Waktu mustajab untuk kita berdoa kepada Allah dan bimbingan Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Habib Luthfi yang saya hormati, ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan :
Pertama, Kapan dan di mana waktu dan tempat paling mustajab untuk berdo’a. Yang saya ketahui, Makkah dan Madinah adalah tempat yang paling mustajab untuk berdo’a. Lalu apakah ada tempat lain, terutama di Indonesia, yang mempunyai nilai yang bisa dianggap sama kemustajabannya dengan tempat-tempat tersebut ?
Kedua, apakah fadilah Ratibul Kubro itu ?
Ketiga, bagaimana cara wirid dan dzikir yang tidak sebatas lisan, melainkan juga bisa masuk ke hati, sehingga bisa membuka hijab.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Nanik Zuber Yusuf
Bandengan, Pekalongan
Jawa Tengah
Jawaban Habib Luthfi bin Yahya :
Wa’alaikumussalam Warahmatullahi Wabarokatuh
Pertama, dari segi waktu. Nabi Muhammad pernah menjelaskan ihwal waktu yang mustajab, di antaranya adalah saat kita duduk di antara shalat maghrib dan isya.
Duduk di sini bukan sekedar menunggu sampai waktu isya, tapi digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Pahalanya bagai beribadah satu tahun. Dalam hadits lainnya disebut bagai beribadah 12 tahun.
Walai hadits kedua ini dla’if (lemah, tetap dapat dijadikan sandaran amal-amal kebaikan tambahan), dan ini juga menunjukkan betapa pentingnya waktu antara maghrib dan isya. Begitu juga ba’da shubuh, ba’da ashar, dan saat qiyamul lail (shalat malam).
Kemudian dari segi tempat, Allah ta’ala telah memberikan tempat yang mustajab, yang paling utama, yakni Masjidil Haram dan Madinatul Munawarah. Tapi selain itu ada pula tempat-tempat mustajab yang lain, yang tentunya tidak senilai dengan Masjidil Haram dan Madinatul Munawarah.
Tempat-tempat mustajab yang dimaksud adalah tempat para ulama dulu berkhalwat, sehingga mereka dibukakan hijabnya oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan mendapat kedudukan atau maqom waliyullah. Itu semua termasuk maqam istijabah. Begitu pula masjid, khususnya masjid-masjid kuno. Karena di masjid itu membekas tapak-tapak para wali, ulama, dan shalihin yang telah memakmurkan masjid dengan ikhlas.
Kedua, mengenai Ratibul Kubro. Sebetulnya ratib tidak hanya Ratibul Kubra, tetapi juga ada Ratib Alaydrus, Ratibul Ath-Athas, Ratibul Haddad, dan lain-lain. Pengalaman saya dalam mengamalkan Ratib Kubra adalah untuk menarik para murid supaya lebih dekat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, selain ibadah (shalat) lima waktu.
(mohon maaf, agar tidak terlalu panjang, paparan Habib Luthfi mengenai) Kandungan Ratibul Kubra dan Dzikir Sampai ke Hati dilanjutkan di : https://www.mqnaswa.id/kandungan-ratib-kubra-dan-dzikir-sampai-ke-hati/