Wanita adalah Pengemban Lambang Kasih Sayang

6 min read

Seri Kajian Wanita dalam Al-Qur’an ke-1 : Wanita sebagai Pengemban lambang kasih sayang Allah ta’ala.

 

Bismillaahir rahmaanir rahiim

Wanita adalah makhluk Allah yang istimewa dan dimuliakan Allah ta’ala. Sebagaimana firman-Nya :

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِيْ آدَمَ

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam (QS. Al-Isra/17 : 70)

Anak cucu Adam terdiri dari laki-laki dan wanita. Semuanya telah ditempatkan Allah sebagai makhluknya yang paling mulia, melebihi semua makhluk lainnya baik dari jenis bebatuan (jamadiyah), tumbuhan (nabatiyah), hewan (hayawaniyah) bahkan malaikat (malakiyah).

Lebih rinci mengapa manusia mendapat keistimewaan sepert itu, silakan baca di : https://www.mqnaswa.id/manusia-sebagai-makhluk-terbaik-mengapa/

Allah ta’ala menempatkan wanita dalam kedudukannya yang sama dengan laki-laki sebagaimana firman-Nya :

إِنَّ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِماتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِيْنَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِيْنَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِيْنَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِيْنَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِيْنَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِيْنَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِيْنَ فُرُوْجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِيْنَ اللهَ كَثِيْرًا وَّالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَّأَجْرًا عَظِيْمًا

Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS. Al-Ahzab/33 : 35)

Asbabun Nuzul (sebab turunnya) ayat di atas dapat dibaca di https://islam.nu.or.id/post/read/80194/nabi-ditanya-kenapa-perempuan-jarang-disebut-dalam-al-quran

Namun secara de facto, perempuan seringkali dianggap “hanya” menjadi objek pelengkap di hadapan laki-laki. Bahkan hal itu juga terjadi di dalam agama (Islam) yang sejak awal memiliki semangat mengangkat (atau lebih tepatnya menempatkan) wanita dalam kedudukan yang terhormat sebagaimana mestinya. Lebih mengenaskan lagi jika, penempatan wanita sebagai “makhluk pelengkap” untuk laki-laki ditegaskan, dipopulerkan dan “di-syari’atkan” menggunakan dalil dalil agama.

Maka dalam seri artikel ini, kita akan membahas keistimewaan yang Allah berikan kepada para wanita yang diisyaratkan dalam Al-Qur’an dan dijelaskan oleh para ulama. Kita tidak akan membahas persoalan hukum tentang wanita seperti ini dan itu. Kita hanya akan fokus membahas bagaimana Allah menempatkan wanita dalam kedudukan yang benar benar istimewa, istimewa dengan sebenar benarnya.

 

Pertama : Wanita adalah pengemban lambang kasih sayang Allah.

Mari kita baca ayat yang pertama dalam Al-Qur’an :

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Kami sebut nama-Mu yang Allah, Dzat yang Maha Rahman dan Maha Rahim (QS. Al-Fatihah/1 : 1)

Basmalah adalah pesan pertama Allah kepada seluruh hamba-Nya di langit dan di bumi, terutama manusia. Basmalah memiliki makna mendasar dan pokok makanya ia ditempatkan sebagai ayat yang pertama. Bahkan ulama berpendapat, seluruh Al-Qur’an ada dalam Fatihah, dan seluruh Fatihah ada dalam Basmalah. Bahkan basmalah menjadi salah satu dzikir yang paling istimewa, “Ia membuka pintu kewalian” kata Syaikh Abdul Qadir Jailani. Siapa yang mau jadi wali, istiqomahlah berdzikir basmalah. Demikian kurang lebih kita memahami kedahsyatan basmalah yang dituliskan Sang Sulthanul Awliya’ tersebut.

Mengenai hal ini silahkan baca :

Wirid basmalah dari Kyai Kampung sampai Syaikh Abdul Qadir Jailani di https://www.mqnaswa.id/wirid-basmalah-syaikh-abdul-qodir-al-jailani/

Kisah kisah basmalah yang luar biasa di https://www.mqnaswa.id/syamail-muhammadiyah-1/

dan https://www.mqnaswa.id/basmalah-dan-4-sumber-mata-air/

 

Kita tidak akan membahas jauh tentang itu, yang akan kita pelajari sekarang adalah kalimat yang ada di dalam ayat pertama ini berkenaan dengan kemuliaan wanita.

Basmalah terdiri dari 4 kata, yakni

بِسْمِ – اللهِ – الرَّحْمٰن – الرَّحِيْمِ

(1) Ism, (2) Allah, (3) Rahman dan (4) Rahim.

Dan Basmalah juga terdiri dari 19 huruf, yakni :

ب س م ا ل ل ه ا ل ر ح م ن ا ل ر ح ي م

Angka 19 (dari jumlah huruf Basmalah ini) berhubungan erat dengan 4 kata penyusun basmalah (Ism – Allah – ArRahman dan ar-Rahim) di atas. Jika kita mencari seluruh kata Ism, Allah, Rahman dan Rahim di dalam Al-Qur’an pasti kita mendapati jumlah yang habis (atau pas) dibagi dengan angka 19.

  • Kata “Ism” di dalam Al-Qur’an berjumlah 19 ; (19 : 19 = 1).
  • Kata “Allah” di dalam Al-Qur’an berjumlah 2698 ; (2698 : 19 = 142).
  • Kata “ar-Rahman” di dalam Al-Qur’an berjumlah 57 ; (57 : 19 = 3) dan
  • kata “ar-Rahim” di dalam Al-Qur’an sebanyak 114 ; (114 : 19 = 6).

Semuany pas dibagi angka 19. Namun, ulama yang meneliti demikian merasa heran, karena khusus lafadz ar-Rahim, ternyata lebih 1 lafadz, yakni sebenarnya berjumlah 115. Jadi ketika dibagi 19 tidak pas (lebih 1).

Akhirnya, setelah diteliti maknanya, ternyata lafadz “Rohim” yang ditujukan untuk Allah tetap berjumlah 114 lafadz, adapun yang satu itu bukan ditujukan untuk Allah ta’ala, melainkan untuk manusia. Ayat yang dimaksud adalah ayat dalam QS. At-Taubah ayat 128 berikut ini :

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَؤُوْفٌ رَّحِيْمٌ

Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan (Ro-uuf) lagi penyayang (rohiim) terhadap orang-orang mukmin. (QS. At-taubah/9 : 128)

Kata “rohim” dalam ayat tersebut, bukan menunjuk pada sifat Allah, melainkan menunjuk pada sifat seorang manusia istimewa, yakni Kanjeng Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Jadi lafadz “ar-Rohim” yang menunjuk pada sifat Allah tetap berjumlah 114. Sedangkan dalam ayat di atas lafadz “ar-Rohim” menunjuk pada sifat Kanjeng Nabi.

“Rahim” (رحيم) dan “Rahman” (رحمن), sama sama berasal dari kata “rahmat” ( رحمة = kasih sayang). Kita tidak membahas panjang perbedaan Rahman dan Rahim baik secara bahasa, maupun dalam penjelasan para ulama yang sangat panjang. Kita akan lebih fokus pada kalimat Rahim saja. Sebagaimana dijelaskan di atas Rahim adalah sifat kasih sayang Allah ta’ala.

Lebih lanjut mengenai rahman-rahim dapat di baca di : https://www.mqnaswa.id/seri-asma-ul-husna-dan-doanya-ya-rahman-ya-rahim/

Allah menamakan diri-Nya dengan sang Maha Kasih Sayang. Demikian besar kasih sayang-Nya hingga memenuhi seluruh alam semesta ini. Tidak ada satu pun ciptaanNya kecuali disitu ada kasih sayang-Nya. Inilah makna firman Allah ta’ala :

وَرَحْمَتِيْ وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ

“Dan rahmat (kasih sayang)-Ku meliputi segala sesuatu”. (QS. Al-A’raf/7 : 156)

Kita tentu tidak akan mampu menggambarkan agungnya sifat kasih sayang Allah ini. Kita beralih kepada hamba-Nya, Rasul-Nya dan kekasih-Nya yang – seperti sudah dibaca di atas- diberikan kehormatan untuk “menyandang” salah satuh sifatnya, yakni “rohim”.

Seperti terbaca dalam QS. At-taubah/9 : 128 di atas, Kanjeng Nabi diberi oleh Allah sifat “yang sama” dengan sifat-Nya. Tentu saja kadarnya, keluasannya, kesempurnaannya berbeda ! Allah tidak bisa dibandingkan dengan siapa pun dan apa pun. Allah adalah Tuhan semesta alam dan Nabi adalah makhluk ciptaan Allah.

Namun, maksud saya, saking besarnya sifat belas kasih yang dimiliki Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sampai sampai Allah mensifatinya dengan kata/ lafadz yang persis sama dengan sifat diri-Nya yakni, “Rahim”. Jika untuk Allah “Sang Maha Kasih Sayang”, jika untuk Nabi “Manusia yang sangat besar kasih sayangnya”. Bahkan Nabi adalah lambang kasih sayang Allah ta’ala untuk alam semesta ini.

Sebagaimana dalam ayat yang sangat terkenal “Tidak lah kami utus engkau Muhammad, kecuali sebagai kasih sayang untuk seluruh alam semesta (QS. Anbiya/21 : 107). Juga firman Allah ta’ala : “Katakanlah (wahai Muhammad): “Dengan karunia Allah dan Kasih Sayang-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira”. Kata “kasih sayang-Nya” pada ayat tersebut maksudnya “Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam”.

Lebih lanjut silahkan baca di : https://www.mqnaswa.id/dalil-maulid-7-allah-azza-wajalla-perintahkan-bersyukur-dan-bergembira/

Lalu apa hubungannya dengan wanita ?

Allah mensifati diri-Nya dengan “rahiim” karena ia Maha Kasih Sayang. Allah memberi Nabi sebutan “Rahiim” karena Nabi adalah hamba-Nya yang paling kasih sayang. Dan Allah memberi kepada wanita “rahim” karena wanita adalah hamba-Nya yang membawa lamba kasih sayang.

Mengapa dikatakan demikian, karena wanitalah yang diberi “rahim” oleh Allah. Bukan laki-laki. Setiap wanita secara fisiologis – terlepas ia bisa punya anak atau tidak- tetap diberi satu bagian di dalam tubuhnya yang disebut “rahim”. Laki laki tidak.

“Hubungan” sifat rahim Allah dengan seorang wanita ini “dirasakan” oleh seorang mufassir, yakni Muhammad Quraish Shihab ketika beliau menjelaskan sifat rahmaan dan rahiim. Beliau menulis : “Apabila disebut kata rahiim, maka yang terlintas di benak adalah seorang ibu…”

Betapa istimewanya wanita, karena ia diberi “Rahim”. Rahim adalah tempat tinggal seluruh manusia (tentu saja kecuali Adam dan Hawa). Artinya semua manusia di dunia ini, bahkan yang paling istimewa seperti Rasulullah shallallahu ‘alaih wasallam, atau orang-orang hebat di seluruh dunia, pastilah lebih dulu tinggal di dalam “rahim” seorang wanita.

Rahim adalah tempat berseminya kasih sayang manusia yang menjadi tanda kebesaran Allah. Seperti dalam ayat :

وَمِنْ آيَاتِهٖ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa cinta dan kasih sayang” (QS. Ar-Rum/30 : 21).

Allah yang Maha Kasih Sayang menanamkan kasih sayang-Nya dalam diri lelaki dan perempuan. Kemudian keduanya dipertemukan dalam “ikatan kasih sayang yaitu pernikahan” dan akhirnya bertemulah cinta kasih sayang keduanya dalam “Rahim” perempuan. Jadi “rahim” adalah tempat berseminya kasih sayang manusia yang dianugerahkan oleh Allah ta’ala dan ini “dipercayakan” Allah kepada wanita.

Benar jika dikatakan bahwa seorang ayah (lelaki) pun punya kasih sayang. Tentu benar adanya. Bukan hanya manusia lelaki, hewan pun baik yang jantan maupun betina pasti punya kasih sayang. Karena Allah memang membagi kasih sayang-Nya untuk seluruh makhluknya. Hanya saja pasti kita sepakat bahwa wanita-lah yang lebih “identik” dengan “kasih sayang”. Salah satu sebab yang paling pertama dan utama adalah karena dialah yang mendapatkan amanat “rahim” dari Allah. Artinya, secara fisiologis/ bawaan sistem tubuhnya, ia telah menjadi “wadah kasih sayang”.

Dengan membawa amanat itu lah, wanita menempati kedudukan tinggi yang bahkan tidak ditempati oleh laki-laki. Dengan membawa amanat itu, setiap rasa berat dan sakit yang diderita, setiap tetes darah dihargai sangat tinggi oleh Allah ta’ala.

Lebih lanjut baca di : https://www.mqnaswa.id/kemuliaan-wanita-dalam-kitab-sekar-kedhaton/

Maka Allah memerintahkan seluruh umat manusia. Allah menggunakan kata “insan”, artinya semua manusia, apakah dia beriman kepada Allah atau tidak. Semuanya, untuk berterima kasih (berbuat baik dengan mendahulukan) kepada wanita.

Misalnya digambarkan dalam ayat :

وَوَصَّيْنَا اْلِإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَ

“Dan Kami wasiatkan kepada manusia (untuk berbuat baik) kepada kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyusui (lalu menyapihnya) dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu” (QS. Luqman/31 : 14)

Setelah ayat yang menyebutkan “waalidayhi = kedua orang tuanya”, ibu mendapat sebutan yang khusus dengan tugas yang juga khusus, yaitu Ibu yang mengandung (janin manusia di dalam rahimnya) dalam keadaan lemah yang bertambah, dan menyusui hingga sempurna. Kesemua itu ia lakukan dengan penuh rasa kasih sayang kepada anaknya sebagai buah dari perpaduan kasih sayang ayah dan ibunya.

Dengan lafadz “ibunya mengandung” Allah menjadikan wanita sebagai perantara/ sebab untuk nikmat pertama bagi manusia, yaitu “terwujudnya manusia” di muka bumi ini. Dan dengan lafadz “menyusui”, Allah menjadikan wanita sebagai perantara/ sebab hidupnya “seluruh” manusia setelah setelah mereka wujud/ terlahir di dunia.

Mengenai “nikmat pertama” ini lebih lengkap baca di : https://www.mqnaswa.id/nikmat-apakah-yang-pertama-kali-allah-anugerahkan/

Maka akhir kalimat dalam ayat itu pun, memerintahkan agar semua manusia berterima kasih kepada “kedua orang tua = ibu dan bapak”. Namun Nabi mengkhususkan dan melebihkan ibu dalam hadits beliau :

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ فَقَالَ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَةٍ قَالَ أُمُّكَ قاَلَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوْكَ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ(

“Seorang sahabat datang kepada Nabi Saw.. Kemudian bertanya: “Siapakah manusia yang paling berhak untuk kita berbuat baik kepadanya?”, Nabi menjawab:”Ibumu”, kemudian siapa Wahai Nabi?, “Ibumu” jawab Nabi lagi, “kemudian siapa lagi Wahai Nabi?:” Ibumu” kemudian siapa Wahai Nabi? “bapakmu”, jawab Nabi kemudian.” (HR. Bukhari Muslim)

Alangkah mulianya wanita yang telah Allah jadikan sebagai lambang sifat rahim-Nya untuk sekalian manusia. Betapa mulianya wanita yang telah mendapat amanat khusus untuk melahirkan manusia, semua manusia, melalui rahim-nya sebagai wujud kasih sayang Allah dalam setiap makhluk yang dilahirkan di muka bumi ini.

Namun sungguh disayangkan jika wanita menyia-nyiakan amanat itu. Sungguh disayangkan jika wanita tidak menjaga dirinya, tidak menjaga kehormatannya, tidak menjaga kemuliaannya.

Wallahu A’lam
Alhamdulillahi robbil ‘aalamin

Kertanegara, Naswa
Sabtu Kliwon, 25 Januari 2020 M / 29 Jumadil Awal 1441 H
Wawan Setiawan

Baca juga artikel terkait : https://www.mqnaswa.id/lafadz-rahim-lebih-satu-kanjeng-nabi-dan-kemuliaan-wanita/

 

 

 

 

3 Replies to “Wanita adalah Pengemban Lambang Kasih Sayang”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *