Tercapai cita cita ummu Shalih menghafal Al-Qur’an adalah lanjutan dari kisah seorang Nenek yang bercita cita menjadi hafidhah meski telah berusia 80 tahun.
Kisah Penghafal al-Qur’an Ke-2
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Baca kisah sebelumnya di : https://www.mqnaswa.id/nenek-dan-cucu-menghafal-bersama/
Baginya, menghafalkan Alquran lebih dini tetap lebih baik, meskipun tidak ada kata terlambat ‘terlambat’ bagi siapa pun untuk menghafalkan Alquran.
Juga tidak ada kata ‘malu’ untul menjadi keluarga Allah dan orang-orang spesial-Nya, sebagai mana dikatakan Nabi Shollallohu’Alaihi Wasallam tentang Ahlul Qur’an.
Namun, seiring waktu, putrinya makin disibukkan oleh suami dan anak-anaknya sehingga tidak lagi memiliki banyak waktu sebagai mana ketika belum punya menikah. Namun, sang putri adalah seorang perempuan yang penuh akal dan kasih sayang terhadap ibunya.
Ia pun mengambilkan guru privat untuk sang bunda demi melancarkan niat menghafal Alquran. Ia juga tidak tinggal diam begitu saja dan masih tetap memberikan pendampingan, meskipun tidak sepenuhnya.
Program ini terus berjalan dan waktu pun berlalu sampai akhirnya impian Ummu Shalih menjadi hafizhah menjadi kenyataan. Cita citanya yang demikian luar biasa telah tercapai. Ia bisa hafal 30 juz Alquran secara sempurna, walaupun sudah memasuki usia yang sering disebut mustahil untuk mampu melakukannya.
Semangatnya yang membara serta keberhasilannya dalam mewujudkan cita-cita luhur memberikan pengaruh positif lingkungan yang ada di sekitarnya, terutama bagi para perempuan. Pengaruh itu terlihat nyata. Anak-anak perempuannya dan juga para menantu perempuannya bersemangat mengikuti jejaknya.
Bahkan, mereka menjadikannya sebagai contoh yang patut diteladani. Mereka mengadakan halaqoh seminggu sekali di rumahnya, kira-kira satu jam lamanya. Mereka bersama-sama berupaya menghafalkan Alquran dan men-tasmi’-kan hafalan. Surat demi surat dan juz demi juz pun dapat mereka hafalkan.
Para tetangga yang dahulu sempat meragukan keinginan nenek ini dan mengendurkan semangatnya untuk menghafal Alquran, dengan mengatakan bahwa menghafal Alquran itu susah sekali, apalagi bagi orang yang sudah berusia lanjut seperti dirinya, belum lagi lemah pula ingatannya, kini mereka pun sadar dan akhirnya mengacungkan jempol kepadanya.
Di antara mereka ada yang ingin seperti dirinya dengan mengikuti jejaknya. Bahkan, ketika mengetahui bahwa ia telah berhasil menghafal 30 juz Alquran, mereka ikut senang dan bangga serta terharu hingga ada yang meneteskan air mata.
Selanjutnya, nenek ini mendorong cucu-cucunya agar mengikuti halaqah-halaqah Alquran. Bahkan, ia memberikan berbagai macam hadiah kepada mereka atas prestasi yang diraihnya. Harapannya agar mereka bisa menjadi hafizh dan hafizhah dalam usia yang masih sangat terbilang muda, bukan seperti dirinya.
Baginya, menghafalkan Alquran lebih dini tetap lebih, meskipun tidak ada kata ‘terlambat’ bagi siapa pun untuk menghafalkan Alquran. Juga tidak ada kata ‘malu’ untuk menjadi keluarga Allah dan orang-orang spesial-Nya, sebagaimana dikatakan Nabi Shollallohu’Alaihi Wasallam tentang Ahlul Qur’an.
Untuk menjaga hafalan, ia senantiasa melakukan muraja’ah dan mendengarkan siaran Alquran melalui rekaman kaset. Sesekali, ia meminta orang lain agar menerima tasmi’ darinya. Akan tetapi, yang lebih penting baginya adalah membaca surat-surat panjang ketika menunaikan shalat.
Menghafal Hadits
Setelah berhasil menghafal Alquran, ia kini beranjak lebih jauh lagi, menghafalkan hadis yang di-tasmi’-kan kepada putrinya yang tinggal tak jauh dari rumahnya. Puluhan dan mungkin ratusan hadis sudah berhasil dihafalnya. Ia pun terus berupaya untuk menghafal lebih banyak lagi.
Hampir dua belas tahun ia sibuk menghafalkan Alquran. Ternyata, kesibukannya itu memberikan nilai positif bagi kehidupannya yang makin senja. Terjadi perubahan mendasar pada diri dan kehidupannya setelah ia mulai menyibukan diri dengan Alquran. Semangat untuk terus meningkatkan ketaatan kepada Allah makin tumbuh sejak dimulainya program menghafal Alquran.
Ini salah satu buah yang sehari awal sudah terlihat. Ketika Kegiatan menghafal mulai berlangsung, ketenangan hati dan ketenteraman l jiwa pun dapat ia rasakan. Segala gundah gulana menjadi sirna. Makna hidup baginya semakin jelas dipahami.
Kisah ini menjadi renungan kita, bahwa tidak ada alasan dengan faktor usia. Jika kemauan tinggi dan tekad kuat, insya Allah tidak sulit untuk menghafalkan Alquran. Jangan sampai kita yang masih muda kalah oleh seorang nenek berusia senja yang telah membuktikan dirinya mampu menjadi hafizhah. (Habis)
Sumber : Kisah bocah 3,5 tahun & Nenek 80 Tahun PENGHAFAL ALQURAN
Penulis : Abdul Hakim El Hamidy
Diketk ulang oleh Ramdan Att
MQNaswa