Wanita adalah Tempat Bertambatnya Akar Anak Cucu Adam

2 min read

Wanita adalah Tempat Bertambatnya Akar Anak Cucu Adam

Bismillahir rahmaanir rahiim

Setelah sebelumnya kita membaca bagaimana Allah menempatkan sifat utama-Nya (yaitu sifat rahim) dalam diri wanita. Serta menjadikan wanita sebagai pintu syurga-Nya. Maka kali ini, kita akan membahas wanita sebagai tempat bertambatnya akar umat manusia, anak cucu Adam.

Bagi panjenengan yang belum baca artikel sebelumnya dalam tema ini, mangga buka di :

Wanita adalah Pengemban Lambang Kasih Sayang
Wanita adalah Gerbang Syurga dan Pintu Ketenangan

Sekarang, mari kita perhatikan firman Allah ta’ala : (QS. Al-Baqarah/2 : 223)

نِسَآؤُكُمْ حَرْثٌ لَّكُمْ فَأْتُوْا حَرْثَكُمْ أَنّٰى شِئْتُمْ

“Istri-istrimu adalah tanah tempat kamu bercocok-tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki”

Jika sekilas kita membaca ayat diatas, maka – mungkin – yang terlintas dalam pemahaman kita adalah, wanita itu “hanya” objek. Laki laki bisa datang kepadanya kapan dan dengan cara yang dia suka untuk “menanam benih di sana”.

Lebih miris lagi jika wanita pun memahami kedudukan dirinya hanya seperti pemahaman yang dangkal seperti itu. Na’udzu billah. Padahal Allah telah menempatkan wanita di tempat khusus nan luhur.

Justru dari ayat itu kita seharusnya bisa melihat kedudukan wanita yang sangat menentukan kualitas kehidupan umat manusia.

Wanita adalah tempat tumbuhnya benih benih kehidupan. Bukankah suatu benih itu akan tumbuh, paling banyaknya, ditentukan oleh kualitas tanah di mana benih itu “lahir”. Jika tanahnya subur, maka benih akan lahir dan tumbuh dengan baik. Jika tanahnya buruk, maka benih yang unggul pun akan tumbuh dengan buruk.

Di sinilah kita jadi lebih memahami perkataan :

اَلنِّسَاءُ عِمَادُ الْبِلَادِ اِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ الْبِلَادِ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْبِلَادِ

“Wanita adalah tiangnya “bilad”. Apabila wanitanya baik maka baik pula “bilad”. Apabila wanitanya rusak maka akan rusak pula “bilad”

Bilad itu bisa bermakna kampung, kota, hingga negara/ tanah air. Jika baik perempuan, baiklah dunia ini, rusaknya perempuan menjadi awal rusaknya dunia ini.

Karena dari wanita lah “dunia ini tumbuh”. Bukan kah seluruh manusia tumbuh dari seorang wanita. Selain Nabi Adam dan ibu Hawa, manusia bisa saja tidak memilik ayah (yaitu Nabi Isa ‘alaihis salam), tapi tidak ada satu pun manusia yang tidak memiliki ibu. Warna warni benih kehidupan ini tumbuh dari “tanah” yang berwajah waniita.

Pun, Allah menempatkan wanita pada suatu kedudukan yang tidak dimilik selainnya. Apakah itu ?

Karena wanita adalah lahan tempat lahir dan tumbuhnya bibit, maka sehebat apa pun sebuah pohon, sebesar apa pun, sekuat apa pun dia. Ia pasti akan mati jika tercabut dari tanah tempat akarnya bertambat. Dan tempat bertumbuhnya akar pohon itu – sekali lagi – adalah wanita.

Maka tidak ada satu pun yang mampu membendung akibat fatal dari “durhaka kepada ibu”. Karena tidak ada yang mampu menolong pohon yang akarnya telah lepas dari sumber kehidupannya ? Akarnya telah lepas dari tanah tempat ia tumbuh.

Sebagai penutup, seorang Kyai mengatakan : Nabi Nuh, seorang Nabi ulul Azmi (kelompok Nabi dengan derajat paling tinggi), namun oleh Allah ditakdirkan menjadi contoh kegagalan dalam mendidik putera beliau. Mengapa ? karena isteri Nabi Nuh perempuan yang buruk.

Sebaliknya, meskipun menjadi anak angkat Fir’aun. Manusia paling buruk sepanjang sejarah manusia. Bayi Nabi Musa yang sejak kecil diasuh di lingkungan istana Fir’aun, kelak menjadi seorang utusan Allah, manusia yang mulia dunia akhirat. Kenapa ? Karena isteri Fir’aun adalah perempuan yang mulia.

Saya jadi ingat pelajaran IPA di sekolah. Bahwa yang menentukan jenis kelamin anak adalah laki laki (ayah) Karena kromosom laki laki adalah XY. Sedangkan kromosom perempuan adalah XX.

Gambaran sederhananya, jika yang “keluar” dari laki laki adalah kromosom X bertemu dengan X (kromosom perempuan) maka anaknya berjenis kelamin perempuan (XX). Sedangkan jika yang “keluar” dari laki laki adalah kromosom Y bertemu dengan X (kromosom perempuan) maka anaknya laki-laki (XY).

Jadi, laki laki lah yang “menentukan” jenis kelamin anak manusia. Tapi Wanita lah yang “menentukan” baik buruknya mereka. Karena pada perempuan lah tempat bertambatnya akar Anak Cucu Adam.

Inilah kedudukan wanita yang bisa kita pahami dari ayat di atas.

Dengan memahami kemuliaan seperti ini, semoga para ibu dan calon ibu akan semakin sungguh sungguh menempatkan dirinya dalam keagungan sebagaimana Allah menghendakinya. Bukan menjatuhkan dirinya dalam derajat yang rendah, yakni hanya menjadi obyek bagi manusia dan menjadi bahan permainan saja.

Wallahu A’lam.
Alhamdulillahi robbil ‘alamin
Kertanegara, MQ Naswa,

Rabu Pon, 18 November 2020 M/ 3 Rabi’ul Akhir 1442 H

Wawan St

 

Baca juga : https://jatim.nu.or.id/read/keistimewaan-perempuan-dalam-islam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *