Wanita adalah Gerbang Syurga dan Pintu Ketenangan : Seri Kajian Wanita dalam Al-Qur’an ke-2 :
Bismillahir rahmaanir rahiim
Segala puji hanya milik Allah yang telah menciptakan wanita. Ia adalah gerbang syurga dan pintu ketenangan. Perhatikanlah firman Allah ta’ala :
يا آدم اسكن أنت وزوجك الجنة
“Hai Adam tingallah kamu dan isterimu di surga ini” QS. Al-Baqarah/2 : 35 dan QS. Al-A’raf/7 : 19
Pertama,
Bukankah Nabi Adam sejak awal diciptakan sudah “tinggal” di syurga ? Tapi ayat yang menyatakan “Adam, tinggallah kamu di syurga” muncul berbarengan dengan kata “isterimu”.
Apa artinya ini ? Jelas sekali bahwa Allah ingin menunjukkan posisi istimewa dari wanita, seolah ia adalah “gerbang syurga” (khususnya dalam kehidupan rumah tangga). Seolah-olah, sebelum bersama Ibu Hawa, Nabi Adam belum tinggal di syurga, dan setelah bersama seorang wanita suci pemberian Allah, yakni Sayidah Hawa, baru dikatakan “Hai Adam, tinggallah di syurga”.
Kita tahu, syurga adalah tempat yang suci, maka tidak mungkin bisa dimasuki dari pintu yang kotor bahkan menjijikan. Memasukinya harus melalui pintu yang suci pula, yang bernama pernikahan. Di sinilah lelaki bertemu dengan wanita dalam jalan syari’at yang agung, dibingkai sunnah Nabi yang indah.
Perhatikanlah, tidak ada satu pun prosesi layaknya prosesi pernikahan sepasang insan. Tidak ada satu pun suasana dengan perasaan paling komplit kecuali dalam perjalanan pernikahan. Bermula dari saling berkenalan, saling menyukai lalu saling mempercayai. Bermula dari cinta individu kemudian hubungan antar keluarga dalam lamaran, musyawarah, silaturahmi diiringi gelak tawa, rasa suka cita karena akan semakin besarlah keluarga keduanya.
Belum lagi meriahnya prosesi pernikahan, dari mulai tukang janur, tukang rias, tukang masak dan sebagainya. Di awali akad nikah yang disaksikan keluarga dan handai taulan, resepsi, hiburan dan kemeriahan lainnya. Tidak ada prosesi yang se-istimewa ini. Ini adalah disebabkan seorang lelaki telah bertemu “syurga” nya, yakni seorang perempuan yang dicintainya. Seperti Nabi Adam bertemu Ibu Hawa.
Kemudian, syurga adalah tempat balasan atas segala kebaikan (atau ibadah). Dan kehidupan rumah tangga adalah ladang ibadah yang tidak ada duanya. Kalau kita sebutkan semua ibadah dalam keluarga tentu sangat sulit membuat “daftar-nya”. Membantu isteri, memberi nafkah padanya, sampai mendidik anak.
Nah, satu amal ini saja (mendidikan anak), sudah tidak ada tandingannya. Bukankah ketika kita mati, seluruh amal shalat, puasa, haji, dzikir kita putus ? Tetapi anak cucu keturunan yang shalih akan membuat orang tuan panen kemuliaan ilaa yawmil qiyamah. Ini pun hanya terjadi jika seorang lelaki telah bertemu wanita idamannya, seperti “Adam” bertemu “Hawa”-nya.
Bahkan, dalam masalah ibadah pernikahan ini, Rasulullah Shallallhu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةً
“Setiap kemaluan kalian (maksudnya “berkumpul” dengan isteri) merupakan sedekah”
Para sahabat heran dan bertanya : “Ya Rasulullah masa iya dikatakan berpahala/ sedekah/ ibadah jika seseorang diantara kami yang menyalurkan syahwatnya (kepada isteri)?,
Rasulullah Shallallahu ‘Alaih Wasallam bersabda : “Bagaimana pendapat kalian seandainya hal tersebut (syahwat) disalurkan di jalan yang haram? Bukankah dosa ?, Maka jika hal tersebut diletakkan pada jalan yang halal, maka baginya mendapatkan pahala”. Sekali lagi ini hanya bisa terjadi jika lelaki telah bertemu dengan “gerbang syurga”-nya yakni wanita.
Betapa mulia kedudukan wanita sehingga terwujudlah hal-hal yang demikian itu, terwujud syurga dalam kehidupan di dunia ini. Sebagaimana Nabi Adam “menemukan” surga ketika bersama Ibu Hawa.
Betapa tinggi kedudukan perempuan yang menjadi “Sayidah Hawa” di dalam rumah tangga. Sebab siapa pun tidak bisa masuk ke dalam syurga tanpa melalui gerbangnya. Dan gerbang itu adalah wanita.
Betapa tinggi martabat wanita yang “dikehendaki” oleh Allah ta’ala.
Kedua,
Dalam ayat tersebut digunakan katan “uskun”, yang artinya tinggallah (di syurga). “uskun” ini, huruf dasarnya dalah “sin-kaf-nun”, yang kemudian melahirkan kata “sakinah”, ketenangan. Jadi bukan hanya Nabi Adam disuruh “tinggal” di syurga bersama Ibu Hawa, tapi tinggal dengan rasa tenang dan tentram. Jadi arti ayat di atas adalah “Wahai Adam “Tinggallah di syurga dengan tenang dan tentram” kamu dan isterimu”.
Maknanya apa ?
Selain wanita adalah gerbang syurga sebagaimana paparan di atas,maka wanita adalah pintu ketenangan, ketentraman, sakinah. Bukankah secara naluriah, bayi (sebagai asal usul seluruh manusia) akan sangat tentram dalam pelukan ibunya (yakni seorang wanita ?). Ini sifat alami yang semua orang pasti menyadari.
Maka istimewa-lah wanita yang benar benar menjadi “lautan keteduhan” seperti itu. Ia seperti Sayidah Khadijah. Ketika Nabi datang dengan wajah pucat dan berkeringat. “Zammiluunii,, zammiluunii,,,” kata Nabi. Selimuti aku, selimuti aku.
Nabi menceritakan sebab kegelisahannya kepada ibu Khadijah, yakni ketika di Gua Hira Nabi didatangi malaikat Jibril (waktu itu beliau belum mengetahui dan dikira bukan malaikat). Ibu Khadijah berkata :
“Tidak sayangku, Demi Allah. Dia tidak akan pernah merendahkanmu. Engkau orang yang mempersatukan dan mempersaudarakan umat manusia. Engkau memikul penderitaan orang lain. Engkau bekerja untuk orang yang papa, menjamu dan memuliakan tamu serta menolong orang-orang yang menderita”
Perkataan Ibu Khadijah ini memberikan ketenangan dalam jiwa Nabi yang akan menghadapi suatu tugas agung membimbing manusia ke dalam jalan cahaya Islam. Peran ibu Khadijah sangat besar bagi Nabi, tak bisa digantikan. Juga Sayidah Fathimah yang dikatakan Nabi, “Jika aku merindukan syurga, aku memandang wajah Fathimah”
Ini adalah salah satu “figur nyata” wanita yang menjadi “syurga”. Wanita yang menghilangkan penat bahkan“hanya” dengan memandang wajahnya. Sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadits. Rasulullah ditanya, siapakah wanita yang istimewa itu ? Beliau menjawab :
الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ
“Dia (wanita yang) menyenangkan ketika dipandang”
Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaih Wasallam menganjurkan, ketika laki-laki “gelisah” karena melihat wanita di jalan, agar ia segera pulang untuk bertemu dengan isterinya. Tentu saja agar “gelisah” nya hilang. Dan tentu saja yang mampu menghilangkan adalah cinta tulus dari wajah sang isteri yang membuahkan ketenangan dalam diri suami.
Bacalah kembali ayat ini :
“Wahai Adam, tinggallah kamu dengan tenang, tentram, dengan isterimu di syurga”.
Sebagaimana Ibu hawa adalah “wanita” yang menjadi “syurga dan ketentraman” bagi Nabi Adam, demikianlah Allah (ingin) menempatkan seluruh wanita dalam kedudukan yang benar-benar mulia.
Baca kajian Wanita dalam Al-Qur’an ke-1 : https://www.mqnaswa.id/wanita-adalah-pengemban-lambang-kasih-sayang/
Wallahu A’lam
Alhamdulillahi robbil ‘alamin
Kertanegara, MQ. Naswa- Nasy’atul Wardiyah
Sabtu Pahing, 7 Maret 2020 M / 12 Rajab 1441 H
Wawan Setiawan