Tempat untuk Sayidah Khadijah dari Allah Ta’ala
Bismillahir rahmaanir rahiim
Pengajian Kitab Al-Busyro Fi Manaqib Sayidah Khadijah al-Kubro Ke-1
Sayid Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani
النبي أولى بالمؤمنين من أنفسهم وأزواجه أمهاتهم
“Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri, dan istri-istri Nabi adalah ibu-ibu mereka (orang-orang mukmin)”. QS. Al-Ahzab/33 : 6
Sayid Muhammad memulai kitabnya dengan ayat tersebut. Mengapa demikian ?
Karena ayat tersebut adalah ayat yang menunjukkan kedudukan Sayidah Khadijah yang tidak dimiliki oleh sahabat-sahabat yang lain, bahkan para sahabat besar sekalipun.
Kita bertanya, di sisi Nabi ada sahabat sahabat agung, seperti Sayidina Abu Bakar, Sayidina Umar, Sayidina Utsman, Sayidina ‘Ali dan lain lain. Nama agung Sayidah Khadijah seperti tertutup oleh kebesaran para beliau. Sehingga terbersit pertanyaan, di manakah kedudukan Sayidah Khadijah ?
Di manakah tempat untuk Sayidah Khadijah ?
Ayat itu menjawab “Isteri Nabi adalah ibu bagi orang beriman”.
Isteri Nabi, yang artinya, Sayidah Khadijah lah yang pertama menyandang gelar ini, adalah ibu. Ibu bagi semua orang beriman.
Adakah kedudukan yang menyamai kedudukan ibu ? Tidak ada. Kedudukan sebagai seorang ibu adalah kedudukan istimewa yang dianugerahkan Allah ta’ala.
Lebih dalam lagi tentang derajat ibu, silakan baca Wanita adalah Tempat Bertambatnya Akar Anak Cucu Adam
Ayat ini seperti sebuah “Wisuda” untuk Sayidah Khadijah, yang menempatkannya dalam derajat tinggi di sisi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Hal ini dapat dibaca, dirasakan, dan dibuktikan, pada baris baris manaqib ini selanjutnya.
Sejenak kita menengok makna ayat di atas :
Ayat tersebut bermakna, “Nabi (Muhammad) Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, lebih berhak untuk ditaati dan dicintai, dibanding seorang mukmin terhadap dirinya sendiri”.
Hal ini dikuatkan oleh sebuah hadits :
Sayidina ‘Umar berkata, “Sesungguhnya engkau (wahai Nabi) lebih aku cintai dari segala sesuatu, keculai dari diriku sendiri”.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Tidak (sempurna) iman seseorang di antara kamu sampai aku lebih dicintai dari dirinya sendiri”
Setelah sekian lama, Saydina Umar bekata di hadapan Nabi, “Demi yang menurunkan Al-Qur’an kepadamu, sungguh (kini) engkau telah kucintai melebihi diriku sendiri”.
Inilah salah satu makna “Nabi itu lebih utama bagi orang beriman dari diri mereka sendiri”. Yakni, lebih berhak dimuliakan, ditaati, dan diserahkan rasa cinta yang agung kepada beliau. Lalu, pada saat itu pula, Allah “menyambung firman-Nya” dengan menyertakan isteri-isteri Nabi seraya berfirman, “dan isteri isteri Nabi, adalah ibu bagi orang beriman”.
Jika kita menyebut “isteri Nabi dan ibu orang yang beriman”, maka Sayidah Khadijah lah yang pertama kali menempati kedudukan tersebut. Dan kita akan mulai membaca kisah kemuliaan – kemuliaan beliau dari awal hingga akhir hayatnya, sehingga kita menjadi lebih paham, dan merasakan jasa jasa beliau pada agama Islam yang menjadi nikmat tertinggi untuk kita semua. Nikmat yang mengantarkan kita pada kebahagiaan yang abadi di akhirat nanti. Itu semua, tidak lepas dari wanita mulia yang akan kita baca manaqibnya ini.
“Ya Allah, tebarkanlah hembusan keridloan-Mu pada beliau Sayidah Khadijah. Dan berilah kami pertolongan dengan berkah rahasia-rahasia yang telah Engkau letakkan pada Sayidah Khadijah. Ya Allah, limpahkanlah shalawat salam atas belahan jiwa beliau, (yakni) al-Amiin, Sayidina Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, keluarga, dan para sahabat semuanya”
Wallahu A’lam
Alhamdulillaahi robbil ‘aalamin
Kertanegara, 22 September 2021 M
Wawan St