Taktik Ceramah Nasruddin Hoja

1 min read

Taktik ceramah Nasrudin Hoja adalah kisah humor bagaimana seorang sufi, yang cerdas lagi humoris ini menghindari paksaan berceramah.

 

Bismillaahir rahmaanir rahiim
Sudah banyak cerita tentang Nasruddin Hoja. Kali ini cerita kita tentang Taktik Ceramah Khawaja (dibaca : Hoja) Nasruddin.

Bagaimanapun, Nasruddin Hoja adalah seorang yang berilmu tinggi. Masyarakat mengakui itu. Meskipun dibungkus dengan sifat “jenaka”. Tetap saja, mutiara ilmu dan hikmah yang ada dalam dirinya terpancar tanpa bisa dihalangi oleh bungkusnya.

Pada suatu kesempatan, “Panitia Pengajian” meminta Nasruddin Hoja untuk berceramah. Semula, Nasruddin menolak. Ia sangat tidak suka dengan “memberi ceramah”. Ia pun tidak berminat menjadi penceramah. Tapi Panitia pengajian itu terus memaksa sehingga Nasruddin Hoja pun akhirnya tak kuasa untuk menolaknya. Ia pun bersedia.

Ketika sampai saatnya Nasrudin Hoja naik ke atas panggung. Semua pasang mata tertuju padanya. Mereka menantikan bagaimana “gaya ceramah” Hoja Nasruddin ini. Ia sangat dikenal sebagai orang yang “selalu bercanda”. Sekarang ia harus menuturkan mutiara mutiara agama.

Setelah mengucap salam, membaca hamdalah, sholawat dan sebagaimana lazimnya pembukaan majelis ilmu. Nasruddin langsung bertanya kepada hadirin. “Mengerti kah kalian, perkara yang akan aku sampaikan ini. Mengenai pentingnya perkara ini ?”

Para hadirin pun menjawab, “tidak wahai Hoja. Kami tidak mengerti”.

Hoja Nasruddin tersenyum penuh arti dan berkata, “Berarti kalian orang yang bodoh, sampai tidak mengerti perkara agama yang seharusnya semua muslim mengerti sejak kecil. Rasanya percuma dan sia sia saja saya memberi ilmu kepada kalian”. Wassalam. Nasruddin seketika menutup pengajian.

Pengajian bubar. Tapi panitia pengajian masih penasaran.

Pada kesempatan berikutnya mereka kembali meminta Nasruddin Hoja untuk mengisi ceramah. Mereka masih penasaran bagaimana mutiara ilmu dalam dirinya bisa terpancar kepada jamaah. Dan mereka sudah siap jika Nasruddin bertanya lagi.

Benar saja.

Ketika selesai muqodimah, Nasruddin langsung “menyerang” hadirin dengan pertanyaan seperti sebelumnya. Jamaah yang sudah “disetting” segera menjawab, “Alhamdulillaaah,,, kami tahu tentang pentingnya ilmu yang akan Tuan sampaikan”

Nasruddin tersenyum penuh arti dan berkata, “Alhamdulillaah,,, aku bersyukur kepada Allah. Kalian semua telah mengerti. Berarti aku tidak perlu lagi menyampaikan ceramah di sini. Tahshilul Hashil. Mewujudkan sesuatu yang sudah terwujud. Tidak perlu. Terima Kasih. Wassalam,,,

Pengajian pun bubar untuk kedua kalinya.

Panitia pengajian dan jamaah semakin penasaran. Maka mereka sepakat untuk mengundang yang ketiga kalinya. Dan semua sepakat rame rame menjawab. Ada yang menjawab tahu dan ada yang menjawab tidak tahu, jika Nasruddin bertanya di awal pengajian.

Dan pengajian ketiga pun riuh. Ketika Nasruddin bertanya dengan pertanyaan yang sama seperti pengajian pertama. Hadirin semua menjawab, ramai. Ada yang menjawab tahu. Ada yang menjawab tidak tahu. Ada yang menjawab kurang tahu. Ada yang menjawab pernah mendengar dan sebgainya.

Nasruddin tersenyum penuh arti seraya berkata. “Sekarang saya akan menyampaikan pesan Nabi kepada kalian”.

Jamaah semuanya merasa senang. Lega.

Nasruddin melanjutkan, “Nabi berpesan, agar orang yang sudah tahu beritahulah kepada yang kurang dan tidak tahu. Yang sudah pernah mendengar beritahu yang belum pernah mendengar. Demikian Wassalam”

Panitian pengajian dan jamaah hanya bisa senyum dan sebagian tertawa. Malah ada pula yang bertepuk tangan riuh. Sama sekali mereka tidak bisa membuat Nasruddin Hoja untuk berceramah.

Alhamdulillahi robbil ‘alamin
Kertanegara, MQ Naswa.
Ahad, 22 November 2020 M
Wawan Setiawan

 

Jangan ketinggalan update kisah humor yang lain di : https://www.mqnaswa.id/kisah-nasruddin-cara-tuhan-menghukum-anak-nakal/

(Versi Bahasa Indonesia). dan versi bahasa Inggris di https://www.mqnaswa.id/how-god-punished-a-naughty-boy/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *