Wahai Anakku Terkasih – Wahai Ayahku Terkasih
Bismillahirrahmanirrahim
Di dalam alQur’an terdapat banyak sekali pelajaran, tentang hubungan orang tua dan anak. Di antaranya adalah tentang “perhatian, kasih sayang” dari orang tua kepada anak, dan sebaliknya. Mari kita pelajari sedikit demi sedikit :
Nabi Yusuf memanggil ayah beliau :
اِذْ قَالَ يُوْسُفُ لِاَبِيْهِ يٰٓاَبَتِ اِنِّيْ رَاَيْتُ اَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَاَيْتُهُمْ لِيْ سٰجِدِيْنَ
(Ingatlah) ketika YUSUF berkata kepada ayahnya (YA’QUB), “WAHAI AYAHKU TERKASIH, sesungguhnya aku telah (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan. Aku melihat semuanya sujud kepadaku.” (QS. Yusuf/12 : 4).
Nabi Yusuf memanggil tidak dengan kata “Yaa Abii” (Wahai ayahku), tapi “Yaa Abatii” (Wahai ayahku sayang). Panggilan ini menunjukkan penghormatan, kedekatan dan kasih sayang yang dalam.
Kemudian Nabi Ya’qub pun memanggil puteranya bukan dengan “Yaa Ibnii (Wahai anakku) tapi dengan panggilan “Yaa Bunayya” (Wahai anakku terkasih) :
قَالَ يٰبُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُءْيَاكَ عَلٰٓى اِخْوَتِكَ فَيَكِيْدُوْا لَكَ كَيْدًا
Berkata (Ya’qub), “Wahai (Yusuf) ANAKKU TERKASIH, janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu karena mereka akan benar benar mencelakaimu.” QS. Yusuf/12 : 5.
Faidah Pertama :
Kalau kita membaca al-Qur’an, di antara kedua panggilan tersebut (“Wahai Anakku Terkasih” dan “Wahai Ayahku Terkasih”), yang muncul pertama adalah “Wahai Anakku” (Surat ke-11, ayat 42), sedangkan “Wahai Ayahku”, muncul kemudian (Surat ke-12, ayat 5).
Mengapa ?
Memang faktanya, ayah (dan ibu, kedua orang tua) lah yang terlebih dahulu menunjukkan kedekatan kepada anak.
Ketika anak-anak masih kecil, orang tua terlebih dahulu menunjukkan perhatian dan kasih sayang, bahkan dari cara memanggil anak anak, ada ruh cinta, kasih sayang dan perhatian dari gelombang suara mereka.
Hal seperti ini akan menjadikan anak anak menjadi dekat, hormat dan sayang kepada orang tuanya. Namun, jika sejak kecil, anak tidak pernah merasakan perhatian dan kasih sayang dari ayah (atau kedua orang tua) nya, maka ia menjadi “kesulitan” untuk mengekspresikan kedekatan kepada kedua orang tua di masa selanjutnya.
Faidah Kedua,
Wallahu A’lam.
Bersambung, Insya Allah.
MQ. Naswa – Nasy’atul Wardiyah
Wawan St.
Mengenai Masjid dan Sungai baca di : https://www.mqnaswa.id/masjid-dan-sungai/
Baca juga : https://islam.nu.or.id/ubudiyah/apakah-doa-anak-yang-tidak-saleh-tetap-berguna-bagi-orang-tuanya-eCrRp