن كان عند القبر على المعتمد وفي وجه حصوله مطلقا وهو مذهب الثلاثة بل قال ابن الصلاح ينبغي الجزم بنفع الله اللهم أوصل ثواب ما قرأناه إلى روح فلان …..
“(Fatwa al-Asykhar) Jike seseorang berwasiat dengan Tahlilan sebanyak 70.000 kali di masjid tertentu dan ia berwasiat untuk orang-orang yang melakukan Tahlil dengan makanan tertentu, maka dalam madzhab Syafi’i tidak sampainya pahala Tahlil, KECUALI dilakukan di dekat kubur. Dalam satu pendapat ulama Syafi’iyah bisa sampai secara MUTLAK (baik di masjid, di rumah atau di kuburan). Ini adalah pendapat 3 madzhab. Bahkan Ibnu Shalah berkata: “Dianjurkan untuk yakin dengan manfaatnya doa: Ya Allah, sampaikanlah pahala yang kamu baca untuk ruh si fulan….” ⁹²)
Dengan demikian, bacaan Tahlil yang dihadiahkan kepada orang yang telah wafat sudah diamalkan oleh para ulama sejak dahulu, bahkan berbeda negara dan berbeda generasi.
Alhamdulillahi rabbil ‘aalamiin
____________________
⁸⁹) Syaikh al-Munawi, Faidlul Qadir, 6/245
⁹⁰) Anwarul Buruq, 6/105
⁹¹) Majmu al-Fatawa, 24/165
⁹²) Bughyatul Mustarsyidin, hal. 195
Sumber : buku yang berjudul “Menjawab Amaliyah & Ibadah yang dituduh bid’ah 2”
Penulis : KH. Ma’ruf Khozin
____________________
Ubaidillah Fadhil Rohman
Mengenai hukum tahlilan 7 hari dan 40 hari baca di : https://www.mqnaswa.id/tahlilan-7-hari-dan-40-hari/